10. Desi CS

10 4 3
                                    

Happy Reading:)

***

Keesokkan paginya aku telah bersiap untuk ke kampus, rasanya malas banget kalo berangkat sendirian soalnya Bang Dimas dan Dani jadwalnya siang sedangkan aku pagi. Aku hanya pasrah dan melaju kuda besiku ke kampus.

_Kampus_

Saat masuk, banyak pasang mata menatapku antara kagum dan aneh. Ya mungkin karena penampilanku yang sedikit aku ubah, yang biasanya rambut di kuncir asal kini aku biarkan tergerai, muka polos kini ku beri sedikit sentuhan dengan liplos yang natural, jaket warna hitam di padukan dengan kaos putih polos, dan jens hitam.

Dengan banyaknya mahasiswi yang menatapku dan sekian lamanya aku bisa salting juga saat ini, aku hanya bisa menggaruk tengkukku yang tak gatal.

Dengan banyaknya mahasiswi yang menatapku dan sekian lamanya aku bisa salting juga saat ini, aku hanya bisa menggaruk tengkukku yang tak gatal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghela nafas kasar, ini nih kalo punya kelebihan yang istimewa rempong banget. Banyak yang berpikiran aneh tentangku, tapi aku mencoba bodo amat dan tetap cool. Saat ingin masuk ke kelas, aku di hadang oleh genk si Nenek Gayung, siapa lagi kalo bukan Desi CS.

"Siapa nih? Tumben banget lu dandan," ucap Desi tertawa.

Aku hanya diam sampai sebuah tarikan kuat di kepalaku membuatku mendongakkan kepala.

"Gue nanya anjir!" serunya di dekat telingaku.

Beberapa detik setelahnya, aku merasakan sebuah tangan menutup telingaku.

"Tempat kalian bukan di sini, sebaiknya kalian kembali ke kelas!" perintahnya dingin membuat semua mahasiswa dan mahasiswi diam.

Desi CS memilih pergi dan yang lain memilih duduk seakan tidak terjadi apa-apa tadi, aku berbalik dan ternyata pemudah itu adalah Azka.

"Lo gakpapa?" tanya Azka.

"Gak," jawabku singkat lalu masuk ke kelas.

Helaan nafasnya masih bisa kudengar. Beberapa saat kemudian Dosen pun masuk dan menjelaskan materi, sekitar tiga jam Dosen pun keluar dan aku memilih ke kantin untuk makan siang. Saat di belokan menuju tangga, tiba-tiba ada yang menyentak tubuhku hingga aku terhempas ke dinding.

"Urusan kita belum selesai," ujar Fanya.

"Lepasin gue," ucapku sedingin mungkin.

"Apa? Lepasin? Jangan harap ... haha ...!"

Tawa mereka bertiga pecah seperti penyihir. Tapi tunggu, apa mungkin Fanya yang bantu Lisa buat neror aku itu dia? Aahh ... nanti aja mikirin itu sekarang aku harus ke kantin. Aku berdiri dan ...

'Buughh'
aku menendang perut Fanya hingga ia tersungkur, selanjutnya Tasya, dia mencoba memukulku namun, tangannya segera ku putar kebelakang lalu mendorongnya hingga ia menindih Fanya. Yang terakhir Desi, saat aku ingin memukulnya, Sandy datang entah dari mana tiba-tiba ia memegang tanganku.

"Apa-apaan ini? Kenapa kalian berkelahi?" tanya Sandy.

Aku menghentakkan tanganku lalu pergi meninggalkannya, kenapa aku pergi? Itu karna tak jauh dari tempat itu, Lisa sedang berjalan ke arah Sandy tentunya. Takut? Tentu tidak, aku pergi karna aku ingin melancarkan rencanaku.

_Kantin_

Aku mandudukkan bokongku di pojokan kantin, itulah kebiasaanku saat kecil sampai sekarang saat duduk di kantin harus di pojok karna lebih tenang.

"Hai, Dil!" seru seorang gadis berambut sebahu.

"Eh."

Aku menoleh ke arahnya, ternyata ia bersama seorang pemudah.

***
See You😪🔪

Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang