14. Nada-WHO [1]

10 6 9
                                    

Enjoy🍉

***

“Menarilah layaknya tidak seorang pun dapat menghentikan tarianmu.
Kau boleh gila dalam mencintai sesuatu. Tapi ingat,
Selama kakimu masih menginjak bumi kau tidak bisa
Menghindar dari takdirmu sendiri.”
-Nada Cita Tamara-

14
lllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll

Kediaman Nada menjadi tempat persinggahan mereka untuk latihan tugas musikalisasi. Halaman yang cukup rindang terasa sangat pas karena dipadukan dengan karpet di tanah.

Namun, hampir 45 menit menunggu semua anggota mereka belum lengkap. Nada sibuk memainkan ponselnya, memutar trek musik kesukaannya dan membuka aplikasi baca. Punggungnya masih setia bersandar pada sandaran kursi goyang yang berada di depan teras rumahnya. Botol akua dingin mendarat mulus di jidatnya. Sontak ia menggeram kesal karena tahu pelaku kejahilan itu.

“Tumben kalem,” ejek Bastian lalu ikut menyandarkan punggungnya di pilar pembatas teras Nada.

Nada memutar bola matanya malas, “apaan sih, nggak jelas lo.” Ia mengelus-elus jidat lebarnya yang terasa sedikit dingin.

“Lagi PMS, ya?”

Mendengar kekehan Bastian di akhir kalimat, membuat darah Nada naik-turun. Ia punya masalah apa sih, dengan cowok di depannya itu? Perasaan kecerobohan di awal-awal bertemu sudah terselesaikan. Tetapi cowok itu senantiasa berada di dekatnya, membuat Nada ingin tenggelam di lautan saja.

Karena tidak ada respons dari Nada, dengan inisiatif yang ia punya Bastian menyodorkan botol aqua yang tadi dibelinya di persimpangan.

“Nyogok lo?” sinis Nada.

“Nggak.”

Nada menaikkan satu alisnya ke atas. Menatap Bastian yang kini juga menatapnya. Ah, posisi seperti ini begitu sangat ia impikan namun, bukan bersama cowok di depannya ini.

Bastian mengela napas pelan sebelum akhirnya ia melangkah lebih dekat pada Nada. “Muka lo udah kayak panda bengek kalau lagi haus,” kata Bastian masih menyodorkan botol akua tadi.

“Sekali aja, lo kalau sama gue jangan ngejek mulu,” lirih Nada jengah. “Ntar kualat biar tahu rasa.”

“Contohnya?”

Sebelum menjawab, Nada mencoba memutar akalnya agar menemukan jawaban yang pas. Sesaat kemudian senyum tipis terbit dari bibirnya. “Kena azab indosiar, hahaha.”

Kena. Bastian tak berkutik. Apa ia berhasil membalas ejekannya? Nada tertawa puas sambil memegangi perutnya. Imajinasinya sungguh membayangkan jika Bastian menjadi pemeran sinetron azab. Ia rasa senyum jahil miliknya itu tidak akan mengusiknya lagi.

Masih di posisi yang sama, cowok di depannya itu belum mengalami pergerakan. Perlahan suara tawa Nada mengecil seiring dengan dentuman halus di dadanya.

Tanpa aba-aba tangan kekar milik Bastian mendarat di puncak kepalanya dan mengelusnya perlahan.

Inilah yang dinamakan azab versi dunia perbucinan.

“Ekhem!”

Refleks tangan Nada menghempas tangan Bastian dan langsung berdiri tegap lengkap dengan senyum linglung.

Bima menyilangkan kedua tangannya. Ia seperti baru saja membongkar aksi per-cinlokan. “Iya, iya. Pacaran aja terus. Nggak usah ingat tugas-tugas kelompok,” kata Bima sarkastik.

N A D A [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang