Bagian: 4

68 14 5
                                    

Matahari telah tergelincir dari tempatnya. Bulan bersinar pendar, namun indah. Bintang bertaburan di angkasa. Angin malam terasa sejuk dan nyaman. Malam ini adalah malam yang indah.

Namun, hal tersebut rupanya tak berpengaruh kepada beberapa orang.

Dalam kamar itu, terdapat sosok pemuda kurus yang gelisah dalam tidurnya. Keringat mengalir deras, nafasnya tidak teratur, dan wajahnya memerah.

"Ibu... Tolong aku... Hiks-ayah... Jangan... Pergi... " Sudah beberapa menit yang lalu ia mengigau. Entah mimpi buruk apa yang menyambanginya malam ini.

Cklek!

Pintu kamar terbuka, masuklah seorang pria berkacamata ke dalam kamar pemuda itu. Ia duduk di sebelah ranjang pemuda itu seraya mengelus tangannya yang panas.

"Ichimatsu... Maafkan kakak... Seharusnya aku yang menjaga kalian berdua. Tapi malah kau yang menanggung semuanya dan melindungi kami... Aku merasa malu. " Kata Fuyu lemah. Ia memperbaiki kompres yang tertempel di kening adiknya itu dengan telaten.

"Ibu... Hiks-hiks... "
"Kau rindu ibu?... Ichi... Kumohon, jangan bersedih. Aku akan selalu berada disisimu. Kakak menyayangimu selalu. "

Kelopak mata itu perlahan terbuka. Ichimatsu menoleh ke arah kakaknya. Kepalanya terasa sangat pusing, jadi dia tak banyak bergerak dan bicara.

"Fuyu... "
"Ichi?! Kau sudah bangun! Syukurlah, kau mau kubawakan sesuatu? Apa kau lapar? " Tanya Fuyu bertubi-tubi. Ia sangat senang saat adiknya akhirnya membuka matanya.
"Haus... " Mohon Ichimatsu kepada Fuyu. "Susu hangat. "

"Ah! Tentu saja! Segera siap! " Fuyu berlari keluar kamar untuk membuatkan pesanan Ichi. Jyushimatsu yang berpapasan dengan kakak tirinya itu bertanya dengan semangat.

"Bagaimana keadaan Ichimatsu-niisan?! "

"Ah, dia sudah bangun. Jangan terlalu berisik di dalam ya, Jyushimatsu! " Jawab Fuyu cepat. Yuki yang berada di dapur kembali bertanya kepada Fuyu.

"Bagaimana keadaan Ichimatsu-kun, Fuyu-kun? "

"Ia sudah sadar. Aku tengah membuatkan minuman kesukaannya. Yuki, bisa tolong buatkan juga makanan yang mudah dicerna Ichimatsu? " Yuki menjawab dengan anggukan antusias. "Terimakasih, aku sangat tertolong. "

Jyushimatsu mendobrak kamar Ichimatsu dengan semangat. Senyum lebar dan ceria kembali terpasang setelah sesaat menghilang ketika keadaan saudaranya menurun.

"Ichimatsu-niisan! Cepat sembuh ya! Atau aku perlu membantu nii-san membasmi virus-virus penyebab sakitnya nii-san?! Hustle! Hustle! Muscule! Muscule! Pukul! lalu~HOME RUN!!! AHAHAHA! " Jyushimatsu berteriak penuh semangat. Sepertinya ia sudah lupa dengan perkataan kakaknya.

Ichimatsu tertawa pelan. Ia mengisyaratkan Jyushimatsu untuk mendekat. "Terimakasih, tapi aku akan segera sembuh.... Nee, Jyushimatsu. Apa kau menyetujui diriku sebagai ratu? "

Jyushimatsu sedikit bingung dengan perkataan kakaknya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya tersenyum lebar.

"Aku setuju saja! Kan kalau Ichimatsu-niisan jadi ratuku, aku bisa bertemu Nii-san setiap hari di istana! Kalau Nii-san tidak jadi ratu, aku hanya bisa mengunjungi Nii-san di akhir pekan! Selain itu, aku akan melindungi Nii-san di medan tempur! 100% SEMANGAT! HUSTLE! MUSCULE! " Jyushimatsu bersorak-sorai, kegembiraanya harus terhenti saat Fuyu kembali kesana dan langsung mengomelinya karena berisik.

'Melindungiku...kah? Tidak Jyushimatsu, kakak yang akan selalu menjagamu dari mara bahaya. Karena kita adalah keluarga. ' Ucap Ichimatsu dalam hati. Tanpa sadar, ia sudah terlelap ke alam mimpi. Sepertinya susu dan masakan buatan Fuyu dan Yuki tidak bisa Ichimatsu rasakan saat ini.

Osomatsu-san fanfic (Chess Matsu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang