15. Rencana

4 4 1
                                    

Happy Reading

***

"Bawa dia ke basecamp,"  jawab Dilla.

"Untuk?" tanya Tio bingung.

Dilla hanya menatapnya tajam.

"Okay, but please don't look at me like that later I will love you more," ucap Tio dengan nada menggoda. (Oke, tapi tolong jangan lihat aku seperti itu nanti aku akan lebih mencintaimu)

Dengan sigap Dilla melayangkan tendangan tepat di perut Tio, Tio hanya bisa menggerutu akibat perkataannya tadi. Kemudian ia menggendong Fanya ke mobil sedangkan Dilla kembali kehadapan Desi dan Tasya.

"Kembali ke kelas masing-masing, sekarang!" perintah Dilla dengan nada tinggi.

Balik kanan bubar, itu yang para mahasiswa dan mahasiswi lakukan. Dilla pun kembali ke kelas mengingat jam pelajaran akan di mulai.

_Rumah Sakit_

Setelah pelajaran usai, Dilla memutuskan untuk ke Rumah Sakit dan alangkah terkejutnya ia saat mendengar kalo Dimas koma sedangkan Dani telah sadar. Dengan langkah cepat ia segera ke ruang rawat inap dimana Dimas dan Dani di rawat.

Pintu terbuka dan pandangan pertamanya yaitu Dimas dengan selang oksigen di hidungnya, Dilla berjalan kesamping Dimas yang telah terbaring lemah. Dilla hanya menatap Dimas dengan tatapan dinginnya, walaupun begitu di dalam hati Dilla iya sedang menangis.

"Katanya lo lebih kuat dari gua, katanya lo lebih hebat dari gua, katanya lo lebih jago dari gua, katanya lo ... hiks ... bakalan ... jagain gue. Terus kenapa lo gak bangun hah?! Bangun, buktiin kata-kata lo!"

"Bangun!"

Dilla semakin menjadi-jadi sampai-sampai Dani harus menghubungi Rian, Dani mencoba menenangkan Dilla namun gadis itu tidak mendengarkannya. Sudah setengah jam Rian tak kunjung datang, terpaksa Dani beranjak dari tempat tidur untuk menenangkan Dilla.

Dani memeluk Dilla dari belakang membuat sang emput menunduk dan menangis sejadi-jadinya, Dani kembali membisikkan kata-kata yang sama persis saat SMA dulu.

Setelah mendengar bisikan Dani, Dilla menghapus air matanya lalu pergi ke Basecamp.

_Basecamp_

Dilla berjalan cepat menuju ruang rahasia di basecampnya, saat Dilla langsung menendang Fanya yang tengah di ikat di kursi. Seketika Fanya yang tadinya baru sadar kini harus pingsan kembali.

"Dilla, stop it!" perintah Tio.

Dilla tidak memperdulikan perintah Tio. Tio dan anggota yang lain terpaksa menahan tubuh Dilla, sedangkan sang emput terus memberontak hingga Tio dan anggota yang lain mendapatkan tendangan dari Dilla.

"Huft ... kalo dia udah sadar, lepasin!" perintah Dilla.

"Hah! Lu yakin?" tanya Tio kaget.

Dilla hanya berdehem lalu keluar, ia sudah sedikit puas dengan tindakannya tadi. Tio mengekori Dilla hingga ke tempat pelatihan memanah.

"Lu serius? Sebenernya rencana lo apa sih?" tanya Tio penasaran.

Dilla masih fokus pada sasaran di depannya, lalu melepaskan anak panah tepat di tengah-tengah lingkaran.

Sambil mengambil anak panah dan posisi siap melesatkan anak panah lagi, Dilla berkata, "gue sengaja lepasin dia, agar tuh orang seneng-seneng dulu sebelum pergi selamanya."

Jawaban Dilla yang penuh penekan membuat Tio sedikit ngeri, sedangkan Dilla hanya fokus berlatih. Setelah puas melesatkan anak panah, ia pergi untuk menemui peliharaan kesayangannya. Mungkin kebanyakan cewe akan memelihara kucing dan anjing, tapi berbeda dengan Dilla, ia lebih suka memelihara serigala. Bayangkan serigala hutan yang sangat liar.

Saat sampai, Dilla memeberikan peliharaan kesayangannya itu daging ayam utuh. Serigala yang awalnya sangat liar kini telah jinak di tangan gadis berumur sembilan belas tahun itu.

"Fire, tunggu saja nanti gue bawaiin lu daging manusia," ujar Dilla sambil mengelus-elus Serigala yang di beri nama FIRE itu.

"Dil, Fanya udah sadar," ujar Seto.

Dilla berjalan ke ruangan itu lagi. Saat sampai, ternyata Rian ada di sana juga.

"Ngapain?" tanya Dilla dingin.

Rian tersenyum devil. "Pengen liat orang yang buat adek gue koma," jawab Rian.

Dilla hanya berdecih lalu berjalan ke arah Fanya.

"Dil, tolong lepasin gue," ujar Fanya memelas.

Dilla tersenyum, lalu berkata, "tenang aja gue bakalan lepasin elu kok, asal lo gak ngelaporin gue ke polisi," ujar Dilla.

Fanya berterima kasih dan berjanji tidak akan melaporkannya ke polisi, Dilla menyuruh Seto agar mengantarkan Fanya pulang, hingga di ruangan itu hanya tersisa Dilla dan Rian.

"Kali ini apa rencana kamu, Dek?" tanya Rian lembut.

"Sama kayak dulu," jawab Dilla.

Saat Dilla membuka pintu, ternyata ada seorang pemuda yang sedang berkacak pinggang. Dilla hanya menatapnya malas seakan mengatakan, 'sekarang apa lagi?' Dilla menghela nafas kasar.

***
See you

Cool GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang