Pikirannya kacau, Jongho ingin pulang sekarang, ia ingin memeluk ibunya, dan menangis dalam dekapannya, mendengar kalimat-kalimat penenang yang dilontarkan ibunya. Tapi jam sekolah yang belum berakhir tak memberinya ijin lebih awal- meski Jongho bisa saja meminta ijin pada kesiswaan dengan alasan yang bagus dan masuk akal -tapi dia tidak bisa, dia tidak bisa karena satu alasan, yaitu Yeosang. Pekerjaannya yang memang sedari awal hanya menjadi seorang bodyguard dari putra Tuan Kang itu tak bisa ia tinggalkan, ia harus senantiasa berada di dekat pemdua Kang itu, menjaganya dari hal-hal yang berkemungkinan akan mencelakai Tuannya. Tapi siapa sangka, jika di balik itu semua ia menyimpan perasaan lebih untuk Yeosang, pemuda yang lebih tua setahun darinya itu?
Di balik bilik toilet sekolah, Jongho duduk di atas closet sembari mengigit tangannya, menahan isakan-isakan yang keluar dari bibir mungilnya. Lengan seragamnya sudah basah oleh air mata sejak beberapa saat lalu. Jangan tanyakan kenapa Jongho bisa ada di sana, karena setelah bertemu dengan Yeosang, pemuda Choi itu meminta ijin untuk tak mengikuti satu jam pelajaran dengan alasan sakit perut. Tujuan utamanya memang ruang uks, tapi melihat di dalamnya sedang banyak orang, akhirnya ia berbelok menuju toilet dan merenungi nasibnya di sana sembari menangis.
Jongho sebenarnya adalah pemuda yang mudah tersinggung akan hal-hal yang dapat disebut sepele, ia juga mudah untuk menyadari siapa dirinya dan apa posisinya, termasuk untuk Yeosang. Dia hanya seorang bodyguard, tidaklah pantas dirinya untuk mencintai orang sesempurna Kang Yeosang. Jongho hanya seorang pemuda yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaannya yang tak menentu sejak umurnya menginjak dua belas tahun. Ia seorang yatim, ayahnya tewas terbunuh oleh seorang perampok di perusahaannya, menyisakan banyak hutang yang mengharuskan keluarganya untuk menjual perusahannya itu, setelahnya ia hanya tinggal dengan Ibunya. Seharusnya dia sudah bersyukur atas pekerjaannya sekarang yang sudah sangat membantu keuangan keluarganya, tapi kenapa dia seakan mengaharapkan hal yang lebih besar dengan menaruh perasaan pada Tuannya?
Brak!
Kepala Jongho mendongak, menatap pintu bilik yang terbuka karena didobrak seseorang dari luar. Kedua netra basahnya mendapati Kim Haru beserta dua temannya yang berdiri angkuh sembari menatap sinis padanya.
"Bisa ikut aku sebentar, manis?" mendengar kalimat tanya itu, seketika perasaan Jongho jadi tidak enak. Beberapa kemungkinan buruk sudah hinggap di otakknya, membuatnya harus memasang sinyal waspada.
~•°•°•°•~
"A-akh!" tubuh Jongho menghantam dinding setelah mendapat dorongan keras dari gadis bersurai pirang dengan marga Kim yang melekat di namanya. Keadaan Jongho tidak baik sekarang, tubuhnya sangat lemas dan bisa ambruk kapan saja. Tapi dengan sekuat tenaga ia menahan beban tubuhnya agar tak ambruk saat itu juga.
"Apa kau belum menyerah juga? Padahal aku dan Yeonjun sudah membuatmu hampir mati dua hari yang lalu."
Jongho diam tak merespon, bibirnya sibuk meringis perih dengan tangannya yang memegangi lengan kirinya yang terbalut seragam dan terasa basah. Tunggu! Apa?!
Dengan cepat, pemuda Choi itu melirik lengan kirinya. Lengan kemeja sekolahnya yang berwarna putih kini mulai berubah menjadi merah. Rasa nyeri pun menjalar sepanjang tangannya, sepertinya lukanya kembali terbuka. Ia meringis pelan.
"Oh, wow! Apa lukamu kembali terbuka?" Jongho menoleh pada sosok Haru, tepat setelah kalimat tanya itu terlontar bersama dengan seringai menjengkelkan yang terlukis di bibir gadis Kim itu.
"S-sebenarnya apa maumu, Haru-ssi?"
"Kenapa baru bertanya sekarang setelah kau mendapatkan apa yang aku mau, Choi Jongho?" dengan tampang angkuhnya, Haru membalas pertanyaan Jongho dengan menekankan nama pemuda Choi itu. "Apa dengan menjawab pertanyaanmu aku bisa mendapatkan apa yang aku mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 4. FEAR; YeoJong
Fiksi PenggemarRasa takut ketika dia datang dan masuk dalam hidupku. Aku yang seharusnya melindungi justru menyakitinya. Warn-! - bxb - Kys: top Cjh: bot start: 09-04-2020 end: 16-10-2020