3. Dunia yang Tidak Baik-baik Saja

2.6K 206 84
                                    

Sebelum membaca cerita ini aku sarankan untuk follow akun wattpadku dan akun Instagram aku @_hernuryka

***

"Kita selalu mengira kebahagiaan itu dari keluarga tapi nyatanya keluarga adalah sumber dari luka"

- Semua Tentang Luka

***

Aerin melangkahkan kakinya untuk berjalan menuju kelas. Tiba-tiba saja Aerin merasa kepalanya yang sedikit pusing. Namun, seolah tidak gadis itu rasakan. Aerin kini bersikap biasa dan berjalan kembali menuju kelas.

Saat hendak membelokkan arah, mata Aerin kini menangkap ruang musik yang sepertinya sedang ada orang di dalamnya. Aerin yang penasaran itu memilih untuk mengurungkan niatnya dan berjalan masuk ke dalam ruang musik yang tidak terkunci.

Kini Aerin dapat melihat punggung seorang laki-laki dengan kemeja putih. Matanya kini menangkap sebuah almamater yang diletakkan pada kursi disebelah sang empu.

Aerin tersenyum saat remaja laki-laki yang membelakanginya memainkan gitar sembari bernyanyi merdu. Seumur-umur berteman dengan Reaven, ini adalah pertama kalinya ia mendengar secara langsung bahwa Reaven bisa bernyanyi dan bermain gitar.

Saat Reaven selesai bernyanyi dan memainkan gitar, Aerin lantas memberikan tepuk tangan. Hal itu mampu membuat Reaven membalikkan tubuhnya dan menatap Aerin yang kini bertepuk tangan dengan antusias.

"Sejak kapan lo di sini Rin?" tanya Reaven yang kini segera meletakkan gitar pada tempatnya semula. Remaja laki-laki itu kini melangkahkan kakinya mendekat kearah Aerin.

"Sejak lo nyanyi lagu Serena," ucap Aerin yang kini mendudukkan tubuhnya saat setelah Reaven memberikan kursi untuknya.

"Lo gamon sama Gracia?" pertanyaan itu mampu mengundang tawa Reaven. Bisa-bisanya Aerin beranggapan bahwa dirinya gamon dengan Gracia. Padahal saja dirinya tidak pernah dekat apalagi sampai pacaran dengan gadis itu.

"Gracia? Enggak gue gak pernah ada perasaan sedikitpun buat dia, cuma suka aja sama lagunya," balas Reaven.

"Terserah deh Ven!" ucap Aerin yang kini mendengus sebal.

Menurut Aerin Reaven juga menyukai Gracia, sama seperti Gracia yang menyukai laki-laki dihadapannya ini. Namun, Aerin tidak pernah menyangka bahwa itu hanya sudut pandangnya saja. Karena pada kenyataannya Reaven memiliki perasaan lebih pada gadis yang menjabat sebagai sahabat kecilnya.

Semua Tentang Luka

Aerin kini menghembuskan nafas gusar. Setelah dirinya sampai di kelas, tiba-tiba saja seorang guru menyuruhnya untuk pergi ke perpustakaan menggambil beberapa buku untuk mereka melakukan pembelajaran. Mau tak mau Aerin kini harus menaiki tangga menuju perpustakaan lagi.

Aerin kini memasuki perpustakaan yang terlihat sepi. Dengan segera Aerin mencari buku yang sempat di pesankan oleh guru bertubuh gempal itu. Setelah menemukan rak yang berisi buku yang ia cari, Aerin langsung saja mengambil sekitar tiga puluh buku.

Satu persatu buku ia letakkan terlebih dahulu pada meja yang terletak tak jauh dari rak buku tersebut. Ketika bukunya sudah berjumlah tiga puluh dan tersusun rapi, Aerin membawa bukunya dengan susah payah. Semua buku yang sudah gadis itu tumpuk ternyata mampu menutupi seluruh wajahnya.

Belum sempat Aerin melangkahkan kakinya keluar dari perpustakaan tiba-tiba sebuah tangan besar berkulit putih menahan tangannya yang membawa setumpuk buku tersebut. Aerin tidak bisa melihat siapa orang itu hanya memilih berhenti.

Semua Tentang Luka [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang