Bab 9: Jarak di antara Elakshi&Mahesa

4 2 5
                                    

Universitas Atara Bhakti
Solo, Indonesia

“Hes, nanti kamu kuliah sampe jam berapa?” tanya Elakshi seraya meneguk minuman dalam botol kemasan.

“Aduh Shi, nggak romantis banget deh. Kita udah pacaran loh.”

“Terus?”

“Ya panggil pake nama khusus lah,” gerutu Mahesa dengan muka bete.

“Lebay ah, kayak ABG aja.”

“Biar beda lah Shi.”

“Ya udah, terus maunya apa?”

“Ay aja, gimana? Kepanjangannya ayang.“

“Em, boleh deh.”

So, let’s start.”

“Oke, ay.” Senyum menggoda merekah di bibir Elakshi. Mahesa membalas dengan raih tangan lembut Elakshi, menggenggamnya erat.

Sisa siang habis dengan canda tawa. Mereka harus berpisah saat alarm di ponsel Mahesa bergetar mengingatkan. Ia pun kembali ke fakultasnya meninggalkan kekasihnya sendirian menunggu di kantin. Elakshi memilih pergi ke perpustakaan untuk mengisi waktu dengan membaca buku. Menunggu kekasihnya selama 1 jam setengah di kantin sendirian adalah hal membosankan yang bisa membuatnya ngantuk.

Duduk santai dekat jendela, memakai hedset putih. Rasanya me time penuh makna ala Elakshi ini patut dicontoh banyak anak muda. Memang dari luar, Elakshi terlihat seperti cewek sempurna yang gaul. Nyatanya, ia memiliki jiwa hobi membaca. Bahkan membaca isi hati Mahesa. Perlahan ia tau Mahesa memiliki rasa yang sama dengannya dan semua terbukti.

Getar ponsel menghentikan lagu yang sedang berputar. Mahesa mengirim whatsapp pada kekasihnya itu. Karena ia mencari di kantin Fakultas Hukum Tata Negara.

Mahesa: [Kamu dimana ay? Kok di kantin nggak ada.]

Elakshi: [Hehe, maaf lupa bilang. Aku di perpustakaan.]

Mahesa: [Otewe meluncur.]

Mahesa menatap dari belakang. Elakshi terlihat seperti sosok yang pernah ia kenal. Gaya rambutnya memang berbeda. Namun tempat duduk yang dipilih sangat sama. Warna rambut senada. Semakin teringat akan ia yang dulu.

“Misi Mas, duduk aja jangan berdiri. Menghalangi jalan tau nggak sih,” ketusnya suara cewek berkacamata yang sedang membawa tumpukan tiga buku tebal di tangannya.

“Eh, iya maaf.”

Mahesa mendekat ke arah Elakshi sambil mengerjainya. Hal lucu itu membuat Elakshi sedikit tertawa. Beberapa orang di perpustakaan menatap keduanya dengan kode jari agar mereka diam dan tenang.

“Kamu sih kagetin aku.”

“Hehe, maaf.”

“Sini, duduk.”

“Lagi baca apa sih? Serius banget.”

“Novel fiksi remaja.”

“Kamu sejak kapan suka baca buku?” ejek Mahesa sambil merebut buku itu.

“Udah lama. Kamu aja yang belom tau, huhuhu.”

“Ke toko buku yuk?”

“Mau ngapain? Emang udah nggak ada mata kuliah lagi?”

“Mau beli buku lah. Masa mau beli kambing. Udah nggak ada kok. Yuk ay.” Mahesa langsung menarik tangan Elakshi. Hedset yang masih terpasang pun bergerak sedikit seraya Elakshi tertarik buru-buru.

***

Mal Semantra Square
Solo, Indonesia

Mahesa bergegas menarik pelan tangan Elakshi untuk segera masuk mal dan mencari lift menuju lantai 2. Sebuah toko buku terkenal yang banyak cabangnya. Aroma khas terasa memberi salam pada keduanya.

Di Balik Layar TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang