Informasi Baru

2K 74 4
                                    

Hara memandang ke lantai, kemudian menggigit jari saat melihat perempuan yang sudah membawanya ke rumah ini tergeletak di dekat meja makan. Entah apa sebab dan bagaimana hal itu bisa terjadi, ia hanya mampu berjengit ketika keluar pintu dan langsung berhadapan dengan situasi ini.

Meskipun belum sepenuhnya percaya, tapi Hara yakin jika Rita adalah orang baik. Wanita itu berbaik hati mengajaknya tinggal bersama padahal dirinya bukan siapa-siapa. Tanpa sedikitpun menaruh curiga seandainya ia adalah penjahat dengan segudang niat buruk untuk merampok harta benda keluarga.

Didorong oleh rasa takut dan juga kasihan, gadis itu mendekat dengan gerakan seperti ulat. Nyaris bisa disebut merambat saking hati-hatinya menjaga jarak. Entah apa yang salah, tapi Hara merasa takut jika kulitnya bersentuhan dengan kulit orang lain.

"Tante?" Panggil Hara takut-takut. Sementara kepalanya berputar, berusaha mencari sesosok dua sosok manusia yang bisa dimintai tolong. Untuk ukuran rumah megah dua lantai yang ia pijak saat ini, besar kemungkinan jumlah pelayan tak kurang dari sepuluh biji. Tapi kemana orang-orang itu sekarang? Tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia sama sekali selain dirinya. "Tante!"

Hara kembali menggigit jarinya. Kemudian berjalan ke ujung tembok lalu mengambil sebuah sapu. Sapu itu ia gunakan untuk menoel-noel kaki Rita tapi tidak juga berhasil.

"Tante," lalu ia kembali menoel, "Tante kenapa tidur di sini?"

Sepertinya wanita ini pingsan. Pikir Hara semakin panik.

Hara berdiri. Kemudian jongkok. Kemudian berdiri lagi sambil tak lupa menggigiti jarinya seperti tadi—tanda kalau dirinya sedang gugup atau pun panik. Tidak mungkin dia membiarkan wanita yang sudah menolongnya tergeletak tak sadarkan diri tanpa mendapat pertolongan apa-apa. Mungkin ia bisa kembali ke kamar dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. Tapi bagaimana jika sampai ada yang mengira semua ini akibat perbuatannya? Hara akan dipenjara kemudian mati membusuk di sana.

Tidak. Tidak. Tidak.

Gadis itu menggeleng lalu menemukan sebuah ponsel tergeletak di atas meja makan tersebut.

Tanpa pikir panjang, Hara mengambil benda itu kemudian menggeser kunci. Tujuan pertamanya adalah log panggilan terakhir yang kebetulan bertuliskan nama Gandi di sana. Ketika ditekan berkali-kali panggilan itu diabaikan. Hara tidak menyerah, ia terus mencoba sampai akhirnya diangkat oleh orang yang bernama Gandi-Gandi itu.

"Ya, Ma?" jawab suara laki-laki di seberang.

Hara bersuara ragu, "Halo?" Tidak ada tanggapan selama beberapa saat. Kemudian suara itu kembali muncul dengan nada heran yang kental.

"Siapa ini? Di mana mama saya?"

Hara langsung mematikan panggilan itu karena mendadak merasa takut padahal ia tidak melakukan apa-apa. Hara nyaris menjatuhkan ponsel saat panggilan itu kembali datang dengan nama yang sama. Gandi. Mungkin saja Gandi ini suaminya Tante Rita, pikir Hara asal tebak saja.

Akhirnya Hara hanya mengirimkan sebuah pesan singkat. Semoga saja suaminya cepat datang karena Hara tidak bisa berbuat banyak selain berdiri.

Sekitar dua puluh menit kemudian terdengar suara mobil memasuki garasi. Kemudian suara langkah kaki memasuki rumah dan hadirnya seorang laki-laki yang ... Kok masih muda? Hara mengerjap kemudian mengalihkan pandangan saat tatapan mereka berdua tak sengaja bertemu.

"Di mana mama saya?" tembak Gandi langsung.

Hara menunjuk kolong sebelah meja, tempat Rita tergeletak di sana selama satu jam terakhir.

"Astaga!" Setengah berlari Gandi mendekati tubuh ibunya.

Laki-laki itu tampak tidak puas dengan jawaban Hara dengan memberikan sebuah decakan kesal. Tapi meski tampak tidak senang, Gandi tidak melanjutkan omelannya dan langsung mengangkat tubuh ibunya memasuki kamar orang tuanya. Membaringkan tubuh itu di sana lalu keluar lagi dan menemukan Hara masih berdiri kaku di tempat yang sama.

TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang