Second Chance 🧚‍♀️"12"

73 18 16
                                    

Tubuh Irene seketika merosot saat dirinya tiba dirumah. Rasanya jiwa yang selama ini melekat pada tubuhnya perlahan lepas untuk meninggalkan raganya. Haruskan Irene mendengar semuanya? Bagaimana cara Irene menyampaikan apa yang didengarnya pada Mino?

Dengan tubuh yang masih lemas Irene mulai membenarkan tubuhnya untuk berjalan kearah kamar. Irene mendudukan diri diatas tempat tidur dengan banyak pikiran berkecamuk dibenaknya. Sama sekali Irene tidak menduga jika dugaan Mino selama ini benar adanya. Kecelakaan yang menimpanya benar-benar disengaja

***

Malam ini mungkin akan menjadi malam tersulit bagi Irene, bahkan hanya sekedar untuk menelan air saja dirinya seperti ingin muntah. Bayangan dan juga percakapan itu masih terbayang dengan jelas dimemori otaknya yang kecil ini

"Arkhhhh"

"Ada apa denganmu?"

"Kamjagi" pekik irene saat mendengar Mino yang kini berjalan menuju hadapannya. Tanpa memperdulikan keterkejutan Irene, Mino berdiri dihadapan Irene dengan menyilangkan kedua tangannya didada sambil terus menatap Irene tajam

Irene yang merasa diperhatikan hanya dapat menundukan kepala sembari mengaduk sup yang ada dihadapannya "berhenti menatapku seperti itu" cicit Irene tanpa berencana menatap mata Mino

Memang Mino baru mengenal Irene selama beberapa minggu, namun Mino dapat dengan mudah memahami perilaku dan kebiasaan Irene yang menurutnya cukup umum bagi seorang wanita

"Katakan apa yang tengah kamu pikiran!" Ujar Mino tanpa melepaskan tatapannya dari gerak gerik Irene yang cukup canggung untuknya

"U----usb--apa kamu tahu soal USB?" Ucap Irene dengan susah payah

"USB!! Maksudmu kamu tau dimana USB itu?" Sargah Mino dengan cepat saat mendengar kata USB terlontar dari bibir Irene

Dengan cepat Mino memegang bahu Irene untuk memastikan jika ucapan wanita di hadapannya adalah USB miliknya "katakan dengan jelas Bae Irene, USB dari mana kamu tahu soal USB itu??!! Aku tidak pernah memberitahumu soal itu"

Irene yang ditodong pertanyaan tersebut merasa bingung harus menjawab seperti apa. Haruskah dirinya jujur atau berbohong. Irene menghembuskan napas berat sebelum akhirnya memberanikan diri menatap Mino dan mengatakan yang sebenarnya

"CEO Kim Namjoon?" Mino melepaskan kedua tangannya dari bahu Irene dan berjalan kearah jendela yang terletak disamping televisi

"I--itu hanya dugaan ku bisa saja aku salah, aku hanya mendengar samar-samar suara penelepon diseberang sana dan suaranya mirip dengan CEO Kim" jujur Irene bingung karena saat ini seolah-olah Irene tengah menuduh CEO perusahaan dimana dirinya bekerja

"Aniya kamu tidak salah kamu hanya menyampaikan pendapat dan pemikiran mu" ujar Mino sambil terus menerawang jauh keluar kediaman Irene

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"

"Memastikan"

Mendengar jawaban Mino, Irene hanya dapat menganggukkan kepala mengerti akan tindakan Mino. Irene paham untuk saat ini hanya itu yang dapat Mino lakukan

"Jauhi CEO Kim, jangan terlalu dekat dengannya!" Perintah mendadak Mino membuat Irene yang semula tengah melamun mendadak blank dan tidak memahami ucapan Mino padanya

"Aku bilang jauhi CEO Kim, jangan terlalu dekat dengannya sampai aku memastikan semuanya" ulang Mino dengan menekankan setiap kata yang diucapkannya sembari mendudukan diri disamping Irene yang hanya mematung ditempatnya

***

Mino masih setia duduk disamping Irene yang entah sejak kapan telah terlelap dalam dunia mimpi. Bahkan kepala Irene dengan lancangnya mendarat di kepala sofa yang menjadi sandaran bahu Mino. Melihat hal tersebut Mino hanya dapat mendengus geli dengan posisi tidur Irene yang menurutnya sangat menggemaskan

"Wanita aneh" gumam Mino sambil menyibak anak rambut yang menutupi wajah cantik Irene

"Bersabarlah, aku berjanji kita akan bertemu kembali. Maafkan aku Irene melibatkan mu dalam masalah yang rumit ini"

Perlahan Mino mendekatkan wajahnya pada Irene menempelkan bibirnya pada kening Irene, menyalurkan rindu yang telah ditahannya selama ini

***

Flashback on
Another dimention

Dua si joli yang tengah memadu kasih kini telah tiba digerbang perbatasan kehidupan dan kematian. Gerbang yang akan membawa mereka ke kehidupan fana atau kematian abadi

"Mino" panggil Irene saat keduanya telah berada tidak jauh dari gerbang perbatasan

Tanpa menjawab Mino hanya menoleh kepada wanita disampingnya tanpa melepas genggaman tangannya. Sambil mengulas senyum hangat Mino terus menatap Irene yang kini terlihat sangat gugup

"Mino-- berjanjilah untuk selalu mengingat ku"

Kembali Mino tak mengeluarkan suara, dirinya dengan sigap merengkuh tubuh mungil Irene meyakinkan wanita itu jika dirinya tak akan melupakan wanita itu

Setelah meyakinkan diri baik Mino maupun Irene berjalan semakin mendekat kearah pintu perbatasan. Sesuai dengan ucapan malaikat yang selalu mengganggu Mino, didepan sana telah berdiri seorang penjaga yang terlihat sangat tidak bersahabat pada siapapun. Hingga akhirnya kedua arwah tersebut semakin mendekat dan berjumpa langsung dengan sang penjaga perbatasan

"Berhenti!!!" Tegur sang penjaga perbatasan dengan wajah datar tanpa ekspresi sama sekali. Dengan sebuah tongkat emas mengkilap ditangannya sang penjaga menghentikan langkah kaki Mino dan Irene

"Biarkan kami melewati pintu ini dan kembali ke dunia fana" ucap Mino setenang mungkin sambil terus menggenggam tangan Irene seolah mereka akan dipisahkan

"Kau silahkan lanjutkan kehidupan mu!-- Dan kau belum saatnya kamu kembali, waktumu masih 3 bulan lagi untuk kembali dunia fana" Tujuk sang penjaga pada Mino sebelum selanjutnya menunjuk kearah irene yang hanya mematung tak percaya

"Apa kam--" ucapan Mino terhenti saat Irene menggenggam tangan Mino dengan begitu erat hingga pria jangkung itu menoleh kearah Irene dan melihat Irene menggelang pelan padanya

Mino hanya menghela napas gusar saat mendapati kenyataan jika dirinya harus melepas Irene seorang diri ditempat ini. Hening sesaat hingga ucapan Mino berhasil membuat Irene terkejut dan juga mendapat ucapan sinis dari sang penjaga perbatasan

"Mino jangan bodoh. Kamu bisa kembali sekarang-- tidak--jangan lakukan itu kamu harus kembali ku mo--" ucapan Irene berhenti saat telunjuk Mino mendarat tepat di atas bibir Irene "pergilah--seperti janji kita sebelumnya jangan pernah melupakan ku. Aku akan segera menyusulmu setelah aku menyelesaikan urusan ku di dimensi ini"

"Dasar bodoh-- kamu menukar kesempatan untuk kembali ke dunia fana lebih cepat hanya untuk wanita disampingmu itu?" Sindir sang penjaga perbatasan pada Mino yang saat ini tengah memeluk tubuh Irene

"Ingatlah saat kamu berhasil kembali ke dimensi fana-- kamu tidak akan mengingat apapun yang terjadi di dunia ini selain kamu berjalan dalam kesepian. Cepatlah pergi!!" Pesan sang penjaga perbatasan sebelum mengusir Irene menuju sebuah danau dibalik pintu tersebut

Dengan berat hati Mino melepas kepergian Irene untuk kembali kedunia fana. Genggaman tangan Irene pada Mino semakin lama semakin merenggang hingga akhirnya Irene menghilang dibalik kabut tebal yang entah dimana ujungnya

Flashback off







To be continued

Finally sampe dichapter ini...gak kerasa udah sampai chapter 12 aja. Hehehe makasih ya buat dukungan kalian selama ini, makasih semuanya maaf kalau ada typo ya 🙏

A Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang