Bab 6: Cinta Segi Empat

6 3 2
                                    

Tepat empat tahun setelah lulus dari masa putih abu-abu. Rasanya baru kemarin pindah ke Solo. Mencoba memakai seragam yang membuat bergairah untuk ke sekolah. Tak seperti sebelumnya. Dan juga, sudah empat tahun kamu pergi Zhaf. Malam ini akan ada pesta reunian sekolah kita. Andai kamu masih ada di sini, kita akan pergi bersama. Merayakan kebahagiaan masa lalu yang lucu dan indah.

Aku bingung. Haruskah aku datang? Namun jika iya, aku akan merasakan luka itu lagi Zhaf. Sampai kapan luka ini basah? Keringkan Zhaf, tolong.

Zhefran memberanikan diri untuk menemani Elakshi datang ke reuni itu, mewakili Zhafran. Tak ada yang tau pun. Hanya saja, mereka semua yang hadir akan terkejut bahkan mungkin pingsan. Melihat sosok Zhafran hidup lagi. Bagai arwah penasaran yang bangkit dari kubur. Hanya Elakshi yang tau tentang Zhefran.

Suara pintu terketuk, membuyarkan pikiran gaduh itu...

“Shi, udah rapi belom? Butuh bantuan nggak?”

“Gue nggak dateng Sha.”

Pintu kamar pun di buka Elaksha. Karena tak lucu bila mereka berbicara terbatas pintu. Elaksha merebahkan diri di samping Elakshi.

“Ayolah Shi. Demi temen-temen lo. Si Vanya sampe whatsapp gue tuh.”

“Nggak tau lah Sha, gue bingung.”

“Gue emang nggak paham sesakit apa itu. Tapi pasti dia juga maunya lo dateng. Sini gue bantu pilih bajunya ya.” Beberapa baju diacak ke sana kemari. Saat terpampang gaun putih berlukis darah, Elakshi menatap pekat. Baju kenangan menyakitkan bersama Zhaf. Elaksha yang tersadar pun langsung membolak balik baju yang lain. Mengalihkan gaun bersejarah itu.

“Ini aja Shi, bagus juga.” Gaun merah bertalikan pita kecil di bagian lingkar perut.

“Sepatunya?”

“Ya warna merah juga. Eh putih juga bisa. Nanti tasnya yang merah. Sini gue dandani. Apa lo mau ganti baju dulu?”

“Ganti baju dulu lah, nanti make up nya luntur. Cape gue, keburu ngantuk sih iya.”

“Ya udah sana ganti baju.”

Setelah selesai, Mami pun mengetuk memasuki kamar Elakshi.

“Wah, cantiknya anak Mami.”

“Iya dong, Maminya aja cantik. Gimana anaknya juga nggak kalah cantik, kan?” ujar Elaksha tersenyum menatap Mami dan Elakshi bergantian.

“Apa sih kalian nih?”

“Duh, udah cantik. Jangan ngambek begitu, nanti cantiknya luntur.”

“Sini gue dandani. Nanti telat.”

“Mau bawa mobil apa di anter sama Pak Yatmo aja, Shi?” kata Mami Elina.

“Bawa mobil sendiri Mi.”

“Ya udah kalo begitu. Ini Mami bantuin apa?”

“Bantuin sama rambutnya aja Mi.” Tangan Elaksha udah mulai mengambil beberapa alat make up milik Elakshi.

Setengah jam pun berlangsung juga. Kini Elakshi bak putri kerajaan yang siap pergi ke pesta dansa. Ia berangkat sendirian dengan mobil. Vanya menunggu di pertengahan rumahnya. Cewek itu pun tak kalah cantik. Memakai gaun ungu blink-blink bak penyanyi dangdut mau konser.

Zhefran sudah menunggu di parkiran. Vanya yang kaget, menatap Zhefran dari dalam mobil. Elakshi hanya tertawa.

“Shi, itu arwahnya Zhaf? Gue nggak salah liat, kan?”

“Hahaha.”

“Ih lo ya, malah ketawa. Nggak takut apa? Si Zhaf tau aja ada reunian malam ini. Sampe arwahnya gentayangan gitu.”

Di Balik Layar TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang