Sesosok Malaikat

1.3K 69 4
                                    

Boleh tinggalkan jejak :)

🍁

"Sebenarnya," Hara menjalin jari jemari dengan gugup. Apa yang harus dia katakan kepada Rita? Seharusnya wanita itu sudah tahu perihal tragedi malam laknat itu tanpa perlu bertanya lagi. Tapi seperti yang tadi sudah dijelaskan-mungkin untuk mengkonfirmasi jika dirinya benar-benar mengalaminya, Hara akhirnya mengangguk dengan suara pelan, "Iya."

"Seberapa takut kamu dengan sentuhan?" Rita kembali bertanya.

Hara mengangkat kepalanya dan menemukan wajah teduh dan penuh kedamaian di wajah Rita. "Saya nggak tahu. Setiap saya membayangkan kulit saya bersentuhan dengan kulit orang lain, rasanya ... rasanya saya mau muntah."

Sekujur tubuh Hara bergidik ngeri. Ia sedang tidak ingin mengingat kejadian buruk itu di dalam kepalanya. Kalau bisa, semuanya ingin dihapusnya agar seluruh memori dalam kepalanya musnah karena ingatan apa saja terasa menyakitinya.

Rita kembali tersenyum hangat. "Tante nggak tahu seberapa besar luka psikis yang kamu derita. Tante juga nggak akan memaksa kamu untuk cerita atau melakukan apa pun yang membuat kamu merasa nggak nyaman. Tapi apa Tante boleh meminta satu hal?"

Wajah was-was Hara membuat Rita kembali memperjelas ucapannya. "Boleh tante minta kamu tetap di sini? Tinggal di sini bersama Tante?"

Masih menjadi misteri kenapa Rita memintanya tinggal di rumahnya. Tapi Hara tahu kalau ia menerima ajakan itu karena merasa tidak punya tempat tinggal lagi untuk disebut sebagai rumah.

"Apa ... Apa Tante nggak takut kalau saya ... Kalau saya orang jahat?"

"Memangnya kamu orang jahat?"

Buru-buru Hara menggelengkan kepala. Sedangkan Rita tersenyum melihat kepolosan itu.

"Sejak ayah Gandi meninggal, Tante selalu merasa sendirian di rumah. Jam kerja Gandi membuatnya jarang pulang. Kalaupun pulang, paling cuma sebentar. Tante benar-benar merasa kesepian." Rita menghela napas panjang. Masih tampak lemah sehingga membuat Hara tak tega. "Dari dulu Tante selalu minta Gandi untuk menikah supaya Tante ada teman ngobrol di rumah. Tapi anak itu selalu menghindar. Entah apa jadi hidupnya dengan pacarnya yang sekarang."

Dari tadi yang dibicarakan adalah Gandi, sedangkan Hara tidak tahu Gandi-Gandi yang dimaksud di sini siapa.

"Kamu lihat anak tante yang tadi, kan?" Oh. Hara mengangguk pelan. Jadi si Gandi adalah laki-laki judes tadi. Anak wanita baik hati di depannya. "Menurut kamu dia bagaimana?"

"Dia ... Anak Tante?"

"Iya. Dia anak Tante," Rita tak bisa menyembunyikan raut bangga di wajahnya. "Kamu harus berteman dengan dia. Meskipun kelihatannya jahat, sebenarnya anak itu baik."

Hara tidak menemukan kebaikan dalam wajah itu saat melihatnya tadi.

Selanjutnya yang Hara dengar adalah kisah kasih Gandi yang sempat kandas karena wanita yang ia cintai memilih menikah dengan laki-laki yang sebelumnya berbeda agama. Meninggalkan Gandi patah hati dan menutup diri sebelum merubah diri sebagai laki-laki tidak serius dan hanya suka bermain-main dengan perempuan.

Hara sempat terkejut karena tidak menyangka Rita akan menceritakan masalah keluarga kepada orang asing seperti dirinya.

"Tapi tante bersyukur Gandi bisa berlapang dada menerima. Meskipun prosesnya tidak mudah, tante yakin suatu saat Gandi akan menemukan tulang rusuknya yang sebenarnya." Saat mengatakan kalimat terakhirnya tatapan mata Rita menjurus ke arah Hara. "Oh iya, usia kamu berapa?"

"Lima belas tahun."

Wajah Rita penuh keprihatinan saat ia menanggapi, "Berarti kamu baru masuk sekolah menengah atas?"

Hara tidak yakin apakah usia yang ia sebutkan tadi sudah benar. Di luar kesadarannya ia sudah mengatakan itu tanpa rencana atau tanpa mengorek lebih dalam tentang ingatannya.

"Saya.. saya nggak tahu."

"Kamu mau sekolah lagi?" Rita menawarkan. "Nggak perlu masuk sekolah umum. Tante akan mencarikan guru privat terbaik supaya kamu bisa belajar di rumah ini."

Hara merasa ia sudah menerima terlalu banyak kebaikan sampai rasanya menakutkan.

"Nggak usah, Tante. Saya nggak perlu sekolah. Saya ... Saya akan senang kalau Tante mau memberikan saya pekerjaan di rumah ini."

Tiba-tiba wajah Rita berubah tajam. "Nggak bisa. Kamu harus tinggal di sini dan tetap sekolah. Kalau kamu mau sedikit membantu tidak apa-apa. Tapi Tante mau kamu tetap melanjutkan pendidikan." Karena Rita tahu anaknya tidak akan mau menikahi perempuan tak berpendidikan. "Mau, ya?"

Sejenak Hara merasa linglung. Kemudian ia berdiri dan pamit setelah mengangguk pelan menyetujui permintaan itu.

Segala perhatian yang diperlihatkan Rita membuatnya merasa menemukan sosok ibu baru. Rasanya menyenangkan ada yang mempedulikan pendidikan dan kesehatanmu. Menerimamu apa adanya tanpa memandang kamu berasal dari klan mana. Hara tidak pernah bermimpi akan bertemu dengan malaikat baik hati seperti wanita itu.

Sambil terus memikirkan banyak hal, Hara naik ke tempat tidur dan membungkus dirinya dalam selimut tebal. Mencoba menyembunyikan diri dari dunia dan bernapas di kehangatan di dalamnya.

Masa lalunya akan selalu menjadi masa lalu paling buruk dan gelap di dalam hidupnya. Sedangkan masa depan yang sebelumnya tidak menjanjikan-bahkan hancur lebur kini tampak sedikit mengganggu pikiran.

Hara menggeleng. Berusaha mengusir harapan dan mencoba terpejam dalam diam. Besok pagi ia akan memulai hari sebagai seorang pekerja yang tahu malu dan berusaha menempatkan dirinya sesuai porsi yang diperlukan. Untuk saat ini yang ia perlukan adalah melupakan segalanya.

🍁

Kisah cinta Gandi yang dimaksud ada di cerita "Luna Love Story". Jangan dibaca, nanti kalian baper karena Gandi di sana bener-bener jadi remahan rempeyek setelah digoreng garing dan ditabrak pakai ban mobil. Wkwk

See you~

TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang