Revisi.. Nyehh~
Kring
Kring
Kring
"Duh berisik banget sih!" kesal seorang pemuda merengut tak suka tidurnya terganggu oleh suara jam weker yang menganggu, padahal dirinya kan lagi enak-enaknya mimpi remes remes manja janda sebelah itu.
"Sial gw telat!" ucap Darel, nama dari pemuda itu.
Darel beranjak dari tempat tidurnya dengan tergesa-gesa ke kamar mandi, karena demi apupun dia telat.
"Ga guna lah gw beli jam weker sialan itu!" Darel menggerutu, padahal jam weker sudah berbunyi sejak 1 jam lalu, Darel saja yang kebo.
Selesai dengan seragamnya, Darel mengambil hoodie hitam dan kunci motor yang di berikan oleh ibu panti sebagai hadiah ulang tahun, serta tas sekolah lalu pergi keluar kamar.
"Bun darel berangkat!" ucap Darel berteriak pada ibu panti sambil berlari.
"Darel! kamu harus sarapan dulu!" ucap Helen sang ibu panti berkacak pinggang menggeleng pelan melihat tingkah anaknya.
"Yah bun.. nanti deh darel sarapan di sekolah, " ucap Darel memelas.
"Tidak ada penolakan Darel!" kekeh Helen dia sudah hafal tabiat Darel, dia tak akan sarapan di luar panti.
"Ah gimana kalo bunda bikinin Darel bekal saja, " usul Darel. Dia sudah sangat terlambat.
Helen menghela nafas, lalu pergi ke dapur menyiapkan bekal untuk Darel.
Setelah mendapatkan bekal dari Helen, Darel langsung ngacir karna dia sudah telat 30 menit dari jam masuk sekolah.
Salahkan saja di Alvin setan itu ngajak Darel mabar sampai jam 3 pagi, alhasil beginilah jadinya.
***
Darel sudah berada di depan gerbang yang bertuliskan SMA GEMILANG dan sialnya gerbang itu sudah tertutup rapat.
Tetapi Darel tak kehabisan akal, dia menitipkan motornya pada warung sebelah dekat gerbang sekolah, tempat Darel nongkrong bersama kawan kawannya, selain murah makanannya juga enak.
Setelah menitipkan motornya Darel langsung saja memanjat dinding. Gotcha berhasil, Setelahnya Darel pergi menuju kelas dengan mengendap-endap berharap pak Tono selaku Guru BK itu tak menemukannya
"Bagus! sudah jam berapa ini dan kamu baru datang? !" suara menggelegar itu berhasil mengagetkan Darel.
"Eh bapak hehe." Darel nyengir, menggaruk leher belakangnya yang sama sseki tidak gatal.
"Malah nyengir, lari keliling lapangan 10 kali!" Perintah pak Tono.
"Yah pak jangan dong pak, bapak ga kasian apa sama anak ganteng kek gw ini entar kalo lecet gimana." Melas Darel, dengan pandangan bak kucing minta dipungut membuat Pak Tono jengah dengan anak didik satunya ini.
"Tidak usah alasan, atau mau bapak tambah!" kekeh Pak Tono.
"EH PAK ADA BU YANTI PAK!" teriak Darel yang membuat Pak Tono otomatis menoleh berharap melihat pujaan hatinya, buk Yanti.
"Mana, mana!!" setelah Pak Tono menoleh kearah lain, Darel langsung kabur dari pandangan guru killer itu agar tak mendapatkan hukuman.
"DAREL!!!" teriak pak Tono penuh amarah karna di bohongi oleh bocah ingusan seperti Darel.
Darel meringis pelan saat mendengar teriakan pak Tono. Tetapi Darel tak peduli, yang dia lakukan sekarang bagaimana caranya lolos dari hukumannya siguru BK.
Setelah dirasa aman, Darel menghentikan larinya. Dia lelah berlari dari tadi dan juga perutnya sudah sangat lapar, untungnya sudah masuk waktu istirahat, dia juga di bawakan bekal oleh bundanya. Jadi Darel bisa mengajak 2 sahabatnya ke roftoop, akan tetapi baru saja dia berbalik, Darel menabrak sesuatu.
Bruk!
Darel meringis pelan saat pantatnya menyentuh lantai dengan tak elitnya, menganga tak percaya bekalnya sudah hancur tak berbentuk di lantai. Dia menoleh ke arah orang yang menabraknya dengan pandangan marah.
"Oyy kalo jalan liat liat dong!"ucap Darel penuh emosi. Orang di depannya diam menatap Darel. Pandangan pria itu sulit di artikan membuat Darel tambah kesal.
"Huh dasar triplek ga bisa ngomong yah lo!" serunya. Pria di depannya menatap dirinya datar lalu meninggalkan Darel.
"Huh dasar tembok berjalan. nabrak orang bukannya minta maaf malah pergi. Dari pada ngurus orang gajelas itu mending gw makan aja dasar gajelas!" Darel berjalan sambil menggerutu dan segera menemui temannya, tentu saja untuk meminta traktiran karna bekalnya sudah hancur.
Sementara di parkiran terlihat seorang pria yang tadi menabrak Darel sedang menghubungi seseorang.
"Halo dad. " ucapnya pada seorang di sebrang.
"Ya, son. " balas orang itu.
"Aku menemukannya dad, dia bersekolah disin."
"Apa kau yakin?" Tanyanya dengan nada serius.
"Ya aku serius dad. Tadi aku bertemu dengannya, wajahnya begitu mirip dengan mommy dan aku tak mungkin lupa dengan wajah adik mungilku. Jika tidak percaya kita akan melakukan tes DNA karna aku sudah mendapatkan satu helai rambutnya," Ucap pria itu tak kalah serius.
"Baiklah son kita akan melakukan tes itu sekarang pulanglah "
"Oke." setelah mengucapkan itu pria itu langsung pergi dari sana.
***
Tiga hari berlalu.. di sebuah kediaman, keluarga william sedang berkumpul membicarakan hal penting untuk memastikan sesuatu.
"Dad hasil nya sudah keluar," ucap Austin, anak kedua keluarga william dan juga orang yang ditabrak Darel 3 hari lalu. Memberikan beberapa lembar kertas tentang hasil dari tes yang mereka lakukan.
Surat itu di terima baik oleh Daddy nya.
"Jadi benar dia adalah jagoan kita. Putra kecil ku," ucap Alex atau sang daddy setelah melihat hasil tes menunjukkan bahwa 99,9% Darel adalah putranya yang hilang beberapa tahun silam.
"Anakku, Darel. Sayang kita harus menjemputnya!" ucap Briana pada suaminya dengan tangis haru, anak mungil nya akhirnya di temukan.
"Iya sayang kita akan menjemputnya besok, kamu tunggu saja disini okay," ucap Alex memeluk erat istrinya.
"Tidak, aku juga akan menjemputnya!"
"Sayang kamu cukup menunggu nya di sini bersama yang lain," bujuk Alex.
"Kita tunggu di sini ya, bagaimana kalau kita membeli perlengkapan untuknya?" ucap Freya, sang ibu mertua yang ikut membujuk menantunya.
"Ibu benar." Akhirnya Brianna luluh.
"Percayakan semua padaku sayang. Aku akan menjemputnya bersama Austin besok, " Tegas Alex di angguki istrinya.
"Baiklah, aku akan mempersiapkan kebutuhannya, ayo ibu." Brianna beranjak dari sana bersama Freya.
"Bima siapkan apa saja yang di butuhkan besok untuk menjemput nya," ujar Alex memerintah pada sang ajudan.
"Baik tuan. "
"Aku juga ikut dad. " ucap Dion, anak sulung yang sedari tadi diam menyimak.
"Baiklah kamu boleh ikut son. "
"Sebaiknya kalian segera beristirahat."
Mereka segera pergi ke kamar masing-masing setelah mendengar perintah Abraham William ayah sekaligus opa mereka.
Tbc.