5

8.1K 504 3
                                    

berdasarkan ingatanku dua tahun yang lalu, rumahku dipenuhi oleh suara tawa dan kebahagiaan saat momen perayaan ulang tahunku yang pertama.

kali ini, rumahku lagi-lagi dipenuhi oleh banyak orang. namun sekarang, tidak ada binar kebahagiaan dan suara tawa yang menggelegar seperti sedia kala. justru mereka terlihat muram dan beberapa menangis tersedu-sedan.

aku sebagai anak kecil yang baru berusia tiga tahun tidak mengerti apa-apa. yang aku lihat, mereka berpakaian hitam yang memancarkan aura kemuraman seperti wajah mereka saat ini.

aku masih tidak paham mengapa mereka bersedih?

sampai akhirnya eyang menggendongku yang sedaritadi mengintip dari celah pintu kamar. setelah berada dalam gendongannya, aku bertanya pada eyang,

"eyang, kenapa mereka semua menangis? kemana papa? kemana mama?" tanyaku dengan tampang polosku.

kulihat airmata eyang semakin tumpah. beliau membawaku ikut melebur dalam satu kerumuman bersama orang-orang.

"papa udah nggak bisa nemenin kita lagi," balas eyang akhirnya sambil merapikan anak rambutku.

wanita paruh baya di samping eyang pun ikut menaruh rasa harunya padaku. ia mengusap-usap pipiku yang gembul dari arahnya duduk.

"kenapa eyang?"

"papa kecelakaan. papa udah ketemu sama tuhan. papa udah pergi,"perjelas eyang.

papa? kecelakaan? pergi? tuhan?

cukup lama aku membungkam hingga akhirnya aku bertanya lagi. "papa udah nggak hidup lagi, eyang?"

eyang tak menjawab. dia justru memelukku dengan erat. namun dari raut wajahnya, akhirnya aku mengerti apa yang mereka tangisi.

rasanya baru sebentar aku menerima saluran kasih sayang dari papa. tapi mengapa papa harus pergi secepat ini? padahal masih banyak hal yang ingin aku lakukan bersama papa.

akhirnya aku ikut menangis di pelukan eyang. setelah ini, tidak ada lagi yang akan mengajakku bercanda, menjadikanku putri khayalan, dan memberiku mainan-mainan lucu.

aku pun memperhatikan sekeliling. jasad papa yang diselimuti oleh kain putih telah terbujur kaku di kerumunan orang yang sedang menangis.

aku hanya meringkuk di pelukan eyang sambil mengamatinya.

namun tiba-tiba aku tersadar. dari sekian banyaknya orang, aku tidak menemui satu wajah yang amat aku kenal.

kemanakah mama?

apakah mama juga tidak hadir saat kematian papa?

×

Mama, Can You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang