Bab 5 Diabaikan?

22 5 1
                                    

"Satria, tunggu!" 

Angel berlari kecil untuk mengejar Satria yang tak peduli dengan panggilannya. Satria tahu jika Angel memanggil dirinya, namun ia masih gengsi jika orang lain tahu dia dekat dengan cewek baru itu. Ketiga temannya menyambut dengan senyum ceria, seperti biasa Niko, Dion dan Tyo telah menantinya di basecamp. Angel mendengus kesal, dipanggil dari tadi rupanya Satria sengaja menulikan pendengarannya.

"Orang dipanggil itu jawab, bukan sok tidak dengar gitu," omel Angel tak ada yang memperdulikan. 

"Cewek baru, siapa nama kamu? Angel? Menurut aku lebih pantas dipanggil devil," Niko tiba-tiba menyahuti perkataan Angel. 

"Maksud kamu apa? Mau bilang aku iblis gitu," Angel mendekat ia geram sekali dengan perkataan Niko. Menurut Angel Niko pagi ini sudah keterlaluan, masa ia disamakan dengan iblis. 

Niko tak peduli jika Angel mulai tersulut amarah, "Sadar diri juga akhirnya," 

Angel mengepalkan tangannya, menahan amarah serta rasa kesal terhadap Satria. Dia pun pergi begitu saja, berada di dekat Niko bisa-bisa sifat iblisnya muncul lagi. 

"Angel cantik, jangan marah sini sama Abang Tyo aja. Niko mah kembaran mak lampir," celetuk Tyo  yang sudah berdiri di depan Angel dengan gaya sok cool. 

"Jangan ganggu, Angel. Ada yang tak terima tuh," sindir Dion yang melihat perubahan raut wajah Satria.

Angel tak memperdulikan mereka lagi, lebih baik ia masuk kelas karena sebentar lagi bel berbunyi. Satria yang melihat Angel pergi pun mengikuti langkah cewek itu, sialnya dari arah lain datang Kania bersama dua orang pengikutnya Liza dan Naomi. 

"Satria, aku mau bicara dulu sebentar," Kania berucap begitu melihat Satria akan menghindari dirinya.

Satria mendengus sebal, Kania lagi dan lagi. Sampai kapan ia bisa lepas dari bidadari berhati iblis sepertinya. Apa mungkin ia memacari Angel saja, pasti Kania akan mundur dengan sendirinya. Satria memgusap kasar wajahnya, mengapa juga ia bisa berpikir sejauh itu. 

"Satria, kamu dengan aku gak sih," Kania pun merajuk karena Satria terlarut dalam lamunannya. 

"Sorry, aku harus masuk kelas. Bel sudah berbunyi," Satria berlalu pergi meninggalkan Kania yang  berada di puncak amarah. 

"Pergilah Satria, jangan sebut namaku Kania jika tak bisa membuatmu dekat denganku," 

"Panggil bu bos aja," celetuk Naomi yang langsung mendapatkan jitakan dari Liza. 

"Masuk kelas," perintah Kania dan mereka berdua pun mengikutinya. 

Satria duduk dibangkunya, sekilas ia melihat Angel yang sedang serius membaca novel. Bima masuk membagikan buku paket, serta memberikan tugas dari Guru Biologi yang sedang sakit. Otomatis dua jam kelas kosong, namun semua sibuk karena tugas yang diberikan banyak sekali. 

"Bima, ini sama saja bohong. Jam kosong tugas numpuk, mending ada Gurunya masih bisa santai," omel Niko. 

"Tau nih, Bima.  Jadinya Abang Tyo gak bisa ngebucinin Neng Angel pagi ini," 

Angel hanya melirik sekilas, kemudian melanjutkan tugas Biologi yang sedari tadi dikerjakannya. Angel ingin cepat selesai lalu lanjut baca novel yang tadi dibacanya. Ia melirik Noni yang sedang asyik menikmati cemilan yang dibawanya. Pie susu, snack kentang dan juga coklat. Angel hanya bisa geleng kepala, ternyata ada orang seajaib Noni yang pedulinya tentang makanan saja.

"Angel, kamu mau?" tawar Noni yang mulai mengerjakan tugasnya. 

"Aku mau, tadi belum sarapan. Boleh kan minta sedikit?" Doni mencoba basa basi kepada Noni. 

Noni pun menyerahkan empat buah pie susu kepada Doni, "Ini buat kamu dan teman-temanmu,"

"Angel, bisa ikut denganku sebentar?" ajak Satria yang membuat mereka berempat terdiam dan saling senggol. 

Angel ingin menolak, namun jam kosong dan dia sudah selesai mengerjakan tugas. Ada baiknya ia mengikuti kemauan Satria, tak baik juga ia kesal karena diabaikan tadi pagi. 

"Maaf, untuk tadi pagi. Aku hanya belum terbiasa," Satria membuka suara begitu mereka telah sampai di belakang kantin sekolah. Tempat yang bersih dengan pohon yang rindang dan beberapa tanaman singkong milik Pak Jaya penjaga sekolah. 

"Tak apa, aku saja yang terlalu antusias. Orang baru kenal 24 jam namun sok dekat seperti ini," balas Angel kemudian tertawa. 

Waktu terus melaju seperti sebilah pedang, memangkas habis semua hal yang tak bisa terulang. Siang ini seperti dua hari yang lalu, Angel menunggu Leon di depan gerbang sekolah. Ponselnya bergetar, Angel melihat chat WA dari Leon. Siang ini ada meeting dan tak bisa menjemputnya. Apa Angel memesan gojek? Lebih baik ia menunggu angkot tapi apa ada angkot lewat sini. 

"Aku antar pulang mau?" tanya Dika yang tiba-tiba ada disamping Angel. 

"Terima kasih, aku sedang menunggu kakakku," balas Angel cepat. 

"Dari pada kelamaan mending aku antar," tawar Dika lagi. 

"Dia pulang bersamaku, lebih baik kamu pergi dan jangan dekati Angel," Satria sudah berdiri di belakang Angel, lalu menggandeng erat tangannya.

"Jangan songong kamu, aku yang lebih dulu mengajaknya pulang," kesal Dika. 

"Dia pacarku, jadi jangan pernah mengganggu dia lagi,"

Dika pun pergi tanpa mengucapkan sepatah kata. Satria menyeringai, dia tidak akan membiarkan Dika atau pun siapa saja mendekati Angel. Mereka berdua pulang namun tak menyadari jika Sheren mengintai dari tadi. 

"Kamu mengalah pada siapa tadi, Satria? Kamu yeng tegas, bukankah kamu yang mendekati Angel duluan. Terlalu belibet, aku tak mau tahu kamu harus bisa mendekati Angel," omel Sheren kepada Dika begitu melihat Angel dan Satria pergi bersama.

"Tenang saja! Jangan sentuh Angel biar aku yang memikatnya, dia terlalu cantik untuk dilukai secara fisik," balas Dika dengan sorot mata yang mengerikan. 

"Dasar psikopat! Tenang saja dia milikmu setelah dendamku terbayar," 


Hai aku uodate lanjutan kisah Angel dan Satria lo😅 jangan lupa kritik dan sarannya ya

My Stupid Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang