7| F I R S T K I S S

178 31 109
                                    

Selamat membaca cerita Zidan
••••
Selamat. iya selamat, karena kamu telah berhasil menguasai pikiran ku
.
.

"Zidan," Panggil sang Ayah. Namun, Cowok itu tak kunjung bangun.

"Hei bangun nak." Zidan mengerjap, mengangkat tubuhnya dengan cepat. Sejak kapan dirinya terlelap di sofa, dan... sejak kapan Papa-nya memanggil nya lembut seperti itu.

"Ayo kita makan, pasti kamu belum makan malam 'kan?" Tanya nya. Zidan menatap sang Ayah, lalu refleks menggeleng.

"Yuk makan." Setelah mengatakan itu, Arfan- Papa Zidan berjalan menuju meja makan. Zidan speechless, ia mengikuti sang Ayah, tangannya tak henti-hentinya menampar pipinya sendiri untuk mendapatkan kesadaran bahwa ini memang bukan mimpi.

"ZIDAAAAN! BANGUN WOI! SEKARANG ADA ULANGAN!"

Sial! Ternyata mimpi.

"Setan!" Zidan mengumpat kesal kepada manusia yang tidak berperikemanusiaan itu. Ia mendongak, menatap garang yang sudah membangunkan nya. Pipinya memerah. Oh, Nevan ternyata.

"Ampun bos! Gue ga maksud nabok lo sumpah." Nevan berjongkok sambil mengatupkan tangannya bermaksud meminta maaf, wajahnya memerah karena hampir menangis. Hampura atuh bos.

"Hajar bos!" Seru Kevin. Senang sekali melihat temannya ketakutan seperti itu. "Malahan tadi lo mau di siram pake air minum yang punya si Emon." Ujarnya berbohong.

"Monyet! Gue cuma nabokin doang! Kaga ada niatan nyiram, ya!"

"Berani Lo nyebut monyet ke gue?!" Zidan melotot. Nevan semakin ketakutan, padahal 'kan bukan ke si bos :(

Zidan bangun, bermaksud menghampiri Nevan untuk membalas karena tadi sudah menampar dengan tak berperasaan.

Namun, mana sempat keburu telat. Nevan sudah ngabrit keluar kelas.

"Sialan." Umpat Zidan. Terlalu malas untuk mengejar Nevan, lebih baik dia tidur lagi.

Raihan dan Kevin sedari tadi ngakak tak henti-hentinya, sangat lucu wajah Nevan yang hampir menangis itu.

"Udah coba ketawa mulu lo, lagi belajar nih gue." Ucap Alvino bangga, Cowok itu terganggu karena sedang menulis seseatu.

"Sewot amat lo" Sahut Raihan, ia menghampiri Alvino untuk melihat apa yang sedang di lakukan sang teman. "Halah! Nulis kisi-kisi aja bangga lo, nyontek ke si Alzam pula."

Alvino nyengir, lalu merebut kembali kertasnya di tangan Raihan.

"Alzam," Panggil Raihan.

Merasa terpanggil, cowok itu melepas headset yang menempel pada telinganya.

"Hm?" Jawabnya sambil menoleh.

"Ngga jadi, lupa."

Alzam menghela nafas malas memasang wajah datar, Raihan dan Kevin ngakak lagi. Memang ya, rada rada.

"Punya dosa apa gue temenan sama lo berdua." Ujar Alvino murung.

Sedangkan disini Nevan, ia berlari terlalu jauh hingga tak terasa di toilet untuk para wanita. Toilet nya tidak sepi, ada sekitar 3 orang perempuan yang mengisi satu-satu bilik WC. Sepertinya sedang ganti baju olahraga nih, Cowok itu tersenyum miring.

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang