🎶Bertahan Di sana - Sheila On 7Bisa bertahankah kau di sana?
Bisa bertahankah sayang?
Coba bertahanlah kau di sana
Coba bertahanlah sayang***
Berita tentang pertengkaran antara Hanina dan Malika masih menjadi tranding topic sekolah. Gosip nya memanas, terlebih lagi muncul desas desus bahwa pertikaian antara kedua gadis itu karena memperebutkan cowok. Gosip murahan begitu cepat menyebar, setiap orang memutar otak, menebak siapa gerangan cowok yang diperubutkan Hanina dan Malika. Ditengah kemalut itu Dimas agaknya merasa lega karena berita tentang encok pinggangnya tidak terendus oleh siapapun karena orang-orang lebih tertarik dengan kisah dibalik pertengkaran itu.
Terlebih sejak kejadian tersebut baik Hanina dan Malika tidak terlihat di sekolah, dengar-dengar mereka tidak mendapat skorsing, keduanya izin karena sakit. Ya pasti sakit lah. Seingat Dimas cukup banyak luka yang didapat oleh Hanina ketika dia mengobati luka gadis itu.
Hah, bicara soal Hanina membuat Dimas menjadi ingat setelah menangis sesenggukan, gadis itu memutuskan untuk menghubungi ibunya menggunakan handphone milik Dimas, karena milik gadis itu tertinggal di kelas. Sambil menangis Hanina meminta maaf pada sang mama dan meminta jemput saat itu juga.
"Maafin Hanina ya mah, Hanina nyesel udah marah-marah sama mama." gadis iru terdiam sejenak, "Hanina di rumah Dimas."
Lama Hanina terdiam. Mengangguk serta menjawab 'iya' beberapa kali sebelum akhirnya memutus sambungan dan mengembalikan ponsel itu pada Dimas.
"Makasih." kata cewek itu di sela sesenggukannya. Dimas mengangguk lega. Lega karena satu permasalahan selesai. Setidaknya dia bisa beristirahat dengan tenang. "Punggung lo masih sakit?"
"Masih lah, ini aja gue tahan-tahan." jawab Dimas jujur.
"Nggak usah repot beli jeruk kalau begitu."
"Tenang, gue tadi cuma basa-basi aja kok."
Tangisnya kembali pecah dan Dimas dibuat serba salah mendengar tangisan cewek itu. Tangisan yang biasa Dimas hadapi adalah tangisan patah hati dari mantan-mantannya yang lalu, dari yang menangis anggun sampai yang histeris, dan dia tidak pernah bersusah payah menenangkan tangisan para gadia patah hati itu. Anggaplah Dimas brengsek, toh memang iya kok, kalau tidak seperti itu yang ada si mantan tidak akan mau dilepas kan?
Namun, berbeda kasus dengan Hanina, gadis itu bukan mantannya dan bukan juga patah hati karenanya. "kok makin nangis sih. apa karena jus jeruk?"
Hanina Menggeleng, "Bukan..... tapi karena lo sakit gara-gara gue," jeda karena Hanina harus ambil nafas. "Kalau gue nggak berantem dan dorong lo, pasti sakitnya nggak akan separah ini," tangisan gadis itu makin kencang.
Dimas makin gelagapan. Dalam hatinya ia hanya berdoa, jangan sampai kakeknya datang dan melihat Hanina menangis hebat. Kakeknya akan marah dan menginterogasi tanpa henti. Berbekal inisiatif seadanya, Dimas menepuk pelan punggung Hanina sembari mengucapkan kata menenangkan. "Yaudah gak papa, lagian sebelum nya pinggang gue memang udah sakit kok. Udah jangan merasa bersalah gitu."
"Tapi kan...."
"Udah. Nggak papa Han, lagian gue cowok, wajar lah kalau sakit-sakit begini."
"Beneran?"
Dimas mengangguk yakin. "Iya, bener." dan menjawab dengan suara lembut. "Ck, nggak nyangka gue lo secengeng ini." lanjutnya lagi berusaha mencairkan suasana.
"Lo juga, nggak nyangka gue, lo bisa bicara selembut ini sama gue. Biasanya kan pakai urat."
Hanina memang selalu bisa menghancurkan mood Dimas. Sorenya jemputan Hanina datang, saat itu pula Dimas berkenalan dengan wanita yang ia lihat di dalam ruang BP. Namanya Tante Yaya, melihat wanita itu dari dekat tak ayal membuat Dimas sulit berpaling. Cantiknya luar biasa, gayanya anggun dan tertata. Berbeda sekali dengan anaknya yang bar-bar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KLASIK UNTUK MASA DEPAN
Romansa"gue akan ukir nama kita di sini sebagai tanda jadian kita." Satu dari banyak hal baik yang terjadi di hudupku adalah dia. Dia yang dengan bangganya mengukir namanya dan namaku di dinding sekolah kami kala itu. Saat kami masih sangat belia dan hanya...