Ichi terus memperhatikan wajah Karamatsu yang berada di sampingnya. Tertidur dengan nyenyak, seperti tidak ada beban berat di pundaknya. Kenapa Ichi bisa tidur di sampingnya? Tentu saja karena Karamatsu memaksanya dengan dalih selama pengobatan—cih! Dia memang pandai beralasan, dan sejak kapan Ichi menurutinya?! Yah, sudahlah. Mungkin ia lelah berdebat.
"Karamatsu. Bangun. " Katanya pelan, Ichimatsu pikir Karamatsu tak akan bangun semudah itu. Ia tersenyum kecil.
Wajah Karamatsu sebenarnya sangat tampan. Alis tebal yang di rapikan dengan teliti. Bibir tipis serta dagu lancip, ditambah lagi kulit putihnya—walau tak sepucat dirinya. Ichimatsu amat iri dengan Karamatsu yang rupawan, bisakah ia setampan Karamatsu suatu saat nanti? Atau terlihat sejantan dirinya?
Ichimatsu memiliki rupa berkebalikan dengan Karamatsu, ia memiliki wajah pucat, bibir penuh berwarna cherry alami, dan tubuh langsing. Semua pasti mengira ia adalah seorang wanita. Ah, tidak juga. Image wanita sudah hancur dari pikiran Ichimatsu saat ia melihat Totoko. Totoko memang cantik, tapi kepribadiannya benar-benar tidak bisa dikatakan sebagai wanita.
Memikirkan monster berkedok wanita itu membuat Ichimatsu kesal. Ia bangkit dari tidurannya. Ia menoleh ke arah jendela, melongokkan kepalanya menuju ke udara dingin. Malam masih bersisa, bulan masih bersinar redup, akan tetapi matahari akan segera menggantikannya.
Beristirahat terlalu awal membuat Ichi bangun lebih cepat dari seharusnya. Ini semua atas paksaan Karamatsu kepadanya. Ia menoleh sekali lagi pada Karamatsu. Diam-diam memperbaiki letak selimut agar Karamatsu tetap hangat. Kemudian berjalan keluar kamar dengan membawa lentera listrik.
Pendar biru menerangi lorong-lorong kelam istana. Ichimatsu bukanlah orang yang mudah takut, dia juga bukan orang yang senang bermanja. Ia lebih memilih berjalan menuju dapur istana sendiri ketimbang menyuruh butlernya di pagi yang awal ini.
"..." Suara cekikian itu membuat Ichimatsu berhenti sesaat. Ia menoleh-noleh mencari sumber suara. Tak mendapati apapun, ia kembali berjalan.
"Ahahaha! " Suara tawa itu semakin terdengar jelas. Mau tidak mau Ichi terkejut. Ia menoleh ke samping kanannya. Menjumpai seorang pemuda asal suara tawa tadi.
"Ah, selama pagi Yang mulia ratu! Ada yang bisa kubantu? " Tanya pemuda itu dalan kegelapan. Ichimatsu hanya memandanginya curiga. Mengetahui arti tatapan Ichimatsu. Pemuda kegelapan itu segera menyalakan lampu.
"Saya Todomatsu. Penjaga pintu ruang tahta Raja Karamatsu. Saya dengar anda terluka, apa anda sudah lebih baik? " Tanya Todomatsu ramah. "Teman saya adalah seorang dokter kerajaan ini, Yang mulia. Ia sangat pandai dalam bidangnya, jadi saya ingin mengetahui apa ia melakukan tugasnya dengan baik untuk merawat anda. " Lanjutnya tanpa diminta.
"Aku sudah lebih baik, sudah tidak sakit lagi. Aku ingin ke dapur. " Cicitnya pelan. Sejujurnya, Ichimatsu amat payah dalam hal berkomunikasi dengan orang selain keluarganya.
"Begitukah? Apa saya boleh menemani anda? Sebentar lagi penjaga yang berjaga akan menggantikan saya. Ah! Itu dia! " Todomatsu melambai kepada seorang pria yang kemudian menggantikan tempatnya untuk berjaga. Todomatsu mempersilahkan Ichimatsu untuk jalan terlebih dahulu. Kurasa bagaimanapun Todomatsu ingin mengikuti Ichi.
Tap-tap!
Mereka berdua berjalan melewati lorong bersama. Todomatsu mulai memimpin jalan dengan membawa lentera ketika lorong menggelap.
"Bagaimana dengan hubungan anda dan Raja Karamatsu, Ichimatsu-sama? Kudengar banyak sekali rumor tentang anda dan raja Karamatsu. Oh, tentu saja saya tak bermaksud menyinggung anda. " Katanya tenang. Ichimatsu menyadari bahwa kata-kata itu berbisa, dan sebaik mungkin tidak memperdulikannya.
"Ah... Jadi saya benar-benar dihiraukan? Baiklah~ anda bisa menanyakan apapun pada saya. Karena saya hampir tahu segala sesuatu tentang raja Karamatsu. Apa boleh buat, saya adalah adik tersayang Karamatsu-niisama. " Katanya seraya tersenyum miring.
"Aku tidak tertarik. Aku tidak menyukainya. " Kata Ichimatsu singkat. Ia melirik wajah Todomatsu, sedang melihat respon dari pemuda yang lebih muda darinya.
"Bagaimana bisa anda tidak tertarik? Bukankah Karamatsu-niisama sempurna? Dia baik, kuat, dan pintar! Dan lagi dia adalah raja! ——yah, mengecualikan sifatnya yang narsis dan menyakitkan itu sih... Seharusnya anda bangga bisa bersanding dengan orang seperti dia! " Semburnya tiba-tiba.
Ichimatsu menyadari hawa kecemburuan dalam kata-kata Todomatsu. Kurasa pemuda ini menaruh hatinya pada kakaknya sejak lama, akan tetapi Karamatsu hanya menganggapnya sebagai adik.
"Apa kau... Benar-benar adik tersayangnya? " Tanya Ichimatsu.
Todomatsu yang sudah kehilangan wajah ramah-tamahnya memberenggut saat menjawab. "Tentu saja begitu. Karamatsu-niisama adalah segala bagiku. Aku tidak sepertimu yang hanya menjadi bidak catur. Aku adalah orang yang mengendalikan diriku sendiri, wahai ratuku yang agung. " Todomatsu berhenti melangkah di depan sebuah ruangan.
"Kalau begitu, terserah untukmu memperlakukanku seperti apa. Kita tak terkait dengan ikatan tuan dan pelayan. Jadi dirimu sendiri, atau mengabdi kepadaku. Terserah kepadamu. Karena memaksakan kehendak adalah hal yang sia-sia. Hati adalah milik diri sendiri. Terimakasih sudah mengantarku. " Ichimatsu memasuki dapur. Meninggalkan Todomatsu dengan pemikirannya sendiri.
'Ku-kupikir ia akan menentang dan memarahiku. Tapi ia malah... Apa aku sudah menemukan orang yang tepat untuk Karamatsu-niisama? Apa akhirnya ku bisa tenang dan berpaling dari nii-sama? Aku... '
Pikiran Todomatsu berkecamuk. Ia mencengkram telapak tangannya sangat erat."Ichimatsu-sama, anda benar-benar orang yang aneh! " Katanya seraya tersenyum geli. Todomatsu berjalan pergi dari dapur. Dari jendela, Todomatsu bisa melihat sinar mentari yang mulai muncul dari ufuk timur.
"Pagi sudah tiba. Saatnya tidur dan beristirahat! " Todomatsu merenggangkan badannya.
"Oh! Totty, kau masih bangun? " Suara semangat itu spontan membuat Todomatsu berbalik.
"Osomatsu-niisan! Selamat pagi! " Katanya menyapa Osomatsu. "Aku baru akan kembali ke kamar. Hanya melepas penat dengan berjalan-jalan. "
"Hee? Bukankah itu semakin membuatmu lelah? Sudahlah, kau melihat Choromatsu? " Tanya Osomatsu pada Todomatsu.
"Tidak, aku hanya menjumpai beberapa orang yang bangun terlalu pagi tadi. Choromatsu-san mungkin masih berada di kamarnya. " Ujar Todomatsu.
"Hihihi! Baiklah, aku pergi ke kamarnya dulu! Aku ingin mengejutkan si Chorocoliski dengan alarm lingsir wengi yang baru ku unduh kemarin malam! Ia pasti sangat terkejut! Ahahaha! " Katanya penuh kelicikan.
"Terserah. Jangan berani-beraninya meminta Atsushi-kun untuk mengobati luka bogem mentah dari Choromatsu-san lho! Osomatsu-niisan benar-benar menantang maut. Aku pergi! " Todomatsu berlalu pergi. Osomatsu berjalan kearah sebaliknya——menuju kamar Choromatsu.
***
Ichimatsu keluar dari dapur setelah melegakan tenggorokannya dengan susu hangat. Tak menjumpai siapapun, ia menghela nafas panjang.
"Sekarang... Di mana jalan menuju kamar? " Katanya lemas. Ia pun berjalan dengan lesu menyusuri lorong-lorong istana.
Saat berjalan di depan suatu kamar, terdengar suara teriakan membahana, disertai suara pukulan.
"GYAAA!!!! SIALAN KAU, OSOMATSU!!!! "
Buak!'Sepertinya terjadi pertengkaran suami-istri di pagi hari. ' Pikir Ichimatsu polos. Ia kembali menyusuri lorong dengan ragu.
Bersambung...
Aku lupa lagi~ (。•́︿•̀。)
Lagi banyak masalah~
Stress~Cara dukungnya adalah jangan lupa vote dan komen! Arigatou!
(/ω\)
KAMU SEDANG MEMBACA
Osomatsu-san fanfic (Chess Matsu)
FanfictionBenua Chess adalah benua besar dengan dua negeri terbesar yang memiliki peperangan tiada akhir. Negeri hitam dan negeri putih. Setelah sekian lama, negeri hitam-negeri Matsuno akhirnya memilih Ratu terkuatnya... King: Karamatsu Queen: Ichimatsu Kn...