Kebencian hanya membuatmu berantakan. Seperti gelap, sebetulnya, titik tergelap itu ada dibawah cahaya itu sendiri.
- Patency
🕊️
"kesini buruan."
Arby mematikan sambungan telfonnya. Lelaki itu kembali memakan Indomie nya dengan santai, sesekali geleng-geleng kepala dengan ulah Hilman dan Galang. Hanya Raka yang belum ada, untungnya Raka sudah diberitahu tadi. Jika bukan karena hal penting, Arby tidak akan mengumpulkan mereka semua disini sekarang.
"Ar, masih lama kaga? Ini bocah perlu dijadiin tumbal." Galang melempar kuaci ke arah Hilman.
"Tunggu Raka." Jawab Arby.
Hilman mengelus dadanya lega. "Semoga kaga jadi. Semoga kaga jadi."
"Ah payah lu Man!"
"Mata kau payah! Kalo Mak gue tau gue adu jotos lagi, muka ganteng gue mau dikemanain?" Jawaban Hilman malah membuat Galang tidak segan menjitak kepala Hilman.
"Belum tentu juga war setan! Masih mantau keadaan dulu. Dan, jangan sok cakep Lo, tampang minimalis dompet kritis aja bangga Malih. " Jawab Galang.
Suara deruman motor membuat beberapa fokus teralihkan. Ada Raka yang baru saja sampai di Warung Kopi -tempat biasa mereka. Raka langsung duduk di sebelah Arby, bersebrangan dengan Hilman dan Galang. Sedangkan yang lain sibuk dengan kegiatan mereka, ada yang merokok, main gitar, tidur, makan, dan lainnya.
"Ada apa?" Tanya Arby saat Raka nampak mengotak-atik laptopnya. Raka menunjukkan sesuatu kepada mereka.
"Mereka yang nyebarin berita bohongan itu. Dan, kalau sesuai dugaan, mereka menjebak kita. Karena daerah itu, sudah di doktrin, kemungkinan jumlahnya ga akan setara." Jelas Raka, merubah suasana menjadi tegang. Bahkan tidak ada suara sama sekali, semuanya mendengarkan perkataan Raka.
Arby menggenggam botol plastik kosong ditangannya sampai menimbulkan suara. "Panggil semua yang ada, dari SMA manapun yang bagian dari Kita. "
"Tunggu." Cegah Raka. Arby menatapnya tajam.
"Ngapa Ka? Bukannya biar bisa jaga-jaga, kan?" Jawab Galang.
Raka menggeleng. "justru itu yang mereka mau. Ingat, jumlah mereka ga bisa diperkirakan, kalau semua turun tangan, kemungkinan korban jatuh akan banyak, memancing publik lebih luas, dan.." Raka menatap Arby.
"Bisa jadi korban nyawa."
Perkataan Raka membuat Hilman meneguk salivanya, Hilman mendekat ke arah Galang lalu memeluk lengan Galang. "Ck! Apaan si Man!" Galang melepasnya dengan kasar.
Hilman memasang wajah memelasnya. "Udah dong, damai aja ngapa sih, gue masih sayang nyawa.."
BRAK
Gebrakan Arby membuat Hilman ciut. Lelaki itu menyengir tanpa dosa, Arby akan berlipat seram saat marah. "Sorry bos, lanjut.."
"Terus?" Arby bertanya pada Raka.
Raka kembali mengetik sesuatu pada laptopnya, tidak lama muncul sebuah akun, juga paparan database nya.
"Gue berhasil meng-hack akun ini. Akun ini adalah akun konspirasi, banyak kriminalitas berawal dari sini, berkedok bisnis. Kalau kita laporin ke polisi, dan ga menyerang duluan, kemungkinan besar, mereka kalah sebelum tempur. Dan masyarakat yang terdoktrin, ga akan bisa ikut campur."
"Gimana Ar?" Tanya Galang. Arby memejamkan matanya sejenak, lalu mengangguk.
"Just do it"
KAMU SEDANG MEMBACA
Patency
Teen FictionAdara dan Arby, dua orang yang terjebak dalam status pacar karena sebuah insiden. Yang awalnya dikira biasa saja, tapi lama-kelamaan menjadi tidak biasa. Dibumbui oleh banyak cerita, yang akhirnya menguak tanpa celah. Mau dianggap tiada, namun nyata...