Prolog

217 88 190
                                    

Hay👋Ketemu lagi dengan cerita yang berbeda.
Btw ini cerita pertamaku tentang horor, so kalau ada yang kurang bagus mohon dimaklumi 😁

Selamat Membaca ♥️

***

Seorang gadis kecil yang sedang berlarian di taman samping rumahnya sambil memegang boneka kesayangan dengan sesekali tertawa.

Langit di atas sedang mendung pertanda akan turun hujan, tetapi sosok gadis itu tak mempedulikan.

"Sayang, ayo masuk!" teriak sang mama sambil berjalan ke arah anaknya yang sedang bermain.

"Bentar, Ma!"

Merasa tak ada tanda-tanda pergerakan, sang mama langsung saja menarik pergelangan tangan putrinya.

"Nggak boleh nakal. Turutin apa perintah mama."

Sang anak merasa sedikit sebal dengan mamanya, tetapi bagaimana pun dia sangat menyayangi wanita setengah paruh baya yang sedang mengandeng tangannya sekarang ini.

"Iya, Ma."

Mereka berdua masuk ke dalam rumah yang terbilang cukup megah dengan nuansa bergaya Eropa.

Sang mama berjongkok ke depan anaknya agar lebih mudah berbicara. "Sayang, kamu masuk ke kamar, gih. Mama ada urusan sebentar."

"Iya, Ma." Sambil membawa boneka kesayangannya, dia berlari ke arah tangga menuju kamarnya.

***

Hujan perlahan turun dengan derasnya disertai gemuruh petir dan kilatan cahaya di atas langit membuat kesan horor tersendiri, dengan langit menghitam. Lampu yang semula menyala kini padam begitu saja. Tirai yang berada di jendela ikut berterbangan saat angin mulai datang.

Seorang gadis kecil sedang memeluk tubuhnya di atas ranjang lantaran sangat takut. Tiba-tiba, pendengarannya tak sengaja mendengar suara teriakan serta sebuah suara benda keras dari arah luar dengan sigap gadis kecil tersebut berlari keluar dari kamar.

Betapa terkejut saat melihat kedua orang tuanya terbaring lemas di lantai dengan darah bercucuran di mana-mana.

"Papa, Mama!" teriaknya menuju ke arah kedua orang tuanya dengan air mata sudah menetes.

Susah payah sang mama menoleh melihat anaknya. "Sa-sayang, ka-kamu harus pergi dari sini," ucapnya dengan terbata-bata sambil memegang tangan anaknya.

Gadis kecil itu menggelengkan kepala. "Nggak! Aku nggak mau ninggalin Mama sama Papa di sini."

"Sa-sayang, b-enar kata mama kamu. Ka-kamu harus c-epat pergi dari rumah ini."

"Aku nggak mau. Riri takut."

Sang papa langsung saja menangkup kedua pipi anaknya. "De-ngar, Riri sa-sayang. Ka-mu harus pergi d-ari sini secepatnya."

"Tapi, Riri takut sendirian."

"Sa-sayang, kamu nggak s-endirian, ad-a papa sama mama ya-ng selalu jagain Riri. Uhukk!" Sang papa mengeluarkan darah dari mulut, setelah itu perlahan menutup matanya dengan kedua tangan jatuh dari kedua pipi Riri.

"Papa!" Histeris Riri saat melihat papanya sudah menutup kedua mata. Dia tidak bisa lagi menahan untuk tidak menangis.

"Di sini kau rupanya anak kecil!" ucap seseorang dari belakang dengan menyeringai tajam.

Sontak membuat gadis kecil itu menoleh dan mendapatkan dua sosok laki-laki berbadan besar dengan tato yang berada di lengan kiri mereka.

"Sa-sayang, cepat! Ka-mu harus pergi!"

"Tapi, Ma. Riri nggak mau ninggalin Mama sama Papa di sini," lirihnya dengan sedih.

"Ng-gak ad-a waktu Riri! K-amu harus pergi!"

Melihat mata mamanya yang penuh permohonan, terpaksa gadis kecil yang dipanggil Riri berlari pergi keluar rumah.

Kedua preman itu langsung saja mengejar anak kecil tersebut, tetapi belum sempat berlari tiba-tiba, kedua kakinya ditahan oleh wanita setengah paruh baya yang terbaring lemas di lantai.

"Ce-pat! Riri!

Sejenak Riri berhenti berlari dan melihat ke arah papa dan mamanya yang terbaring dengan begitu mengenaskan.

"Papa, Mama, Riri sayang sama kalian," lirihnya dengan air mata yang setia menetes tanpa henti.

Dia masih bisa melihat mamanya yang sedang berusaha menahan kedua preman tersebut.

Di bawah guyuran hujan dan petir yang saling sahut-menyahut, seorang gadis kecil berlari disertai isakan kecil keluar dari bibir mungilnya.

Gadis itu terus berlari tanpa menghiraukan hujan yang cukup deras. Dia tidak tahu arah tujuannya. Mungkin sekarang dia akan tinggal sebatang kara di dunia kejam ini.

Beberapa menit kemudian datang sebuah mobil yang melaju begitu kencang, sehingga membuatnya tak bisa mengindari dan akhirnya tertabrak dengan darah bercucuran di mana-mana.

Brakk!

Hal terakhir yang dilihatnya adalah seorang pria setengah paruh baya yang keluar dari dalam mobil. Lalu pria itu menghampiri Riri. Pandangannya mengabur, seiring kesadaran Riri mulai menipis. Perlahan kedua netranya tertutup rapat.

***
TBC♥️

Bisikan Tak Terlihat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang