9 - tumpengan

47 26 54
                                    


Plis gua ga bisa mikir.. Someone help me please! Asiyah emang menginginkan seorang Raja, tapi bukan Raja yang begini juga ya Allah.

Ga mungkin juga gue nolak dia, secara rame kaya gini, apa dia nggak malu dan sakit hati kalo gue tolak? Sementara gue belom sesuka itu sama Raja, perasaan gue masih ngambang untuk dia. Tapi Raja baik sih, gemesin! Tapi... - batin Aisyah selama kepalanya menunduk menghadap lantai teras musala.

"Mau," bisik Aisyah sambil menganggukkan kepalanya.

"Yes!" Jawab Raja dengan suaranya yang ditahan. Tangannya mengepal, Raja mengangkat tangannya sambil berbalik badan.

BRAK!

Aisyah ternganga melihat Raja jatuh ngejengkang ke lantai bawah, jajaran tempat sepatu.

"Ja tiati!" Teriak Aisyah sambil mengulurkan tangan.

"Aisyah ngelag, telat banget teriaknya," sahut Ara, ang tiba tiba sudah berada jauh dari teras musala. Semua teman Aisyah telah berlalu menjauhi musala.

Aisyah telah menggenggam tangan Raja dan mulai membantu Raja untuk bangun.

"IH TUNGGUIN!" Teriak Aisyah saat menyadari teman - temannya lebih dulu kembali ke kelas. Seketika Aisyah melepas genggaman Raja. Raja pun oleng dan hampir kesandung.

"IH MUKENA GUE MANA!?" Tanya Aisyah pada dirinya sendiri.

Raja hanya terdiam meratapi kelakuan Aisyah.

"Di balik pintu," jawab Raja yang melihat mukena Aisyah.

"Si Keysha iseng amat sihhhh!" Teriak Aisyah sambil melepas kembali sepatunya dan berlari kecil ke arah pintu musala.

"Ayo, Syah, gerimis!" Ajak Raja yang terlihat agak gelisah.

"Yuk!" Aisyah langsung berjalan mendahului Raja. Rintik hujan mulai terasa, Aisyah dan Raja mempercepat langkahnya.

"Ada ada aja, ya," kata Raja tiba tiba. Spontan Aisyah menoleh ke belakang sebelah kiri, ke arah Raja yang ternyata sedang mengulurkan tangannya untuk menutupi kepala Aisyah supaya rintik hujan tidak langsung membasahi kepalanya.

Mata Aisyah mengikuti arah tangan Raja.

"Haha!" Aisyah tertawa kecil dan kembali menatap ke depan.

Prak prak. Raja mengibas seragamnya yang sedikit basah.

"Pala lo basah ga, Syah?" Kini mereka menaiki tangga menuju kelas.

"Ga kok, kan lo tutupin," jawab Aisyah dengan senyum manisnya. Kini wajahnya memiliki tiga garis. Garis dari kedua matanya dan satu bibirnya.

Raja ikut senyum mendengarnya.

Ceklek, suara engsel pintu kelas yang di buka oleh Aisyah.

"Thola'al badru a'laina.." sorakan salawat dari awak kelas beserta para kakak kelas sebelah, pecah. Mereka menggebuk meja dan papan tulis layaknya rebana.

Aisyah dan Raja di buat tertawa oleh seisi kelas. Bukannya malu, Raja malah menggandeng tangan Aisyah dan mengajaknya berdiri di tengah kelas.

"Mau muntah tapi mau gendangan gimana nih!?" Celetuk Rangga, abang kelas sebelah.

Aisyah tak kuasa menahan tawa nya.

Raja mulai mengangkat tangan Aisyah dan mengatupkannya, mereka berdua mengatupkan tangan mereka di depan dada. Tanpa aba - aba, satu persatu awak kelas menyalami Aisyah dan Raja layaknya pengantin baru.

"Ga nyangka gue, Syah, secepet ini!" Sorak Ara dengan riang gembira.

"Selamat ya, Syah, kita harus tetep sering main - main, ya!" Ucap Keysha dengan nada sok sedih dan langsung memeluk Aisyah.

HalcyonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang