08. Nada-MIMPI

9 6 18
                                    

Happy reading!

***

“Terkadang aku merasa diriku bukanlah aku.”
-Andra Azelvin-

08
lllllllllllllllllllllllll


Nada terduduk di meja belajarnya dengan pikiran yang mengambang. Saat ini ia punya beban pikiran yang semakin di pikir maka akan semakin berat. Tetapi ia tidak punya alasan untuk mengabaikannya. Sesekali ia mendengus kesal. Buku PR matematikanya sedari tadi sudah terbuka namun, tak ada satu soal pun yang berhasil ia pecahkan. Sesulit inikah menuliskan rumus? Nada merasa ingin pingsan saja.

“Andra lagi apa, ya?” Pertanyaan itu sukses keluar dari mulutnya. Perlahan ia menutup buku matematikanya dan menyimpannya dalam tas. “Mian, PR. Aku kerjain kamu besok aja, ya?”

Nada beralih pada benda pipih yang berada disebelahnya. ‘Atau gue chat aja, ya? Tapi gimana kalau nanti nggak dibalas? Bodo ah, coba dulu.’

Malam

Sudah hampir lima belas menit pesannya belum juga dibalas. Sampai akhirnya satu notifikasi muncul.

Andra keren
Knp?

Nada meneguk ludahnya gugup. Dari dulu sampai sekarang Andra adalah sosok yang dingin tapi sangat keren baginya. Nada bingung harus memberi jawaban apa. Karena pada dasarnya ia hanya ingin memastikan apakah Andra sudah sampai di rumah atau belum.

Lagi ngapain, Ndra?

Andra keren
Belajar

Oh, aku ganggu nggak?

Andra keren
Nggak

Makasih untuk tadi

Andra keren
Iya

Jadi nggak enak

Andra keren
Enakin aja

Eh?

Andra keren
Besok pagi gue jemput lagi
Ha?

Andra keren
Aku lanjut belajar dulu

Oke

Nada menutup mulutnya menahan pekik. ‘Gue nggak salah baca, kan ini? Andra ngajak berangkat bareng?’ ya Lord, jika ini hanya mimpi … sungguh indah anugerah-Mu.’

“Nad! Nada! Elah kebo banget sih, lo?” Velli menyikut tubuh Nada yang sudah tertidur di meja perpustakaan lima menit yang lalu.

Nada mengedarkan pandangannya dan terlihat jejeran rak buku disekelilingnya. ‘Ah, hanya mimpi ternyata.’ Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena terlalu lama menunduk. Namun, sejenak kemudian ia kembali tersenyum. Mimpi itu terasa nyata baginya.

“Mimpi apaan sih? Nyenyak banget kelihatannya,” tanya Rahel sambil terkekeh. Ia memperhatikan Nada tersenyum-senyum memegang pipinya yang sudah memerah.

Velli menggeleng-gelengkan kepalanya. “Sebut-sebut nama Andra segala lagi.”

“WHAT?!”

Tak! Tak! Tak!

Guru penjaga perpustakaan menatap horor ke arah mereka. “Perpustakaan bukan tempat gosip! Keluar sekarang!”

Mereka saling bertukar pandang satu dengan yang lain dan mengulum senyum. Nada mengelus lehernya salah tingkah ini kali pertama mereka di usir dari perpustakaan. Setelah meminta maaf mereka berlima keluar dan memutuskan untuk kembali ke kelas.

N A D A [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang