Happy reading!🍉
***
“Tuhan itu Maha Adil. Dia memberikan suatu kesempatan
Sekaligus memberikan kemalangan.”
-Nada Cita Tamara-11
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllRuangan putih menyambut indera penglihatan Nada. Ia mengerang kecil lalu mengucek-ucek kelopak matanya. Saat melihat deretan rak buku dan beberapa tanaman hias yang berada di pojok ruangan, ia tahu betul tempat ini. Nada menghela napas kasar. Badannya meringkuk dan memeluk lututnya di atas ranjang putih polos. Bukan karena kedinginan ataupun kesakitan, lebih tepatnya ia seperti mati rasa.
Matanya menatap kosong jam beker berbentuk hati itu. Seisi ruangan hening. Bahkan, Nada bisa mendengar bunyi detak jantungnya dan bunyi jarum jam yang terus bergerak. Sekelebat ingatan tentang alasan ia datang ke tempat ini terputar seperti slide berwarna abu-abu.
Jejak itu masih begitu pekat ia rasakan. Walaupun sudah berkali-kali ia berusaha untuk menyembuhkannya, masa-masa sulit pun seakan memberinya luka serius. Nada menghapus jejak air mata yang sedari tadi sudah jatuh dan mengenai bantal di bawah kepalanya. Ia terduduk di tepian ranjang lalu beralih pada benda pipih di atas nakas.
“Udah tanggal 5 aja. Nggak terasa,” lirihnya melihat tanggal di layar ponselnya.
Ia beralih pada aplikasi catatan lalu mulai mengetikkan sesuatu.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
“Suatu hari nanti salju akan menyambutku di akhir tahun.
Memberi kedamaian dan kabar sukacita.
Suatu hari nanti gugur bunga bukan karena menua.
Mengabarkan duka sekaligus menyampaikan lara.Suatu hari nanti aku akan menghadapi akhir tahun.
Yang kadang datangnya membuat aku lega.
Suatu hari nanti aku akan menyerah dan memikun.
Melepas sakit untuk menjemput bahagia.Suatu hari nanti aku bukan lagi aku.
Gadis pemalu dicap berkepribadian ganda.
Suatu hari nanti musim panas memelukku.
Menghapus sendu di ujung mata.
-Nada-
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<Aktivitas menulisnya terhenti saat wanita usia 20-an datang dengan setelan santai.
“Hai, saya ganggu nggak?” ucapnya seraya tersenyum.
Nada mematikan ponselnya dan membalas perkataan wanita itu dengan menggeleng pelan.
“Gimana perasaanmu sekarang? Udah baikan?”
“Sedikit lebih baik, Dok.”
Wanita itu terkekeh lalu mengambil buku berwarna hijau terang dan memberikannya pada Nada. “Saya kan, sudah pernah sarankan untuk tidak memanggil saya dengan sebutan dokter, ibu, nyonya, atau sejenisnya. Anggap saya ini kakak perempuan kamu. Apa muka saya kelihatan tua?” ujarnya dengan mimik yang dibuat-buat.
Nada terkekeh pelan. Ia sudah terbiasa dengan sifat narsis wanita di depannya itu yang kadang buat Nada geleng-geleng kepala. Kenapa tidak? Di usia yang matang, sosoknya malah terlihat seperti anak remaja yang sedang berada di masa pubertas. Namanya Cantika, wanita yang berusia 28 tahun itu sudah lulus magister dalam tingkat perkuliahan. Jurusan yang ia tempuh berhasil membuatnya membuka klinik kesehatan. Dan Nada adalah pasien pribadinya yang hampir 6 bulan rutin berobat kepadanya. Jadi, tidak heran jika keduanya sudah dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
N A D A [hiatus]
أدب المراهقينNada Cita Tamara Gadis yang hidup dimasa kini, namun ingatannya terjebak dimasa lalu. Gadis yang selalu bersikap baik-baik saja. Padahal, disetiap malam dirinya selalu dibayangi oleh kegelapan. Mempunyai 4 orang sahabat yang menjadi sumber kekuatan...