19. Kerja Sama

7 3 0
                                    

Hola everybody, i'm comeback huhuhu ... ada yang kangen gak ama nih cerita?
Btw, kemungkinan tinggal 2 part menuju end
Typo bertebaran ya🍁

Happy Reading

***


"Liat aja sendiri," jawab Dilla tanpa menoleh ke arah Azka.

Dilla memaksa pelayan itu untuk meminum jus yang ia bawakan untuk Dilla, setelah jus itu abis, pelayan itu mulai memuntahkan banyak darah. Azka langsung mematung di tempat nya, lama-kelamaan tubuh pelayan itu jatuh ke lantai dengan darah keluar dari mulutnya.

"Gue balik dulu," ujar Dilla berlalu pergi.

Beberapa detik kemudian, Azka tersadar dari kagetnya. 'Eh, tuh anak kemana?' pikir Azka mencari keberadaan Dilla. Azka kesana kesini membawa alamat~eh! Kok jadi nyanyi sih? Lanjut ke cerita. Azka pun mencari keberadaan gadis yang ia cintai, namun nihil, ia tidak menemukannya dimana pun.

—•• | | ••—

Keesokan harinya, sebuah mobil berwarna pinky telah terparkir mulus. Pintu mobil terbuka dan memperlihatkan seorang gadis keluar dengan dress sepuluh senti di atas lutut berwarna pich, high heels berwarna merah, rambutnya ia biarkan tergerai, dan wajahnya di beri make up tebal yang terkesan hampir ... hampir mirip Mak Lampir.

Kemudian ia berjalan masuk ke kampusnya dengan melenggak-lenggokkan pinggangnya, beberapa orang menatapnya dengan tatapan mengejek dan sebagai berbisik-bisik tentangnya.

"Fanya! Disini!" teriak dua orang gadis seumuran dengannya.

Ya, dia adalah Fanya Eryana Wyllyam _Fanya_ sedangkan gadis yang memanggilnya adalah Anastasya Wijayanto _Tasya_ dan Daisy Lestari _Desi_. Fanya menghampiri mereka berdua dan di samping Tanya.

"Gue pikir lo dah mati di bawah ama anak buah, Dil–"

Ucapan Desi terpotong dengan perkataan Fanya. "Gue masih hidup dodol," ucap Fanya kesal.

Mereka pun melanjutkan percakapan mereka dengan bergosip.

—•• | Rumah Sakit | ••—

°Dilla Pov

"Lo udah baikkan?" tanyaku kepada Bang Dimas.

Ia hanya mengangguk pelan sebagai jawaban atas pertanyaanku tadi, aku berjalan mendekatinya dengan menghela nafas lega kemudian duduk di kursi dekat ranjangnya.

"Haus," ucapnya dengan suara yang masih serak.

Aku segera membantunya untuk minum, setelah itu aku menawarkan untuk menyuapinya dan ia hanya mengangguk pelan. Aku mulai menyuapinya bubur yang kubawah dari rumah, suapan demi suapan yang kuberikan kepadanya hingga bubur itu habis.

"Maaf," katanya membuatku bingung.

"Untuk apa?" tanya yang masih bingung.

"Udah buat lo khawatir," jawabnya.

Aku masih mencerna perkataannya barusan, astaga nih otak lemot banget ya.

"Eh, gakpapa kok," kataku sambil tersenyum.

Seketika hening menguasai ruangan ini, aku melirik jam tanganku dan ternyata udah jam 7 lewat, aku langsung mengingat kalo hari ini aku ada janji ama si 'Setan / Azka'.

"Udah jam 7. Bang, gue duluan ya, ada urusan. See you," ucapku sambil melambaikan tanganku.

—•• | Cafe | ••—

Aku menatap seluruh ruang Cafe itu untuk mencari seorang, dan akhirnya aku menemukannya. Entah kenapa dia selalu saja memilih duduk di paling ujung Cafe, aku pun berjalan ke arahnya, karena dia terlalu fokus dengan handphonenya sampai-sampai tidak menyadari kehadiranku tepat di depannya.

Aku pun berdehem sedikit keras hingga berhasil membuatnya menoleh ke arahku, aku hanya menatapnya malas sedangkan dia hanya terkekeh, entah apa yang lucu.

"Nih tanda tangan," ucapku dingin sembari memberinya selembar kertas perjanjian dan pulpen.

"Ck, dasar kulkas," gumamnya sambil menandatangani kertas perjanjian itu.

"Thanks," kataku langsung meninggalkannya sendirian.

Namun, sebelum aku benar-benar pergi, ia langsung mencekal tanganku.

"Lo lupa persyaratan yang gue katakan ama lo?" tanyanya berdiri di hadapanku.

Aku hanya menatap Azka dengan malas kemudian bertanya, "terus?"

"Tau ah lo nyebelin," ucapnya meninggalkanku.

Apa aku salah bertanya. Entahlah, tuh anak emang aneh.

_£_

Sampe disini dulu ya, otak aku buntu banget hehe ... Sampe jumpa di waktu yang akan datang ˙˚ʚ(´◡')ɞ˚˙

Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang