["Mana anakku? Roy!]
Aku langsung menyerahkan handphone pada Roy yang di sampingku. Sedangkan Bang Alex masih berkacak pinggang di hadapan kami.
Istri dan tiga anaknya duduk-duduk di teras rumah Teh Ani sambil mengobrol dengan si empunya rumah. Udin masih terduduk di depan pintu seraya termenung.["Roy anakku. Putuskan sekarang, mana yang akan kamu pilih? Mamak sudah bicara tadi ama pacarmu yang janda itu. Namun, jawabannya masih ragu yang Mamak dengar. Putuskan sekarang mana pilihanmu?!"]
Roy memandangku dengan sejuta tatapan yang sulit teruraikan. Aku tahu, dia juga kesulitan dalam menentukan pilihan. Aku hanya menunduk merasakan perang batin dalam dada.
["Aku pilih ... pindah agama Mamak. Roy mohon, jangan pisahkan kami. Jangan buang aku jika menikah dengan Maya lalu masuk agama Islam. Aku sangat mencintai dia."]
["Tidak bisa anakku! Keturunan kita tidak ada yang pindah agama. Jikalau ada yang mau menikah di luar agama kita, maka dianjurkan agar masuk agama Kristiani. Kau adalah anak lelaki satu-satunya pewaris separuh harta marga Manulang. Jika kau melanggar, maka tidak akan pernah mendapatkan apa-apa. Kau akan terbuang dari keluarga besar Manulang!"]
["Tapi, Mak ..."]
["Tak ada tapi-tapian. Jika kau berkeras ingin pindah agama ... Silahkan saja kau menikahi Maya itu. Akan tetapi, jangan harap kau jumpa Mamak mu lagi. Jika aku mati pun ... Jangan kau temui mayat ku! Huhuhu."]
Mamaknya Roy terdengar marah besar sampai menangis dan menjerit. Aku bergidik mendengarnya. Hati ini sangat kacau dan pikiran menjadi berantakan.
Lalu handphone itu direbut oleh bang Alex. Dia bicara kembali dengan bahasa daerahnya. Aku dan Roy saling membisu dengan pikiran masing-masing. Tak henti menyusut air mata ini yang terus mengalir membasahi pipi.
"Ya Allah ... Mungkinkah harus ku akhiri cinta ini? Demi keutuhan keluarga Roy." Batinku semakin tersiksa dan tiada berdaya akan keputusan yang membuat gila.
Bang Alex menyerahkan handphone kembali pada Roy. Ia tampak terkejut dan raut wajahnya tampak kalut. Entah apa yang dibicarakan dalam telepon itu, aku tidak paham bahasa Batak.
"Sekali lagi aku mohon, jauhi Roy. Jangan ada kalian berhubungan lagi. Sekarang juga, kau harus pergi dari kampung ini. Terserah mau kemana. Aku tidak yakin jika kau ingin masuk agama kami," ujar bang Alex agak melunak.
Aku terdiam seribu bahasa dan tidak berani menatap lelaki ini. Kak Rosita mendekati.
"Bagaimana keputusannya?" tanyanya ingin tahu.
"Mereka harus dipisahkan. Kalau tidak ... Mamak kita akan mati. Tadi Diana telepon, Mamak pingsan penyakit jantungnya kumat lagi. Sedang dibawa ke rumah sakit," jawab bang Alex memandangku tidak senang. Diana adalah adik bungsu Roy yang di Medan ikut bersama keluarganya dan masih kuliah.
Astaghfirullah!
Aku menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Hati dicekam ketakutan yang amat sangat. Gelisah tiada menentu tapi ... aku harus memberikan ketegasan hari ini juga.Roy menyerahkan handphone pada abangnya setelah selesai bicara di telepon. Wajahnya tampak gusar sekali dan matanya merah tampak habis menangis.
"Bagaimana Maya? Apa kau bersedia putus dari Roy?" tanya bang Alex. Aku memandang Roy yang hanya berdiri saja dan menunduk dalam sambil memegang dagunya.
"Baiklah. Demi keutuhan keluarga kalian, hari ini juga aku akan pergi dari sini. Maafkan aku Roy!"
Aku tidak berani mendekatinya karena tahu hatinya pun tengah terluka.
"Bagus lah kalau begitu. Memang kau pelacur yang baik."
Bang Alex sekali lagi menjatuhkan harga diriku. Namun, percuma melayaninya. Tak ada guna!
"Jangan sampai kau tidak pergi hari ini juga!" katanya lagi. Aku hanya mengangguk dan Roy sudah berlalu meninggalkan kami tanpa sepatah kata.
Kemudian aku menghambur masuk ke rumah Teh Ani. Menangis sejadi-jadinya dalam kamar. Meratapi nasib buruk cintaku.
Teh Ani dan Udin tidak berani membuka mulut. Mereka hanya diam menatap sedih padaku yang mulai membereskan baju-baju. Mereka pun tak kuasa untuk mencegah kepergian ini. Hanya doa dan air mata yang teh Ani berikan untukku.
***
Pukul dua siang ini aku berangkat menuju loket travel diantar Udin naik motor. Meninggalkan rumah sewaan dan sejuta kenangan di daerah sini. Kembali ke kampung halaman di Lampung. Sudah tidak ada niat di hati untuk merantau lagi. Aku jera!
Keputusan sudah bulat. Apapun yang terjadi, aku harus tetap meninggalkan kekasih hati. Mungkin Allah tidak berkehendak akan hubungan aku dan Roy. Pun dengan janin yang keguguran itu. Harus ikhlas menerima kenyataan pahit ini. Impian mereguk indahnya impian berumah tangga bersama berondong itu pupus sudah.
Aku harus tetap tegar melangkah menyongsong hari esok yang lebih baik lagi. Cinta yang hanya seumur jagung ini, kandas ditengah jalan. Semua itu karena tak direstui orang tua dan perbedaan agama.
Jadi teringat lagu yang sering dinyanyikan karaoke, BUKAN KU TAK CINTA milik penyanyi beken Iklim dari Malaysia. Kini, nyanyi tersebut malah justru kenyataan hidup yang sedang dialami saat ini.
Sampai di loket travel Tebingtinggi, mobil sudah akan berangkat. Jadi tidak banyak cerita dengan Udin. Kasihan pemuda itu, harus kehilangan sahabat sepertiku. Sejak pertama kenal dia lebih dekat dan akrab hanya denganku. Dia lah teman baik yang sesungguhnya. Banyak waktu untuk menemani. Kini kami akan berpisah dan tak'kan pernah berjumpa lagi. Tak terasa mata ini berkaca-kaca.
Aku sudah dalam mobil yang bergerak meninggalkan pelataran loket travel, saat Udin melambaikan tangannya untuk yang terakhir kali. Aku membalas dengan sedih melongok dari jendela mobil.
"Mengapa? Mengapa bukan Roy yang berbuat demikian? Kenapa justru yang kuanggap teman biasa justru banyak perhatian." Batinku bertanya sendiri. Akhirnya mobil sudah menjauh meninggalkan sosok Udin yang semakin kecil lalu lenyap dari pandangan.
Aku menghempaskan tubuh ke jok dan menangis pedih mengingat semua kejadian yang sudah menimpa. Tanpa menghiraukan penumpang lain yang keheranan melihatku.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
KASIH TAK SAMPAI
RomanceMaya Safitri adalah seorang janda muda beranak dua. Seorang penyanyi kafe. Wajahnya yang cantik pun tubuh yang seksi dan mungil, menjadikan dirinya banyak yang menyukai. Tidak hanya kaum bapak-bapak maupun om-om senang yang ingin memiliki hatinya...