BAB XIII : Duel and Appointment

72 12 1
                                    

Maaf kalau menemukan typo atau sejenisnya. Akan direvisi jika tamat kok :>

***

Terlihat, seorang gadis sedang memantulkan dan menggiring bola basket dengan lihai. Bahkan, saat gadis itu memasukkan bola ke keranjang dengan sempurna dan masuk. Peluh sebesar biji jagung pun sontak berjatuhan yang beriringan dengan kedua bibir bergetar saat ia berhasil melakukannya.

Rose sontak menghela napas seraya menyeka air matanya yang langsung saja menetes, karena mengingat kedekatan Vanko dengan Sachi dan melampiaskannya dengan basket, tetapi ia bisa apa?

"Kau cukup pintar, Rose," katanya seraya berdecak kagum dengan kedua mata yang bergenang. Lantas, ia kembali mengambil bola yang berada di bawah keranjang dan kembali melakukannya. Kali ini, Rose melakukannya dengan menggunakan berbagai teknik dan hasilnya pun, tetap sama.

Mungkin, beberapa orang yang melihatnya, akan terpukau dengan penampilan basket gadis itu. Lagipula, basket memang favoritnya---juga ia pernah menjadi kapten di tim sekolahnya---sebelum memutuskan berhenti karena ingin fokus dengan akademinya.

"Semuanya akan berakhir dan …." Hap! Bola itu tidak masuk ke keranjang basket. Malahan, meleset dan terpantul ke pintu utama lapangan basket, dan ia dapat melihat seseorang kini menangkap lemparan bolanya.

Sekejap, Rose menghapus air mata untuk menatap lelaki itu dengan jelas. "Hoh, ketua kelas?" Sambil berlari mendekati eksistensi lelaki yang menjabat sebagai ketua di kelas barunya dengan senyum yang terpatri, dan ia juga mengenal lelaki itu karena hubungan antara kedua orangtua mereka---Samuel Ardien---siapa yang tidak tahu?

"Wow, sejak kapan kau pintar bermain basket?" tanyanya sebagai pembuka pembicaraan. Sam juga berjalan seraya memegangi bola basket, yang kemudian menyimpan ranselnya dan mulai memantulkan bola.

Rose? Tentu ia mengokeri lelaki itu. "Sejak kecil, aku suka basket. Aku pernah jadi kapten. Cuma, aku memutuskan untuk berhenti karena ingin fokus dengan akademiku. Aku ingin menjadi dokter bedah."

Sam yang masih fokus pada bola, hanya mengangguk dan melompat untuk memasukkan bola ke keranjang basket. "Sayang sekali," katanya yang kemudian mendekati Rose yang berada di belakangnya setelah bola itu masuk dengan sempurna. "Permainanmu sangat hebat! Mau duel?"

Dengan kilat, Rose memicingkan kedua matanya sembari berpangku tangan. "Duel?"

"Jika kau menang, aku akan mengabulkan satu permintaanmu dan jika kalah, kau harus mengabulkan permintaanku. Bagaimana? Tidak sulit bukan? Apalagi, kudengar dari beberapa orang, kau dulunya adalah seorang kapten ditim basket," tawarnya dengan kedua alis yang terangkat.

Entah kenapa, Rose mau saja saat ia sontak mengangguk. Sehingga Sam langsung mengambil bola yang berada di sekitar keranjang dan memantulkannya untuk mendekati Rose yang berada di tengah lapangan---melakukan pemanasan kecil yang membuat Sam tersenyum kecil.

"Aku harap, kau menerima kekalahanmu, Ardien Junior," katanya dengan senyum sinis, dan Sam hanya mengangguk---cukup malas untuk menanggapi kesombongan Rose---karena kemenangan ada pada dirinya.

Duel itu dimulai dari Sam yang kini mengumpan bola kepada Rose, Sam pun terlihat piawai dalam merebut bola itu maupun menghalangi Rose untuk mencetak skor. Bahkan, setiap kali Rose ingin menembak bola ke keranjang, Sam yang memiliki tinggi bak atlet, akan menangkap bola itu dan membuat skor untuk dirinya.

Rose tentu kesal. Kalau keadaannya terus seperti ini, bisa-bisa ialah yang akan keluar sebagai pecundang.

Dan nyatanya, memang seperti itu. Samuel keluar sebagai pemenang setelah berhasil mencetak puluhan angka. Sangat luar biasa. Bahkan, Rose melupakan satu hal di mana Sam adalah pemain terbaik sekaligus kapten di tim basket Stora High School. Bahkan, Sam telah memboyong banyak piala untuk sekolah.

Twinkle-UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang