Happy reading!🍉
***
“Dosa terbesarmu adalah kesalahan yang tidak kau akui.”
-Rebecca Mouska-16
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllJaket berwarna biru muda itu menembus ribuan tetesan air yang turun dari langit. Kepalanya yang sudah tertutupi oleh hoodie itu pun tetap saja basah. Ia berlari tergesa-gesa saat hujan semakin tak terbendung lagi. Sepatu kets putihnya pun sudah hampir basah sepenuhnya. Lapangan futsal tempatnya melintas tampak begitu banyak genangan air tapi lagi-lagi ia harus melewatinya jika ingin sampai dengan selamat.
Hari pertamanya masuk sekolah sedikit buruk. Tadi pagi ia terlambat bangun dan berangkatnya ia tidak sempat sarapan. Karena terburu-buru ia lupa membawa uang saku dan ketika di pertengahan jalan, hujan turun tiba-tiba dan sukses membuat semangatnya ke sekolah benar-benar patah. Terkesan bukan seperti dirinya biasanya.
Setelah sampai di koridor kelas akhirnya ia bisa bernapas lega. Jujur, ia sangat buruk dalam hal berlari tetapi lari dari kenyataan entah kenapa ia senang sekali melakukannya. Tinggal beberapa kelas lagi ia lewati barulah sampai di kelas barunya. Sepanjang koridor tatapan siswa-siswi membuatnya risi. Apa ia salah seragam hari ini? Seingatnya seragam barunya sudah ia beli dari jauh-jauh hari. Semakin banyaknya perhatian yang ditujukan padanya, semakin cepat pula langkahnya.
Kelas 11 IPA 5. Begitulah yang tertulis di atas papan nama kelas di depannya saat ini.
Ia berjalan pelan saat memasuki kelas yang sudah ramai dengan siswa-siwi. Tampak beberapa di antara mereka menatapnya dengan raut kebingungan. Matanya menatap ragu-ragu salah satu gadis berkepang dua yang menatapnya tanpa kedip.
“Permisi, gue boleh duduk di sini nggak?” tanyanya dengan suara sedikit berbisik dan dibalas anggukan kaku oleh gadis tadi.
Buku-buku baru ia keluarkan dari ranselnya tak lupa dengan kotak pensil yang berisi alat-alat tulisnya. Karena sibuk dengan alat-alat belajarnya, ia melupakan sosok gadis di sebelahnya yang belum mengalami pergerakan.
“Eh, iya maaf. Kita belum kenalan. Nama gue Bening Sahaju,” katanya sambil menyodorkan tangannya.
Gadis di depannya itu mengangkat tangannya perlahan. “Cantik banget,” gumamnya tanpa sadar.
“Apa?” Bening membetulkan posisi kacamatanya.
“Hehe, lo cantik banget.”
Bening tersenyum tipis, “dan ... nama lo?” tanyanya sekali lagi.
“Panggil gue Incess,” serunya dengan memperlihatkan deretan gigi yang sudah diberi kawat gigi.
“Seriously?”
“Ya, enggak dong. Nama gue Innes.”
Bening menganggukan kepalanya singkat, “nice to meet you.”
“Too, cantik.”
“Bening,” potongnya lengkap dengan deretan gigi yang tersusun rapi.
Begitulah kira-kira awal perkenalannya dengan Innes. Ia sangat beruntung bisa bertemu dengan sosok ekstrovert yang bisa membawa suasana baru. Innes yang gemar bicara walaupun terkesan centil bukanlah masalah baginya. Yang masalah adalah ketika ia dikelilingi oleh orang-orang yang berkepribadian serius dan tertutup. Baginya sangat susah beradaptasi dengan kepribadian seperti itu.
Kepindahannya dari Singapore adalah karena permintaan keluarganya. Dan mau tidak mau ia harus menurutinya. Namun, akan ada sesuatu yang bisa membayar semua ini. Sesuatu hal yang membuatnya cepat berkata ‘ya’ ketika disuruh pulang ke tanah air. Berharap dapat bersama dalam satu sekolah, dan ternyata keinginannya tersampaikan. Sekarang hanya tinggal menunggu waktu agar ia bisa bertemu dengan sesuatu hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
N A D A [hiatus]
Teen FictionNada Cita Tamara Gadis yang hidup dimasa kini, namun ingatannya terjebak dimasa lalu. Gadis yang selalu bersikap baik-baik saja. Padahal, disetiap malam dirinya selalu dibayangi oleh kegelapan. Mempunyai 4 orang sahabat yang menjadi sumber kekuatan...