17. Dilla Ditembak?

12 5 2
                                    

Happy Reading

***

Pagi harinya, Rian yang ingin melihat Dimas sesuai operasi tanpa sengaja melihat Dilla yang tertidur, ia pun memutuskan menjenguk Dimas nanti saja dan saat ini ia harus membawa Dilla pulang.

Saat di perjalanan, Dilla terbangun lalu menanyakan kondisi Dimas dan Rian pun menjawab kalau Dimas baik-baik saja. Ia menghela nafas lega, lalu menelpon Tio untuk menjaga Dimas di rumah sakit.

*Rumah

Dilla langsung masuk ke kamar untuk menyusun rencana baru, karena terlalu fokus untuk memikirkan rencana baru, Dilla tak menyadari kalau jempol kirinya telah berdarah akibat sendari tadi ia gigit. Rian yang melihat hal itu langsung menarik lengan Dilla hingga ia terduduk di sofa lalu Rian mengambil kotak P3K.

"Hentikan tingkahmu itu!" bentak Rian karena melihat Dilla kembali mengigiti jempol kanannya.

Sedangkan sang emput langsung menghentikan kegiatannya sambil terkekeh pelan, Rian hanya menghela nafas lalu memberikan Dilla semangkuk bubur.

"Aku gak sakit," ujar Dilla mengembalikan bubur itu.

"Mak-"

Ucapan Rian terpotong oleh nada dering telpon Dilla, Dilla mengangkat telpon dari Tio kalau Dimas udah sadar dan mencari dirinya.

"Bang, ke rumah sakit yuk! Bang Dimas, dah sadar," ajak Dilla kepada Rian.

Rian hanya mengangguk pelan lalu mengambil kunci mobilnya, namun tiba-tiba saja Dilla sedikit oleng dan dengan sigap Rian menangkap tubuh Dilla.

"Kamu istirahat dulu ya, lagian kamu belum makan."

Dengan cepat Dilla berucap, "gakpapa, aku mau liat, Bang Dimas."

Sebelum Rian menyuruhnya untuk istirahat, dengan cepat Dilla masuk kedalam mobil dan memakai sabuk pengaman. Rian hanya pasrah kepada adik perempuannya itu, mereka pun berangkat menuju rumah sakit.

*Rumah Sakit

Saat sampai, Dilla langsung meninggalkan Rian yang baru saja keluar dari mobil. Sepuluh menit berjalan dan tinggal melewati satu belokan untuk sampai ke ruang ICU, saat ingin belok, tiba-tiba Dilla melihat orang berjaket coklat sedang berjalan ke arahnya. Dilla langsung memakai masker lalu bersikap biasa-biasa saja karena ia masih memakai pakaian operasi dan saat mereka berpapasan, Dilla sempat mendengar perkataan orang itu.

"Rencana gagal."

Mendengar hal itu, di pikirannya langsung terlintas dua nama yaitu Alex dan Fanya. Dilla langsung mengikuti orang itu dan saat sampai di parkiran Dilla langsung mendatangi orang itu dan berpura-pura bahwa dompet orang itu terjatuh. Saat orang itu turun dari motor, Dilla langsung menghempaskan orang itu lalu bertanya siapa yang menyuruhnya untuk mengawasi saudaranya.

Orang itu menjawab bahwa ia di bayar oleh Alex untuk memata-matai Dimas dan ia juga di suruh untuk melenyapkan Dimas jika ada kesempatan. Dilla hanya berdecih lalu menelpon Tio agar ke parkiran rumah sakit bersama beberapa temannya.

"Siapa?" tanya Tio sesampainya di depan Dilla.

"Bawa ke basecamp, lo bawah mobil yakan?" tanya Dilla memastikan.

Tio mengangguk lalu membawa orang itu menuju mobilnya. Beberapa menit kemudian Dilla kembali pusing dan sedikit oleng, untung saja ada seseorang yang menahannya agar tidak jatuh.

"Azka? Elu itu manusia apa setan sih? Selalu saja muncul entah dari mana," ujar Dilla bingung.

"Gue datang dari langit jadi elu jangan samain gue ama setan, lagian lu kagak liat nih kaki gue rapet ama tanah."

Azka menunjuk kakinya yang rapat dengan tanah.

"Ya kali pangeran secakep gue di samain ama setan," lanjutnya tersenyum percaya diri.

"Huwee ... Pangeran dari tong sampah aja belagu," ucap Dilla berpura-pura mual melihat kepedean pemuda itu.

"Muka matamu selebar-lebarnya maka kau akan melihat seorang pangeran tampan nan gagah berdiri di hadapanmu dengan setangkai bunga mawar indah."

Dilla memutar bola matanya malas melihat pemuda di depannya. 'Sok puitis' itulah yang ada di pikiran Dilla saat ini.

"Dasar Jailangkung, pergi tanpa pamit datang tanpa di undang," tutur Dilla menatap malas ke arah Azka.

Dilla berlalu pergi meninggalkan Azka yang sedang berpuisi sambil bergaya layaknya seorang pangeran berkuda.

Dor!!

Seketika Azka menghentikan aktivitasnya dan ...

"DILLA!"

Azka berlari ke arah Dilla, sedangkan sang emput yang di panggil langsung ambruk ke tanah, Azka langsung menghampiri Dilla. Ia mencoba berteriak meminta tolong sambil berusaha menghentikan darah yang terus mengalir dari dada Dilla.

"Tolong bertahanlah, TOLONG!" seru Azka.

Beruntung ada suster yang lewat membawa kursi roda, mereka langsung membawa Dilla menuju UGD dan langsung di operasi karena ada peluru di jantungnya.

"Dimana, Adik saya?" tanya Rian yang baru sampai.

"Ruang Operasi, Brayen!" seru Azka kepada pemuda bernama Brayen itu.

"Ikut gue," ujar Azka.

Brayen hanya mengangguk lalu Azka pamit dengan Rian. Azka dan Brayen mencoba mencari petunjuk pelaku yang menembak Dilla.

***
Akankah Azka dan Brayen mendapatkan petunjuk tentang si pelaku atau tidak?
Dan akankah Dilla selamat?
See you next time

Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang