~Rasa itu hadir tanpa sengaja, tanpa diminta dan tak bisa menolaknya.~
Angel masuk rumah dengan malas, Leon yang melihatnya terkejut. Baju sekolah Angel kotor bahkan ada bekas darah. Leon yakin Angel pasti bertarung lagi dengan seseorang, tapi mengapa raut mukanya terlihat sedih.
Leon mengacak rambut Angel, "Si bawel adu jotos lagi, tapi kenapa itu muka lecek banget.
Angel justru memeluk tubuh Leon lalu menangis, "Satria terluka karena aku, seharusnya dia tidak perlu melaporkan peredaran narkoba dan perdagangan organ manusia itu ke pihak sekolah. Pasti sebentar lagi akan ada teror yang menyerang keluarga Satria,"
Leon mengusap punggung Angel agar tenang, "Cerita yang benar, hentikan dulu tangisnya. Jagoan kok cengeng, atau sudah jatuh cinta sama Satria?"
Angel tak mengabaikan ledekan Leon, dia pun mengusap air matanya dengan tisu. Angel menceritakan semua yang dia lakukan kepada Leon tanpa ada satu hal pun yang ia tutupi. Leon melotot, Angel memang nekat dan bodoh sekali. Pantas saja Satria berbuat demikian, jika terus berlanjut bisa-bisa Angel yang menjadi korban di tangan Dika.
"Stupid, Angel. Jika aku jadi Satria, pasti kan melakukan hal yang sama. Bukan karena peredaran narkoba itu, bersama Dika si psikopat kamu bisa mati konyol," geram Leon kemudian.
Angel mencebikkan bibirnya, lihatlah bukannya menyemangati justru memarahi. Jika kedua orang tua Angel sampai tahu, bisa dipastikan saat ini juga ia harus tinggal di Kanada. Angel tidak suka tinggal di luar negeri, dia lebih mencintai negara kelahirannya sendiri.
"Semoga Mama dan Papa tidak jadi pulang lusa, jika hal itu terjadi dan mereka mendengar masalah ini, maaf Kakak tidak bisa bantu," sesal Leon kemudian.
Kepala Angel merasa pusing seketika, jika Papanya sudah mengambil keputusan sampai menangis darah pun keputusan itu tidak akan berubah. Angel memilih masuk ke kamarnya, membersihkan diri lalu makan. Dia butuh tenaga untuk menghadapi hari esok yang pasti penuh kejutan.
"Apakah Satria sudah siuman, lalu mencari dirinya?" tanya Angel dalam hati.
Di rumah sakit Satria mulai tersadar dan memanggil nama Angel. Kepalanya sedikit pusing, mungkin pengaruh dari obat bius saat lukanya dijahit tadi.
"Angel," Satria menatap sekeliling ada Tyo, Dion dan kedua orang tuanya.
"Mana Angel?" Satria bertanya sekali lagi.
"Mama suruh pergi, gadis miskin seperti dia tidak pantas bersanding dengan kamu," ujar Mama tiri Satria dengan kesal.
"Pa, ajari istrimu tata krama. Dia tidak berhak merendahkan orang lain. Asal tahu saja, Angel putri dari pemilik perusahaan Wiranata Corp yang mendanai proyek Papa di Bali,"
Mama tiri Satria langsung menutup mulutnya tidak percaya, gadis yang tadi dihinanya adalah putri rekan kerja suaminya. Jika sampai dia lapor kepada orang tuanya, habis sudah semua aset yang ada. Papa Satria pun mulai menyalahkan istrinya itu, dia sengaja berbuat demikian agar Mama tiri Satria sadar. Tidak baik menilai orang dari berita yang belum jelas kebenarannya.
"Jika anak itu melapor kepada orang tuanya, siap-siap saja kita jatuh miskin," sindir Papa Satria.
"Mana nomor ponsel Angel, Mama mau minta maaf. Aku tidak mau jadi miskin, jika kamu jatuh miskin aku minta cerai, Mas," ucap Mama Satria tanpa beban.
"Baiklah, kita urus semua besok," Papa Satria berkata tanpa beban.
"Baguslah, aku jadi bebas buat pilih pria kaya yang lebih muda dari kamu. Selamat tinggal ya, Mas. Cepat sembuh kamu Satria, nanti Papa kamu tidak bisa bayar biaya rumah sakit," Mama tiri Satria pergi begitu saja.
"Maafkan Satria, Pa. Sungguh tidak ada maksud untuk membuat dia pergi," sesal Satria.
"Tidak, Papa sengaja berkata demikian karena dia sudah berselingkuh di belakang Papa,"
Satria pun berpelukan dengan Papanya, Tyo dan Dion pun tersenyum bahagia. Mereka berbincang-bincang layaknya seusia, lalu Tyo menyebut nama Angel tanpa sengaja.
"Coba ada Angel, pasti dia akan senang karena tahu jika Satria baik-baik saja,"
Papa Satria tersenyum, kemudian mengelus puncak kepala putra tunggalnya. "Telpon dia, Papa yakin Angel sedang cemas memikirkan keadaanmu. Dia cantik juga,"
Satria pun tersenyum, ia mengambil ponselnya lalu mengetik pesan untuk Angel. Sudah pukul 24.00 pasti dia sudah tidur, Satria melihat Papanya keluar ruangan bersama Tyo dan Dion. Apakah menelpon Angel semalam ini tidak mengganggu?
(Angel aku sudah siuman)
Angel baru saja mengambil air minum, ponselnya berkedip. Sepertinya ada chat masuk dari Satria, dia pun membuka aplikasi WA. Senyum Angel terbit, Satria sudah siuman. Angel ingin ke rumah sakit, namun perkataan Mama Satria masih terekam jelas di ingatannya.
(Maafkan ucapan Mama tiriku, dia sudah pergi)
(Aku senang jika kamu sudah sadar, tak apa mungkin karena dia menyayangimu)
(Papa besok bercerai dengan dia)
(Astaga, jangan sampai karena aku)
(Pede sekali, dia ketahuan selingkuh🤣)
(Heem, aku mau tidur, besok pagi aku ke rumah sakit)
(Semoga mimpi indah, sayang)
Angel tersenyum membaca chatnya dengan Satria, sayang adalah panggilan untuk kekasih. Angel dan Satria bukan sepasang kekasih, saat menyadari hal itu ada rasa perih dalam hatinya.
****
"Aku berangkat dulu, kamu hati-hati dirumah," pamit Leon pagi itu.
Angel keluar rumah sekadar menikmati udara pagi, dia melihat kardus di pojok teras rumah. Angel penasaran lalu membuka kardus itu, hampir saja dia menjerit karena terkejut. Angel membaca tulisan di boneka yang penuh darah itu, "kamu akan binasa," Tak ingin menciptakan masalah, dia pun mengabadikan kotak itu dalam kamera ponselnya. Angel membuang kardus itu ke tempat sampah depan.
"Jangan pikir aku takut, lihat saja kamu akan busuk di penjara," gumam Angel.
"Sial! Gadis itu sama sekali tidak takut, besok aku akan kirim paket lagi," ujar pria yang berdiri di ujung gang sambil mengawasi Angel.
Hal yang sama juga terjadi di bengkel Leon dan rumah Satria dengan tulisan yang hampir sama. Di bengkel Leon, "Angel akan binasa." Sedangkan di rumah Satria dengan tulisan, "Satria akan binasa." Teror untuk mereka berdua baru saja dimulai, semua itu adalah perintah dari bandar narkoba. Perintah itu permintaan Dika yang kini sedang mendekam di penjara menunggu eksekusi mati karena terbukti membunuh dan memperjual belikan organ tubuh manusia yang tak berdosa.
Angel bersiap pergi ke rumah sakit, sebelum itu dia menerima telpon dari Leon yang mengkhawatirkan dirinya. Leon juga mengancam akan membiarkan Angel dibawa ke luar negeri jika teror itu terus terjadi.
"Satu masalah selesai, bukan bikin damai namun menimbulkan masalah baru," gumam Angel lalu mengeluarkan motornya dari garasi.
#KMCwriting
#KMC9Sore, gaes Satria dan Angel datang lagi. Happy reading😍
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid Angel (TAMAT)
Teen FictionTidak ada yang tahu jika masa sekolah memiliki pengaruh besar dalam hidup. Seperti halnya yang akan terjadi pada mereka, Satria dan Angel. Dua anak manusia yang ingin mencari jati diri mereka, melakukan hal yang luar biasa berbahaya untuk anak seusi...