LAAR = ^06^

4.6K 407 31
                                    

*Happy Reading

Setelah semua bahan sudah di beli, Akbar dan Bimo memasukkan semuanya ke dalam mobil. Termasuk bahan-bahan yg Arumi beli, karena terus di paksa oleh Akbar akhiranya Arumi menurut, karena Akbar juga sudah membantu nya. Sementara Bimo dari tadi wajahnya terlihat datar. Akan tetapi dia tidak bisa menolak permintaan Akbar untuk mengantarkan Arumi pulang.

Sepanjang perjalanan Akbar terus bertanya tentang sekolah Arumi dan Bimo, dan sesekali juga bertanya tentang Arumi, yg baru pindah ke kota saat ini mereka tinggali. Akbar orang yg sangat baik, murah senyum, dan cepat akrab dengan orang baru, Arumi sangat menyukai sifat Akbar yg seperti ini, bahkan sedari tadi dia tersenyum saat Akbar menceritakan terang kehidupan di sekolahnya yg penuh dengan lelucon. Dan terlihat di sana Bimo juga tersenyum kecil melihat tingkah Akbar.

Sampai akhirnya mereka sampai di depan rumah Arumi yg berada di komplek. yg ternyata Bimo juga baru menyadari jika itu kompleks perumahan tempat tinggal Nadia. Tapi Bimo tidak bicara dan tetap mengantarkan Arumi menuju rumahnya.

"Terimakasih sudah membantu dan mengantarkan aku pulang"

"Sama-sama"- ucap Akbar tersenyum dengan lesung pipi nya yg terlihat manis. Bimo langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Arumi. Setelah mereka menurunkan belanjaan Arumi.

"Bunda bantu Rumi dong, berat nih"- keluh Arumi sambil membawa dua kantong belanjaan, dan di luar masih terdapat banyak belanjaan lainnya.

"Iya, ini bunda bantu"- mengambil kantong belanjaan yg Rumi bawa. Dan Rumi hanya menggelengkan kepalanya, bukanya mengambil barang belanjaan yg ada di luar, bundanya malah mengambil barang belanjaan yg sudah setengah jalan Arumi bawa. Dan hal itu sering terjadi. Jadi Arumi hanya pasrah dan kembali ke luar untuk mengambil sisa belanjaannya.

"Dasar bunda"- ucap Arumi sambil menggelengkan kepalanya.

×××

Hari menjelang sore hari, Arumi memutuskan untuk joging memutari kompleks perumahan, sampai dia akhirnya Arumi mengistirahatkan kaki dan tubuhnya di bangku taman.

"Huh, capek banget"- Arumi mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat dan pandangannya berakhir di satu titik, Arumi langsung menghampiri tempat itu sambil merogoh sesuatu dari dalam saku jaketnya yg tidak lain adalah uang.

"Aku tidak menyangka ada vending machine di sekitar sini"- Sambil tersenyum Arumi memasukan uangnya kedalam mesin tersebut setelah memilih minuman yg akan dia beli.

Sesudah mendapatkan apa yg dia mau, Arumi kembali duduk di bangku sambil menikmati minuman miliknya.

"Hi..."-

"Uhuk uhuk...."- Arumi terbatuk saat tiba-tiba ada seseorang yg menepuk pundaknya dari belakang.

"Sor-ry Lo nggak apa-apa kan?"- orang itu mengusap punggung Arumi dari belakang dengan rasa sesal.

"Iya tidak apa"

"Lo ko ada di sini? Atau jangan-jangan rumah Lo di perumahan ini?!"- ucap orang itu setelah duduk di samping Arumi.

"Huh? Iya rumah ku ada di block II C"- ucap Arumi setelah menelan minuman yg dia tenggak kembali

"Oh, deketan dong kita, rumah gue di block II B"- ucap orang itu yg tidak lain adalah Nadia.

"Huh? Ah iya"

"Ih ngomong sama Lo kaku banget, kayak kanebo"- kesal Nadia sambil mengambil minuman yg berada di tangan Arumi dan langsung meminumnya, melihat itu Arumi hanya terpelongo tanpa mengedipkan matanya.

"Kenapa Lo? Lo nggak suka minuman Lo gue minum? Pelit banget "

"Bu-bukan gitu tapi-"

"Hustttt nanti gue ganti, nggak usah ribet, perkara minuman dong"- dan Arumi hanya mengangguk dan diam, karena ucapanya selalu di potong oleh Nadia.

Love And All RestrictionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang