12. Kematian Zanna

50 30 14
                                    

Halo, guys! Masih ada yang nyimpen cerita ini di perpustakaannya? Atau reading list? Jadi, aku mau publish cerita ini soalnya kontrak sama penerbit udah habis. Semuanya bakal aku up sampai end, yey🥳

Selamat Membaca ❤️

***

Seluruh SMA Starlight sedang berbaris di tengah-tengah lapangan untuk melaksanakan upacara yang dilakukan pada hari senin. Atribut yang mereka pakai harus lengkap karena kalau tidak, mereka bisa saja dihukum berbaris di depan menghadap sinar matahari.

Sebagian murid laki-laki ada yang di hukum lantaran tidak lengkap. Mungkin murid itu tidak mempedulikan tentang hukuman. Tidak seperti murid perempuan pada umumnya yang takut kena hukuman.

Ada seorang murid perempuan yang berbaris paling terakhir di kelas XII IPA-1. Dia sedari tadi merasa cemas. Entah apa yang membuatnya begitu cemas. Batinnya mengatakan ada sesuatu yang akan terjadi.

Terkadang melihat ke arah depan. Terkadang juga melihat ke arah belakang. Dia dari tadi sedang mencari seseorang, tetapi tidak ditemukan baik dibarisan depan maupun barisan kumpulan murid-murid dihukum.

Rasa cemas semakin memuncak. Dia ingin pergi mencarinya sebelum upacara dimulai. Baru saja ingin melangkah, tiba-tiba terhenti kala ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.

"Rinjai, mau ke mana kamu?"

Terpaksa Rinjai berbalik melihat Bu Ningsi yang sedang berkaca pinggang. Rinjai menunduk. Bisa dipastikan dia dikena semprot oleh Bu Ningsi yang berubah jadi galak jika ada muridnya yang coba-coba bolos upacara, apalagi bolos sekolah.

"Anu, Bu ...."

"Anu apa? Mau bolos upacara?!"

Rinjai tersentak kaget. Tamatlah riwayatnya. Bu Ningsi akan marah kepada siapa saja yang tidak mematuhi peraturan sekolah. Dia tidak memandang orang, termasuk Rinjai yang merupakan murid terpintar di SMA Starlight.

"Eng–gak, kok, Bu," sahut Rinjai dengan sedikit gugup.

"Kali ini ibu maafkan kesalahan kamu. Ingat! Lain kali jangan bolos upacara."

"Ba–baik, Bu."

Setelah Bu Ningsi berlalu pergi, barulah Rinjai bernapas begitu lega. Cepat-cepat dia kembali ke barisannya. Rinjai masih mengkhawatirkan Zanna yang dari tadi belum berbaris di lapangan. Apakah Zanna bolos upacara? Tetapi Rinjai kenal betul dengan temannya yang satu ini.

Rinjai baru tersadar, murid misterius itu juga tidak ada dibarisan kelas. Ke mana perginya Tania? Tadi di kelas Rinjai melihatnya. Ini ada yang aneh. Secara kebetulan Zanna dan juga Tania tidak ada dibarisan kelas.

Bruk!

Tiba-tiba terdengar suara keras dari belakang. Seperti seseorang yang baru saja terjatuh dari atas gedung. Sontak semua menoleh dan melihat sosok murid perempuan terbaring dengan begitu mengenaskan. Percikan darah tersebar.

Semuanya berlari berkerumunan melihat murid tersebut. Entah kenapa, tiba-tiba perasaan Rinjai menjadi tak enak. Rasa cemas mulai kembali menjalar. Dia dari tadi hanya diam berdiri di tempat.

"Hubungi ambulance!"

Teriakan itu membuat lamunan Rinjai buyar. Bisa dilihat banyak sekali orang-orang berlarian ke sana-sini. Rinjai melangkah untuk mendekat. Dia ingin tahu siapa korban itu.

Susah payah Rinjai berusaha masuk ke dalam kerumunan yang penuh dengan murid-murid. Akhirnya, Rinjai sudah bisa melihat korban itu meski masih ada murid-murid yang menghalangi penglihatannya.
Suara sirine ambulance mulai terdengar di telinga mereka semua.

Seorang guru laki-laki membalikan badan murid perempuan yang menjadi korban. Rinjai sungguh penasaran siapa murid perempuan yang jatuh di atas gedung.

Sedari tadi rambut perempuan itu menghalangi wajahnya, sehingga sulit sekali mengenali. Dilihat dari gestur tubuhnya, mengingatkan Rinjai kepada seseorang. Sebagian murid laki-laki mengangkatnya, lalu menidurkan di atas brankar. Para perawat mulai mendorong brankar tersebut. Tentu semuanya terkejut melihat siapa murid perempuan itu, begitupun Rinjai yang tak kalah terkejut.

Bisikan dari murid-murid mulai terdengar saat semuanya sudah tahu siapa korban itu yang ternyata adalah Zanna, murid pintar setelah Rinjai dan juga merupakan anak donatur terbesar di SMA Starlight.

Tubuh Rinjai, tiba-tiba kaku. Kecemasan yang dialaminya beberapa hari ini sudah terjadi. Kini Zanna sudah dilarikan di rumah sakit terdekat. Setelah ambulance itu pergi, murid-murid mulai bubar kembali ke kelasnya. Mungkin murid-murid syok melihat kejadian yang begitu cepat, begitupun dengan para guru yang sangat syok.

Para guru mulai masuk ke ruang rapat untuk membicarakan hal yang menimpah Zanna. Bagaimana pun mereka masih bertanggung jawab soal kejadian ini.

Sekarang tinggal Rinjai seorang diri di lapangan. Rinjai terduduk lemas di depan bekas darah Zanna. Tanpa sadar dia menitihkan air mata. Mimpi buruk yang dialaminya benar-benar terjadi. Menyesal. Rinjai sungguh menyesal. Andai dia bisa menghentikan Zanna.

Ini semua karena dirinya. Karena kemampuan yang dimilikinya semua menjadi celaka. Kemampuan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

"Rinjai, lo yang sabar. Gue tahu lo terpukul," ucap seseorang dari belakang, sehingga membuat Rinjai menoleh dan mendapatkan Dewa dengan tatapan sendu.

Dewa mengembuskan napasnya. "Kita do'ain Zanna. Semoga dia nggak kenapa-napa."

Lantas, Rinjai berdiri, lalu menatap Dewa sejenak sebelum dia berlari pergi meninggalkan Dewa.

***

Sebuah rumah megah dengan tanda kuning sebagai simbol kematian tengah ramai. Mereka semua memakai pakaian serba putih. Taksiran dan tangisan sudah terdengar di dalam. Para pelayat sudah berdatangan. Segerombolan guru dan murid-murid SMA Starlight sudah datang. Rinjai pun sudah datang sejak dari tadi.

Semuanya terpukul atas kematian Zanna. Keluarga kandungannya, keluarga besar di sekolah serta teman-temannya, termaksud dengan Rinjai yang sudah menitihkan air mata. Kemarin, saat Zanna sudah dilarikan ke rumah sakit, dia mengembuskan napas terakhirnya. Zanna sempat koma, tetapi tak perlu waktu lama dia dinyatakan meninggal dunia.

Rumah duka dilingkupi kesedihan atas meninggalnya Zanna. Mama Zanna sejak dari tadi belum sadar dari pingsannya, sedangkan papanya sedang berada di pojok ruangan. Dia sangat terpukul atas meninggalnya Zanna.

Saat Rinjai mendongak ke depan, dia terkejut melihat arwah Zanna yang sedang melihat tubuhnya sendiri dengan badan bergetar, mungkin dia menangis. Rinjai berusaha mencari arwah Zanna, saat arwah itu tiba-tiba saja menghilang.

Rinjai.

Panggilan itu, Rinjai sangat tahu betul siapa yang sedang memanggilnya. Ternyata arwah Zanna berada di belakang.

Gue tahu, lo bisa lihat gue.

Arwah itu kembali bersuara. Jujur, Rinjai sangat ketakutan menghadapi makhluk tak kasatmata. Dia pura-pura tak mendengar, meski sangat sulit karena dari tadi Zanna tak henti-hentinya memanggil namanya.

Rinjai! Lihat gue.

Kelihatannya arwah Zanna mulai marah kepada Rinjai. Mata Rinjai melihat Dewa yang duduk tidak terlalu jauh darinya. Cepat-cepat Rinjai langsung duduk di samping Dewa yang kebetulan kosong.

"Lo kenapa?" tanya Dewa melihat wajah Rinjai yang sedikit pucat.

"N–nggak apa-apa."

Arwah Zanna masih ada di sana tepatnya di pojokkan yang sedang duduk di dekat papanya. Di mata Zanna terpencar betul kesedihan serta luka. Rinjai paham betul akan itu. Arwah Zanna pasti sangat terpukul. Meninggal karena terjatuh dari atas gedung sekolah dengan badan yang begitu mengenaskan.
Rinjai masih melihat ke arah arwah Zanna. Dia tidak takut lantaran arwah Zanna tidak memperlihatkan wujud aslinya saat terjatuh, yang Rinjai lihat arwah Zanna memakai pakai sekolah dengan wajah pucat.

"Lo lihat arwah Zanna?"

Tiba-tiba Dewa bertanya, sehingga membuat Rinjai tersontak kaget. Dewa bertanya seperti itu bukan tanpa alasan. Dari tadi dia memperhatikan gerak-gerik Rinjai yang begitu aneh. Dia baru sadar dengan kemampuan Rinjai yang dibicarakan oleh murid-murid di sekolah.

"Ma–maksudnya apa?" Rinjai bertanya sedikit gugup.

"Lo bisa 'kan lihat makhluk tak kasatmata? Jadi, gue tanya lo lihat arwah Zanna?"

"Ak–aku pergi ke dapur dulu," ucap Rinjai bangkit dari duduknya, lalu berjalan masuk ke dalam dapur.

Dewa melihat Rinjai yang masih saja tertutup dengan siapapun termasuk dengan dirinya sendiri. Padahal dia hanya ingin membantu Rinjai.

***

TBC.





Bisikan Tak Terlihat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang