part 8 - Tamara (2)

31 21 11
                                    

Saat dipertemukan dengan seorang teman, kita harus bisa memilah, atau memilih. Mana yang harus di jadikan sandaran, mana yang harus di jadikan pelajaran.

- Patency

🕊️

Sampai di perpustakaan, suasananya gelap, jendela yang biasanya terbuka, kini tertutup rapat dengan gorden. Tamara pikir, mungkin Miss Garin belum masuk, atau sedang keluar. Jadi, Tamara tidak berpikir macam-macam.

Belum beberapa langkah, sebuah benda tumpul menghantam bagian belakang Tamara cukup keras, membuat denyutan dikepalanya seketika menggila, badannya berasa ngilu, hingga ambruk tapi masih sadar.

"Tamara..."

Tamara ditarik paksa, tubuhnya diikat kuat dengan tali di kursi. Salah seorang dari situ membuka satu gorden, membuat cahaya masuk dan Tamara bisa melihat ada sekitar enam orang disini, tiga lelaki dan tiga perempuan. Tentu! Wajahnya sangat tidak asing untuk Tamara.

"Wah, tatapannya tajam banget sih.." salah seorang siswi dengan name tag 'Karina J' itu menatap Tamara dengan wajah dibuat buat takut.

"Lepasin gue anj****" bentak Tamara.

Mereka semua malah tertawa. "Oh, mau dilepasin? Coba lepasin sendiri. Kak Tamara kuat, kan? Bahkan kakak bikin aku nangis kemarin di kantin." Ucap salah satu adik kelas yang Tamara ingat pernah menumpahkan es jeruk dan kuah panas.

"Eh, ga semudah itu dong." Ferrel namanya, mendekat sambil menyeringai. "Ingat, Lo hampir matahin tangan gue hanya karena gue ngelus Lo kayak gini" Farrel mengusap pipi Tamara, membuat Tamara memalingkan wajah.

"Bang***" umpat Tamara tepat di hadapan Farrel.

PLAK

Farrel mengibaskan tangannya yang baru saja mendarat sempurna dipipi Tamara. "pipi yang halus ga mesti diperlakukan lembut, dikasarin dikit boleh lah yah"

Ucapan Farrel di tanggapi tawa mereka semua. Tamara mencoba melepaskan tali itu, namun seseorang menahannya kuat, namanya Erlang, lelaki yang tempo hari Tamara pukuli di taman belakang.

"Heh!" Tamara bisa merasakan rambutnya ya ditarik. Karina menatapnya dengan amarah yang terlihat jelas.

"Lo pikir Lo siapa?! Berkuasa banget disekolah ini, huh?" Bentak Karina yang bodohnya sama sekali tidak membuat Tamara takut.

"Cuma karena Lo anak Pranata, Lo bisa seenaknya, gitu?!" Tambah salah seorang lagi, namanya Viola. Yang Tamara tahu, gadis ini sangat pendiam, dan Tamara tidak merasa punya masalah dengan Viola.

Cuih

Tamara meludahi Karina, membuat Karina berteriak dan refleks menampar Tamara. Tamara terkekeh sinis. "Sampah!"

"Siapa yang Lo sebut sampah?!" Karina semakin menarik rambut Tamara kuat, Tamara terkekeh, membuat seisi ruangan itu menatapnya heran dan was was. Tidak adakah rasa takut dalam diri Tamara.

"Kalian, mau bikin gue takut, kan?" Seringai muncul dibibir Tamara. "Sayangnya itu ga mempan. Bodoh!"

"Kayaknya Lo ga pantas jadi cewe dengan mulut yang sok bagus ini!" Viola mendekat.

"Mana ada juga cewe yang hampir matahin tangan gue" sambung Farrel.

"Dan.. Lo ini pantesnya jadi cowo! Mungkin bisa bikin gue jatuh cinta ketimbang benci!" Tambah Karina.

Adik kelas yang tidak terlihat name tag nya itu mengulurkan sebuah gunting pada Karina. "Wah, Lo peka banget Cher.."

"Lang, Bis, bantuin pegangin, takut setannya keluar kan lepas ntar.." Karina tersenyum sinis, Elang dan Bisma menurut saja, keduanya memegangi tangan Tamara dengan kuat. Tangan Karina membelai rambut sebahu Tamara yang biasanya dikuncir kini tergerai.

PatencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang