Bagian 2

32 26 0
                                    


Devan yang berada di ruangan duduk sambil tangannya mengeluskan jidatnya yang tadi sempat memikirkan Delia. Dia juga tidak tau kenapa tadi dia menatap Delia seperti dia menyukai orang itu. Padahal dia saja baru melihat Delia. Antoni pun datang menyapa Devan yang masih bengong sambil mengelus jidatnya itu.

Antoni: “Van, lu kenapa dah?”

Devan: “Gua ga tau Ton, bentar lu kapan masuk dah?”

Antoni: “Dari kemarin gua di sini, ya baru berapa menitan lah. Lagi pak bos kenapa coba? Cantik ya pak?”.

Devan: “Apaan si? Kemarin dia pulang sama siapa?”

Antoni: “Setau saya si dia setiap harinya naik angkot pak, yah gitu deh dia orangnya kurang-“.

Devan: “Ga usah diperjelas gua juga tau”.

Antoni: “Ye si bapak, tadi nanya sekarang-“.

Devan: “Mendingan kamu suruh dia jangan naik angkot lagi, daripada dia kenapa-napa”.

Antoni: “Mendingan bapak yang ngomong sendiri deh, soalnya dia ga pernah sekalipun kalo pergi kemana-mana ga naik angkot pak”.

Devan: “CK…kok lu tau dah? Yodah nanti gua yang bilang”.

Antoni: “Yak an kemarin saya banyak cerita gitu deh sama Delia. Bapak ini tanya-tanya mulu kek wartawan aja dah”.

Devan: “Lu bisa ga si ga panggil gua bapak, keliatan tua banget dah gua. Udah sono kembali kerja lagi”.

Antoni: “Siap bos ku”.

Antoni langsung keluar dari ruangan Devan, sementara Devan mengintip dari jendela di ruangannya melihat Delia dari jauh yang sedang sibuk mengetik kerjaannya itu. Devan sedikit tersenyum melihat Delia, sekejap dia sadar kenapa dia senyum-senyum sendiri melihat gadis itu. Dia hanya bertanya pada dirinya sendiri, dia sama sekali tidak percaya ini. Lalu Devan keluar sambil membawa berkasnya, lalu berjalan ke arah Delia.

Devan: “Tolong kamu salin laporan ini, terus kamu print ya. Udah ngerti kan?”

Delia: “Oh iya pak baik”.

Devan hanya mengangguk dan sedikit canggung melihat Delia, dia langsung kembali ke ruangannya dan langsung menutup pintu ruangannya itu. Antoni sejak tadi hanya diam dan juga bingung melihat tingkah Devan hari ini. Antoni berpikir kalau itu bukan Devan, karena Devan tidak pernah dekat dengan perempuan, bicara saja jarang sekali apalagi bertemu atau menyapa ataupun perhatian. Tapi kini Devan berbeda entah kesambet apa saya tidak tau.

LANJUT CERITANYA GAK NIH?

HU…HU…. SELANJUTNYA GIMANA YAK?? WKWWKWK

JAM 5.30

Devan pun keluar dari ruangannya dan melihat ke bangkunya Delia. Dia tersenyum karena Delia masih duduk di sana, tapi dia melihat Delia yang tertidur dengan lelap. Devan langsung menghampirinya.

Devan: “Ekkkhhhmmm, udah sore bangun”. (bisiknya ke telinga Delia)

Delia: “Eh, pak…bapak kenapa bisa di sini? Oh ii..iiyaa ma…maaf pak, saya tadi-“

Devan: “Udah cepet ambil tas kamu, sekarang kamu pulang bareng saya”.

Delia: “Apa? Tapi pak saya-“

Devan: “Saya bos kamu di sini, jadi kamu ga boleh nolak permintaan saya. Ayo cepet saya tunggu kamu di lobby”.

Delia: “Iiiya pak”.

Antoni: “Udah sana, pulang bareng bos aja lagian lu ga aman tau pulang sendirian sore pula naik angkot lagi. Udeh, bos baik kok”.

Delia: “Iiiya, iya yodah byee”.

Antoni: “Yooo”.

Delia pun menyusul Devan, dia turun lewat lift dan langsung jalan ke lobby.

Devan: “Udah? Ayo”.

Delia: “Iiiyaa”.

Mereka pun berjalan bersama ke arah mobil Devan, lalu menaikinya. Suasana di mobil terlihat canggung. Mereka sama sekali tidak bicara sedikitpun, Devan yang menyetir sambil melihat Delia yang sejak tadi hanya melihat pemandangan di luar saja. Devan yang tadinya diam, lalu dia yang mengawali pembicaraan.

Devan: “Kita makan malem dulu, lu juga pasti belum makan kan”.

Delia: “Engga usah pak, saya makan-“.

Devan langsung melihat Delia dan Delia langsung diam dilihatnya.

Delia: “Ii..iya yaudah”.

Devan: “Kamu ga usah ga enak gitu sama saya. Udah sampe turun”.

Mereka berdua pun turun dan langsung masuk ke restoran yang sudah Devan pikirkan bahwa dia ingin sekali mengajak Delia makan di sana. Mereka pun duduk di kursi yang sudah Devan pesan.

Delia: “Pak, seharusnya kita ga makan di sini, hmm…maksudnya saya tau kok pak tempat makan deket rumah saya aja udah enak kok pak, itu porsinya banyak murah pula. Hmm salah ya pak?”

Devan: “Udah sekarang kamu pesen aja yang kamu mau oke”. (hanya tersenyum melihat Delia)

Delia: “Ii..iya pak, tapi saya ga tau makanan yang enak itu apa?”.

Devan: “Oh yasudah kamu samain aja sama saya ya”.

Delia: “Iiiya pak”.

Devan pun memanggil pelayan dan memesan pesanan mereka, lalu pembicaraan mereka pun berlanjut setelah pelayan itu pergi.

Devan: “Dengar bisa ga jangan panggil saya pak. Kalo di luar panggil nama aja, kalo di kantor baru”.

Delia: “Tappii.. pak…Devan maksudanya”. (menjawab dengan gugupnya)

Devan lalu mengabaikan pandangannya dari Delia. Hanya menunggu beberapa menit akhirnya pelayan itu datang dan membawa makanan juga minuman untuk mereka. Devan dan Delia pun makan bersama, sejenak Delia merasa makanan itu terasa hambar tapi saat dia coba makanannya juga enak dimulutnya tapi tidak seenak makanan di warteg. Ha…ha… begitulah kehidupan Delia yang selalu membeli makanan yang murah tapi enak porsinya pun banyak pula.

Mereka pun selesai makan, setelah itu Devan memanggil pelayan untuk membayar semua pesanannya. Setelah dia membayar, Devan dan Delia pergi ke mobil. Devan pun mengantarkan Delia pulang ke rumah.

Delia: “Makasi ya pak, hmm maksudnya Devan”

Devan:”Iya sama-sama, yaudah saya pulang dulu ya, langsung kunci pintu aja jangan keluar rumah malem-malem”.

Delia: “Iii..iya Devan”.

Devan: “Yasudah masuk sana”.

Delia langsung masuk ke rumahnya dan mengunci pintu. Dia langsung pergi ke kamarnya dan sedikit bingung dengan tingkah bosnya itu. Dia ssempat mengingat apa yang Antoni katakana itu. Kalau bosnya itu bahkan jarang menyapa ataupun dekat dengan para wanita. Dia hanya bingung saja, apa mungkin bosnya itu menyukainya tapiitu tidak mungkinlah karena bosnya saja baru kenal dengannya. Delia langsung pergi ke kamar mandi dan setelah membersihkan dirinya dia langsung tidur, karena dia sudah mengantuk sekali dan besok pun dia harus kembali bekerja.

••••••••••••••••

DEVAN & DELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang