12. Nada-FUCKING MOOD

9 6 11
                                    

Happy reading!🍉

***

“Ada dua hal yang mampu membuatmu hancur lebur
Dalam waktu yang bersamaan.
Pertama, harapan. Kedua, kenyataan.”
-Nada Cita Tamara-

12
llllllllllllllllllllllllllllllllllll

Nada mengucek kedua kelopak matanya berharap apa yang ia lihat sekarang bukanlah ilusi. Bayangan sosok Andra dan Bastian yang sedang berdiri di teras rumahnya tampak begitu nyata. Belum lagi melihat senyum menyebalkan milik Bastian membuatnya yakin jika ia tidak sedang bermimpi. Merasa belum puas dengan apa yang ia lihat, Nada mencubit kedua pipinya.

“Aaa!” jerit Nada merasa kesakitan dengan cubitannya sendiri.

Andra dan Bastian bersitatap dan menyiratkan perselisihan. Sosok Andra dengan muka datarnya sedangkan Bastian dengan senyum devilnya.

“Ka-kalian ngapain di sini?” tanya Nada ragu. Kali ini ia sedikit yakin jika sedang tidak bermimpi.

“Jemput lo,” jawab Andra dan Bastian serentak.

Gantian Nada yang menatap kedua cowok itu dengan raut kebingungan. Hari ini ia memang tidak tahu akan kedatangan Andra dan Bastian. Dan satu keluarganya pun tidak ada memberi kabar apapun.

Nada menatap Bastian tajam, “lo ngapain ke sini?”

“Tiap hari kan, gue yang antar-jemput lo.”

Nada memutar bola matanya malas. Kali ini ia mengalihkan tatapannya pada sosok pangeran yang tengah memainkan ponselnya. “Andra, tumben datang?” tanya Nada lebih lembut dan dengan pipi yang sudah mulai bersemu merah. Bastian yang menyaksikan itu berdecih lalu memijit pelipisnya yang entah kenapa menjadi nyeri.

“Mulai hari ini, itu tugas gue,” ucap Andra datar namun, berhasil membuat Nada salah tingkah.

“Nggak usah drama-dramaan lo di sini,” cela Bastian yang menatap sinis Andra.

“Maksud lo apa?”

Bastian tersenyum miring. “Lo pikir gue nggak tahu, ha?”

“Sejak kapan orang kek lo peduli?” balas Andra yang masih mempertahankan mimik datarnya.

“Apa maksud lo orang kek gue?!” Bastian maju satu langkah di hadapan Andra. Urat lehernya mulai kelihatan. Ia tahu betul di balik senyum setenang Andra, perasaan dendam itu masih melekat di setiap inci tubuhnya.

Merasa aura pertempuran semakin pekat, dengan sigap Nada menarik lengan Bastian agar menjauh dari Andra. Sejak insiden di depan perpustakaan itu perasaannya tidak tenang. Melihat interaksi mereka dari dekat membuat rambut kulitnya berdiri. Ia ragu jika kedua orang ini punya cerita di masa lalu yang membuat mereka tidak akur. Tapi memikirkan hal-hal tersebut di situasi seperti ini bukanlah hal yang tepat.

Nada menatap Bastian tajam. Seakan memberi isyarat tanduknya akan muncul jika dia tidak bisa mengontrol diri. Tapi pandangan berbeda dari Bastian. Bahkan ia ingin tertawa melihat ekspresi ‘sok marah’ milik Nada.

“Nasinya untuk besok ya? Makanya di simpan?” ejek Bastian melihat sebutir nasi yang melekat di pipi kanannya.

Yang diejek semakin melototkan matanya dan refleks menginjak kaki si pelaku.

“Aw,” ringis Bastian menahan sakit. Gadis itu tidak sekuat apa yang dibayangkannya. Sebenarnya dia salah membantu? Kan, daripada disadarkan warga seantero sekolah, lebih malu yang mana coba? Lagian, kalau cewek makannya harus elegan. Dan cewek di depannya ini benar-benar tak terduga.

N A D A [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang