15. Arwah Di Sekolah

40 24 7
                                    

Selamat Membaca ♥️

***

Matahari mulai tersenyum saat menjelang pagi hari. Sinarnya menyorot masuk ke sela-sela tirai, sehingga membuat seorang gadis yang tertidur pulas kini terganggu.

Jari-jarinya mulai bergerak. Perlahan kedua mata telah terbuka. Dia mengernyit heran dengan sebuah infus yang melekat di tangannya.

"Rinjai, Sayang," ucap Rinai berlari ke arah Rinjai. Dia bersyukur saat melihat putrinya sudah tersadar dari pingsan.

"Ma, aku kenapa?"

"Kemarin kamu pingsan di dekat jendela."

"Terus, infus di tangan aku, Ma?"

"Mama suruh dokter buat pasang infus. Mama khawatir lihat kamu pingsan kemarin."

"Terlalu berlebihan, Ma," ucap Rinjai melepas infus yang berada di tangannya.

Rinia langsung saja mencegah Rinjai untuk melepas infus. "Sayang, jangan dilepas."

"Ma, aku nggak apa-apa."

"Tapi, Sayang, kamu belum pulih."

"Mama, nggak usah khawatir."

Setelah infus di tangan Rinjai terlepas, dia bangkit dari tidurnya. Rinai yang melihat itu kembali mencegah Rinjai.

"Rinjai, kamu mau ke mana?"

"Aku mau ke kamar mandi. Buat siap-siap ke sekolah."

"Rinjai, Sayang, kamu hari nggak usah ke sekolah."

"Ma, aku mau ke sekolah."

"Rinjai ...."

"Please, Ma."

Melihat putrinya memohon, membuat hati Rinai tersentuh. Dia mengangguk kepala pertanda mengijinkan Rinjai ke sekolah. Rinjai bersorak dengan gembira. Tanpa aba-aba Rinjai memeluk Rinai.

"Makasih, Ma."

"Sama-sama, Sayang."

Rinai melepaskan pelukannya. "Tapi, mama penasaran. Kenapa kamu bisa pingsan?"

Seketika Rinjai terdiam membeku. Pikirannya menjelajah saat di mana dia melihat sosok mengerikan dibalik jendela, tetapi ini bukan arwah Zanna melainkan hantu yang berada di dalam mimpinya.

"Ma-ma, aku mau mandi dulu." Rinjai tak menjawab pertanyaan mamanya, malah berlalu pergi.

Heran. Kata itulah yang berada dibenak Rinai sekarang. Baru pertama kali melihat putrinya tidak menjawab pertanyaannya.

***

Suasana di sekolah sangat ramai. Ramai akan pembicaraan tentang misterius meninggalnya Zanna. Sudah tiga hari tim polisi menyelidiki penyebab Zanna jatuh dari atas gedung, tetapi mereka tidak menemukan hasil apapun.

Para guru pun ikut serta dalam menyelidiki kasus ini, tetapi tetap sama. Tidak ada hasil dari penyelidikan tersebut.

Hingga, hari ini polisi terpaksa menutup kasusnya karena mengira Zanna memang murni jatuh dari atas gedung, bukan karena disengaja. Guru-guru pun setuju akan penutupan kasus ini.

Pihak keluarga Zanna juga terpaksa menyetujui atas penutupan kasus ini, kecuali mamanya Zanna. Mamanya Zanna belum rela jika kasus ini ditutupi secara tiba-tiba, tanpa mengetahui penyebab Zanna jatuh, tetapi tidak berlangsung lama mamanya Zanna akhirnya menyetujui.

Banyak yang bilang Zanna jatuh dari atas gedung karena kemauannya sendiri. Bisa dibilang bunuh diri. Ada juga yang tidak percaya termasuk teman-teman Zanna, karena mereka semua tahu betul sikap Zanna.

Dari arah yang berlawanan, tiba-tiba ada dua murid yang berlari di koridor utama. Satunya laki-laki dan satunya perempuan.

Bisa ditebak bahwa si murid laki-laki sedang menjahili murid perempuan, sehingga murid perempuan tidak tinggal diam. Kejadian seperti itu sudah biasa dialami oleh setiap murid-murid, apalagi murid SMA Starlight.

Saat murid laki-laki itu berlari, tanpa sengaja menabrak bahu Rinjai, sehingga si empunya meringis ke sakitan.

Belum cukup sampai disitu, murid perempuan itu menabrak Rinjai, sampai Rinjai terjatuh di lantai yang dingin nan keras.

"Sorry, gue nggak sengaja!"

Teriaknya tanpa membantu Rinjai, lalu kembali berlari. Rinjai berdiri dengan wajah kusut. Jujur, Rinjai sangat kesal dengan kedua murid itu.

Sudah besar, tapi kelakuannya masih kayak anak kecil! Begitulah ucapan dari batin Rinjai.

Tidak mau mempermasalahkan lagi, Rinjai kembali melangkah. Tanpa dia sadari kalungnya terjatuh di koridor.

Sebuah sepasang sepatu berhenti tepat di depan kalung yang berbentuk bintang dengan hiasan kristal. Orang itu berjongkok, lalu mengambilnya.

***

Kelas XII IPA-1 adalah kelas yang sangat ramai, bahkan mengalahkan ramainya pasar. Bagaimana tidak ramai, kalau murid-murid di dalamnya sedang mengadakan konser dadakan. Tanpa mempedulikan suara jeleknya.

Semuanya ikut bernyanyi, keculi Rinjai dan beberapa murid lainnya. Sejak dari tadi Rinjai terus fokus dengan bangku yang berada di sampingnya ini.

Si pemilik bangku entah ke mana dia pergi. Rinjai sempat mendengar dari ketua kelas kalau Tania sedang absen hari ini. Entah kenapa Rinjai sedikit curiga dengan teman sebangkunya.

Rinjai.

Si empunya tersontak kaget melihat arwah Zanna berada di sampingnya. Rinjai langsung saja membuka buku pelajaran yang berada di depan.

Rinjai, sudah berapa kali lo pura-pura kayak gini?

Rinjai tak mempedulikan. Masih pura-pura fokus kepada buku yang berada di depannya. Sudah cukup dia diteror oleh arwah Zanna kemarin. Sekarang dia tidak mau lagi diganggu.

Tolong ....

Kali ini nada bicara arwah Zanna sangat lirih. Rinjai sedikit heran mendengar ucapan Zanna yang penuh permohonan.

Rinjai, tolong ....

Selang beberapa detik Rinjai tidak mendengar suara arwah Zanna. Melirik ke samping dan tidak menentukan siapa-siapa. Akhirnya Rinjai bisa bernapas dengan lega.

Tiba-tiba saja angin berembus dengan kencangnya. Barang-barang yang berada di kelas berjatuhan. Semua bergoyang, seakan terjadi gempa. Murid-murid yang tadi sedang bernyanyi sontak berteriak, lalu berusaha berlari keluar kelas.

Hanya beberapa murid yang masih bertahan di dalam kelas. Rinjai merasa, bahwa ini semua ada kaitannya dengan arwah Zanna.

Benar saja, di pojok kelas ada arwah Zanna dengan wajah marah. Mata merah dengan rambut yang tak hentinya berterbangan. Mungkin, gara-gara Rinjai yang selalu mengacuhkan Zanna.

Sekuat tenaga Rinjai berusaha berjalan dengan memegang di dinding ataupun di meja untuk bisa menghentikan kelakuan arwah Zanna. Kalau tidak dihentikan bisa-bisa kelas ini bisa roboh.

"Stop!"

Teriakan Rinjai tidak membuahkan hasil. Malah arwah Zanna dengan gencar memecahkan jendela yang berada di kelas.

"Aku bilang stop, Zanna!"

Waktu seakan berhenti berputar. Arwah Zanna sudah mengehentikan semuanya. Sebagian murid yang masih berada di kelas terdiam begitu pun dengan Rinjai.

Tidak perlu waktu lama murid-murid mulai berbisik yang tidak-tidak dengan Rinjai. Sedangkan yang dibicarakan, menggerutu dirinya sendiri karena telah keceplosan.

"Ada apa ini?" Bu Ningsi datang dengan murid-murid di belakangnya.

"Barusan ada gempa, Bu," sahut salah satu murid.

Bu Ningsi melihat ke arah Rinjai. Rinjai yang dilihat seperti itu langsung menundukkan kepala.

"Rinjai, kamu ikut dengan ibu."

***

Bisikan Tak Terlihat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang