18. Nada-DI WAKTU YANG SALAH

10 6 38
                                    

Happy reading!🍉
...
🎶Theme song: Satu, satu aku sayang ibu.

***

“Satu, satu, aku kenal Andra
Dua, dua, aku dekati Andra
Tiga, tiga, jadinya jalan-jalan
Satu, dua, tiga, selalu sayang Andra”
-Nada Cita Tamara-

18
lllllllllllllllllllllllllllllllllllll

Seperti biasa Andra memasuki kawasan perpustakaan saat bel istirahat berbunyi tiga menit yang lalu. Ia mengambil meja bagian tengah lengkap dengan earphone yang tersemat di telinganya.

Baru saja ia ingin fokus selintas ingatan mengusiknya. Andra menghela napas pelan sebelum akhirnya melepaskan earphone tersebut dan menatap lurus ke depan. Entah kenapa pikirannya menjadi frustrasi seperti ini. Yang jelas untuk ke depannya ia tidak akan bisa tenang.

Indera penglihatannya tidak sengaja menangkap aktivitas seorang gadis berponi yang berjalan sedikit tergesa-gesa. Ia melintasinya begitu saja dan meninggalkan aroma minyak telon yang jelas tertangkap olehnya.

“Aduh, maaf.” Nada membungkuk dan memungut buku paketnya yang sudah jatuh berserakan di lantai.

Sementara orang yang ia tabrak juga ikut membantunya mengambil buku yang berserakan. “Aku juga minta maaf,” ucapnya lembut.

Refleks Nada mengangkat kepalanya. Sekejap kemudian terpaku saat melihat gadis yang cantik paripurna tengah menatapnya sembari tersenyum. ‘Demi apa, ini orang malaikat atau bidadari, sih, cangtip bener,’ batin Nada.

“Hehe, nggak perlu minta maaf. Gue yang nabrak kok.” Nada mengelus tengkuknya yang tidak gatal.

Baru saja gadis di depannya itu ingin berujar, Nada kembali disadarkan dengan tanggung jawabnya sekarang. Buru-buru ia pamit dan langsung menuju ke petugas perpustakaan untuk mendata buku pinjamannya.

Andra kembali mengalihkan fokusnya. Ia harus bisa mengendalikan perasaan lain yang menganggunya saat ini. Perasaan itu hanyalah luka di masa lalu yang seharusnya tidak memengaruhi masa kininya. Ia harus bisa berdamai dengan masa lalu itu.

Flashback on

Dua hari yang lalu di cafe.

“Tumben ngajak duluan,” sarkas Andra dan terkekeh pelan di akhir kalimatnya.

“Anjim, lo datang juganya.” Tanda meninju pelan pundak cowok yang mengenakan kaos putih polos itu.

“Yang lain pada kemana nih, kok Cuma gue yang baru datang?”

“Biasalah, si Bagus ngantar ibu negara dulu. Kasihan banget gue, jadi anak ‘bagus’ banget sama orang tua.”

“Ekhem!”

Suara deheman berat berasal tepat dari belakang Tanda. Andra hanya mengulum senyum karena sebenarnya ia sudah tahu keberadaan Bagus namun, memilih diam untuk mendengarkan lanjutan pembicaraan dari teman akrab di hadapannya ini.

Bagus yang dikenal sebagai cowok yang paling gemulai itu menepuk gemas pundak Tanda yang berakhir dengan kekehan mereka bertiga.

Andra, Tanda, dan Bagus sudah berteman sejak kecil. Mereka duduk di bangku sekolah dasar, sekolah menengah pertama di sekolah yang sama. Hingga akhirnya saat memasuki sekolah menengah atas mereka memilih jalan mereka sendiri. Sampai saat ini mereka masih ketemuan seperti sekarang tapi tidak sesering dulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

N A D A [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang