2. Sepasang Luka

3.1K 236 81
                                    

Sebelum membaca cerita ini aku sarankan untuk follow akun wattpadku dan akun Instagram aku @_hernuryka

***

"Mereka semua jahat, hanya saja tertutup dengan covernya. Mungkin, jika mereka tidak menggunakan cover baik, penjara sudah penuh"

- Semua Tentang Luka

***

Suara pintu terbuka mampu membuat pandangan bahagia bagi gadis yang kini sudah duduk tidak berdaya. Dihadapannya seorang wanita paruh baya dengan setelan modisnya berdiri dengan angkuh. Mata Ratih menatap Aerin yang memeluk tubuhnya sendiri dengan isakan tangisnya. Tangan Ratih kini terulur untuk menarik tubuh Aerin.

Aerin gadis itu yang sempat merasakan pelukan Mamanya, tiba-tiba tersadar jika pada kenyataannya pelukan dari sang Mama itu tidak pernah ada. Aerin kini menatap Ratih dengan air mata yang masih berlinang membasahi pipinya. Tubuhnya kini sudah diseret masuk kedalam rumah.

"Dengar baik-baik Aerin! Sekarang Rako tidak ada di rumah, jika dia ada saya pastikan kamu sudah habis ditangannya!"ucap Ratih yang kini masih menyeret tubuh Aerin untuk masuk kedalam kamarnya.

Wanita paruh baya itu kini mendorong tubuh Aerin hingga terjatuh pada kasur kamarnya. Gadis itu meringis kecil saat merasakan tangannya terbentur ujung kasur. Bahkan, Aerin kini merasakan pusing menyerang.

"Ma, Aerin sa-kit," ucap Aerin pelan sembari memegangi kepalanya yang sempat dibenturkan pada kursi besi oleh Tania.

"Alasan kamu!! Cukup cari perhatian dengan saya!! Jangan pernah keluar kamar kecuali saya sudah membukakannya!!"setelah mengatakan itu Ratih meninggalkan Aerin yang kesakitan.

Kini tangan Aerin berusaha mencari ponselnya. Setidaknya dirinya ingin memberikan kabar pada Daniel mengenai keadaannya. Sekarang, tangan gadis itu berusaha membuka tasnya dan mengambil benda berbentuk pipih itu.

Tangan Aerin kini bergetar hebat. Setelah mendial nomor sang kekasih, kini Aerin menekan tombol bergambar telpon. Tanpa menunggu lama, Daniel langsung mengangkat panggilan Aerin. Belum sempat gadis itu mengeluarkan suara sedikitpun, Daniel sudah memakinya.

"Kemana lo hah?! Gue cariin gak ada?! Lo itu bisanya cuma nyusahin?! Berhenti hubungin gue!! Paham?!"setelah mengatakan kalimat makian berturut-turut Daniel menutup teleponnya secara sepihak.

"Aku sakit Dan,"ucap Aerin lemah dengan ponselnya yang kini terjatuh dihadapannya. Tubuh gadis itu tiba-tiba luruh begitu saja, setelah merasakan kepalanya seperti dihantam ribuan besi. Aerin kini merasakan semua gelap dalam waktu sekejap.

Semua Tentang Luka

Disebuah rumah yang megah, dengan berbagai hiasan dinding yang mencolok. Seorang remaja laki-laki dengan sragam sekolah yang masih menempel ditubuhnya berjalan menghampiri seorang pria dengan pakaian formal.

Belum sempat remaja laki-laki itu mendudukkan dirinya terlebih dahulu, tiba-tiba sebuah map berwana merah sudah dilemparkan kearahnya. Bukannya marah, remaja laki-laki itu justru tersenyum melihat tingkah laku seorang pria dihadapannya yang ia panggil Ayah.

"Tanda tanganin! Setelah itu saya akan memberikan rumah sakit yang layak untuk Bundamu," ucapan tenang namun menyiratkan amarah itu mampu membuat remaja laki-laki dihadapannya mengepalkan tangannya kuat.

Semua Tentang Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang