📌Buket Bunga {MABB - REVISI}

34.3K 2.1K 33
                                    

"Selamat siang anak - anak" sapa Pak Edi, seorang guru kimia yang memang hari ini kedapatan jam mengajar di kelas Givella

"Pagi pak"

"Hari ini kita langsung praktek ke laboratorium aja ya, jurnal yang kemarin bapak suruh buat langsung dibawa saja, beserta jas lab nya" perintah Pak Edi kemudian, semua murid langsung tersenyum tanda bersuka cita, pasalnya mereka tak perlu lagi pusing mendengarkan penjelasan tentang rumus kimia yang mereka sendiri tak akan mungkin bisa memahaminya

"Giv, ntar lo duluan aja deh, gue ke toilet bentar. Nitip jurnal gue ya" ujar Nella, gadis itu nampak sibuk mengeluarkan buku jurnal kimia dari dalam tas nya

Givella menghela nafas, "Yeuuu lo mah langganan mulu, dari dulu juga kalo mau praktek mampirnya ke wc dulu" seloroh nya kemudian, yang hanya mendapat balasan berupa cengiran dari sahabatnya

Setelah dirasa sudah membawa semua keperluan yang harus dibawa ke laboratorium, Givella dan Nella segera beranjak keluar dari kelas. Mereka berdua berjalan berdampingan hingga sampai di depan toilet wanita yang terletak di sudut koridor

"Gue ke toilet dulu Giv" pamit Nella, sambil mempercepat langkahnya melenggang masuk kedalam toilet tersebut

Givella mengangguk, "udah cepetan, gue duluan" ujarnya kemudian, lalu mulai melanjutkan langkah nya lagi menuju ke sebuah tangga arah menurun yang kebetulan memang terletak tak jauh dari toilet

~~~~~~~~~~><~~~~~~~~~~

Dilain tempat, Aldani terduduk di sofa basecamp nya sembari memandangi sebuah bucket mawar berukuran sedang yang tergeletak di atas meja yang ada di hadapannya. Hari ini, rencananya ia akan memberikan sebuah kejutan berupa buket bunga yang ia letakkan di meja Givella. Namun yang jadi permasalahan sekarang adalah, siapa yang akan menuliskan sebuah kartu ucapan yang akan ia selipkan di antara kuntum bunga tersebut? mengingat tulisan tangannya yang sangat buruk dan tak mungkin ia terapkan di kartu ucapan tersebut

"Lo aja deh bos yang nulis, bener deh tulisan gue kayak cacing kepanasan sumpah" ujar Leon sambil menyerahkan sebuah pena kepada Bara yang duduk di hadapannya

Bara menggeleng kuat, "Emang lo pernah tau gue nulis rapi? Kagak kan? Yaudah jangan gue berarti" tolaknya kemudian

Leon beralih menatap Arlan yang duduk di sebelahnya, "Lo aja deh Lan, masa gue mulu sih astaga" keluhnya kemudian

Arlan menggeleng kuat, "Aduh tangan gue sakit banget sumpah, suruh si bos aja sana Yon" sahut Arlan, sambil bertingkah seolah merasakan sakit di pergelangan tangan kanannya

Leon mendengus kasar, "Gue sumpahin tangan lo jadi kecil kayak tangan kangguru mampus lo" sarkasnya kemudian, sedangkan si empunya malah terkekeh mendengar hal itu

Brak!

"Niat bantuin kagak lo pada!" sentak Aldani yang sudah merasa pusing memikirkan nasib kartu ucapan nya

Seketika semuanya terdiam, bos besar mereka marah. Bodoh rasanya jika mereka masih tetap terus melanjutkan candaan mereka, bukan karena Aldani akan membentak mereka lagi, namun lebih kepada mereka masih sayang nyawa. Ya kali mati gara – gara sebuah kartu ucapan, konyol sekali kedengarannya

Dengan kasar, Aldani merebut pena yang ada di tangan Leon kemudian menyambar sebuah kartu ucapan yang tergeletak di atas meja di hadapan cowok itu, "Dah sini, gue aja yang nulis!" ujarnya kasar

Semua masih tetap terdiam, sedangkan Aldani mulai menulis dengan seluruh kemampuan yang ia punya di atas kartu ucapan tersebut, bodo amat lah dengan tulisannya yang mirip mie keriting itu, lagi pula selama masih bisa dibaca tak ada masalah kan.

Setelah selesai dengan usaha menulisnya, Aldani mengangkat kartu ucapan tersebut dan menatapnya dengan puas. Tentunya hal itu juga membuat atensi teman – temannya juga ikut menatap ke arah katu ucapan tersebut

"Loh kok?" ujar Leon mendadak, setelah sempurna melihat seluruh isi kartu ucapan tersebut

Aldani meliriknya tajam, "kenapa?" tanya nya sinis

"Eh enggak bos, santai dong" elak Leon kemudian

Sedangkan disisi lain Arlan dan Bara sama – sama memiliki keraguan ketika melihat kartu ucapan tersebut, pasalnya model tulisan yang ada didalam kartu tersebut sudah mirip dengan cacing kepanasan, mereka berdua ragu akan keberhasilan Aldani kali ini

"Serius lo mau ngasihin itu ke Givella?" tanya Bara penuh keraguan

"Ya serius lah, lo kira gue lagi bercanda" jawab Aldani mantap

Bara menghela nafas, biar sudah cowok itu melakukan apa yang dia ingin lakukan. Toh pun melarangnya juga percuma

Aldani berdiri dari duduknya sambil membawa buket bunga yang sengaja ia beli ditangannya, kemudian berjalan ke arah pintu keluar, 3 kawannya pun menghela nafas kemudian ikut berdiri dan berjalan di belakang Aldani

Namun!

Belum saja Aldani menyentuh gagang pintu dan membukanya, pintu itu sudah terbuka lebih dulu dari arah luar, nampak Yudhis dengan nafas yang tersenggal – senggal namun bibir cowok itu seperti ingin mengatakan sesuatu

"Kenapa lo?" tanya Aldani, dahi nya berkerut bingung menatap anak buahnya yang satu ini

Yudhis yang masih bingung mengatur nafasnya pun memaksakan diri mengatakan apa yang ingin ia katakan, "Si bangsuy ngajakin gelud bos" adunya kemudian

"Bangsuy? Guntur maksud lo?" tanya Aldani memastikan

Yudhis mengangguk, "Boni dikeroyok, hampir mati tuh anak" tambah Yudhis

Satu tangan cowok itu terkepal kuat, "Siapin yang lain, gue ada urusan bentar" perintah Aldani kemudian, "Bar, ikut gue. Lo berdua siapin yang lain" tambah cowok itu sambil menatap ke arah 3 orang cowok yang berdiri dibelakangnya

Bara mengangguk, Aldani langsung melangkah cepat keluar dari ruangan tersebut, diikuti oleh Bara dibelakangnya. Sedangkan Arlan, Leon dan Yudhis langsung gercep melaksanakan apa yang sudah Aldani perintahkan barusan

Sesampainya dikelas Givella, Aldani langsung beranjak menuju ke arah deretan loker yang ada di bagian paling belakang kelas. Menelisik satu persatu nama yang tertempel di pintu loker tersebut, mencari sebuah nama yang memang menjadi tujuannya datang kesana

"Givella Nindy M" gumamnya, mengeja sebuah nama yang tertempel di salah satu pintu loker yang ada disana, dengan segera tangannya terulur dan membuka pintu loker tersebut yang ternyata tidak dikunci oleh pemiliknya.

Aldani meletakkan buket bunga yang ia bawa dengan rapi didalamnya, kemudian kembali menutup rapih loker tersebut

"Lo yakin?" tanya Bara lagi. Jujur saja keraguannya masih belum sirna dari dirinya

Aldani mengangguk mantap, "Dahlah gue yakin berhasil kali ini" ujarnya penuh percaya diri

Bara memalingkan wajahnya,"Oke, terserah lo aja" ujarnya kemudian

MARRIED A BAD BOY [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang