Karena terbiasa, membuat nya terasa berbeda jika tidak seperti biasa.
- Patency
🕊️
"AAAAAAAA KECOAAA!!!!"
XII IPA 1 yang awalnya damai tentram seketika gaduh karena sebuah teriakan, beberapa siswa ada yang sampai naik ke atas meja, ada juga yang mengeluh berisik karena mereka sedang mengerjakan tugas.
"Mana? Mana kecoa?!"
"Oi Ninggong! Mana kecoanya?!"
"Mana sih?"
"Aaaa? Beneran kecoa? Ih jijik!"
"AA mana?"
"Woi meja gue!!"
"Turun oi!"
"Kaga mau! Ada kecoa!"
TAR
Dalam sekejap semua kembali hening dengan posisi masing-masing, ada yang masih di atas meja, bahkan ada yang memeluk temannya. Adara tersenyum manis. Adara lah yang memukul penggaris kayu itu ke atas meja guru, untung sedang tidak ada guru.
"Bisa diam?" Tanya Adara layaknya seorang guru TK yang berbicara pada anak TK. Dan anehnya, semua mengangguk patuh.
"Siapa yang teriak kecoa tadi? Coba bilang sini, mana kecoanya?" Ucap Adara lagi, masih dengan aksen guru TK.
Ningsih mengangkat tangan. Gadis itu berdiri di kursi Asep, sedangkan Asep duduk dilantai karena didorong Ningsih. "I-itu.. Asep ngelempar kecoa tadi.."
"Asep.." Adara tersenyum manis. "Mana kecoanya, coba siniin."
Asep meraih kecoa mati tadi, mengangkatnya dihadapan Adara. "Anak pintar, ayo buang ke tong sampah." Asap menurut.
Detik selanjutnya, Adara menarik Ningsih dengan geram. "NGAPAIN DI ATAS MEJA?!" Teriakan Adara membuat semuanya tersadar dan malu.
"Huuu! Gara-gara Ninggong nih!" Ucap salah satu siswa
"Enak aja! Asep noh yang nyebelin."
Asep yang merasa disebut namanya hanya menyengir tanpa dosa, kalau Adara tidak menahan lengan Ningsih, mungkin Asep sudah makan bogeman Ningsih.
"Udah Ning, lagian ga usah histeris gitu juga Ning.."
Ningsih mendengus kesal, lalu menekuk bibirnya. "Abisnya, kesel banget! Mana ini soal matematikanya di luar kadar otak gue lagi!"
Adara terkekeh. "Udah, sini gue ajarin."
"Ga mau Ra...otak gue capek ah disuruh mikir terus.. gue nyontek yah? Yah yah? Please Ra.." Ningsih mengeluarkan puppy eyes nya.
"Engga, pasti bisa."
"Ya Ra...ayo dong, please, bantulah diku yang lemah ini.."
"Ha..nih" Adara menyerahkan bukunya. Ningsih langsung bersorak gembira, bahkan sampai memeluk Adara. "Makasih dara dara kuuu cintaa kuuuu"
"Berenti atau gue berubah pikiran?"
"Hehe.."
🕊️
Ningsih mengusap perutnya lega saat semangkuk bakso sudah tandas tiada sisa. Adara yang hanya meminum es jeruk rasanya begitu kenyang melihat Ningsih makan.
"Udah Ning? Ga nambah?"
"Pengennya nambah, tapi timbangan naik terus ih"
KAMU SEDANG MEMBACA
Patency
Teen FictionAdara dan Arby, dua orang yang terjebak dalam status pacar karena sebuah insiden. Yang awalnya dikira biasa saja, tapi lama-kelamaan menjadi tidak biasa. Dibumbui oleh banyak cerita, yang akhirnya menguak tanpa celah. Mau dianggap tiada, namun nyata...