8. Teror

7 4 1
                                    

Happy Reading:)

***

"Gila." Satu kata lolos dari mulutku saat mendapati bangkai kucing di dalam boks, di atas bangkai kucing itu terdapat namaku. Sialan sekali orang itu, aku segera membuangnya ke belakang rumah lalu kembali ke kamar.

'Tap tap tap' aku mendengar suara langkah kaki menuju kamarku, aku bangkit dari kasur lalu membuka pintu.

"Bang Rian," kataku.

"Makan," ujarnya sambil memperlihatkan kantung plastik di tangannya.

Aku hanya mengangguk lalu mengekorinya dari belakang.

"Wehee ... lu abis ngapain ama, Sandy di danau?" tanya Dani penasaran.

"Kepo," jawabku dingin.

"Udah ayok makan," ujar Dimas merangkul kami berdua menuju meja makan.

Saat sampai aku mengambil sesendok nasi dan sayur saja, ntah kenapa selera makanku sedikit.

"Dil, lo gak sakit kan?" tanya Bang Dimas.

Aku hanya menggelengkan kepala dan menghela nafas lalu membuka suara.

"Gue di teror," ucapku.

"APA?!" teriak mereka bertiga.

"Gue di teror budek! Udahlah gue udah selesai, gue ke kamar duluan," ucapku langsung meninggalkan mereka.

_Kamar_

Aku duduk di balkon sembari menghembuskan napas sambil menatap bulan, lampu-lampu kota yang selalu menyalah dengan warna yang berbeda-beda, dan jalanan yang selalu macet.

'Ting' aku langsung merogoh saku celanaku lalu membuka whatsapp.

***

+6282*********
Jauhin, Sandy atau gue
bakalan teror lo selamanya
                                          20.05

Me
'Lu siapa?'
20.06✔

+6282*********
'Read'

***

"Ck, aneh," gumamku.

'Ting' apa lagi sekarang? Aku langsung membuka aplikasi whatsapp. Ternyata bukan dari ponselku tapi, dari bel pintu. Aku keluar dari kamar dan menuju pintu, saat menuruni tangga, ternyata Dani sedang menuju ke araku sambil membawa boks.

"Nih," ucapnya sambil menyodorkan boks itu kepadaku.

"Dari siapa?" tanya sambil berjalan ke arah sofa.

Dani hanya mengangkat bahu lalu pergi ke kamarnya. Saat duduk tanpa sengaja aku menyenggol tangan Bang Dimas, entah aku yang tidak melihat atau dia yang tidak terlihat?

"Nih anak main nyenggol-nyenggol aja," ucap Bang Dimas.

"Ya mangap, abisnya lo kagak keliatan," ucapku sambil membuka boks tadi.

Bang Dimas hanya menatapku horor. Aku membuka boks dan ternyata isi bangkai kucing tanpa kepala dan sejarik kertas.

“MENJAUHLAH DARI SANDY ATAU AKU AKAN MENERORMU SELAMANYA”

"Bang Dim, gue pinjem laptop lu ya? Soalnya laptop gue rusak," ujarku.

***
See you:)

Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang