Bab 8: Terungkapnya Rahasia Kedua

4 1 1
                                    

Elakshi dan Mahesa menjadi semakin dekat. Satu sama lain saling melempar tindak tanduk bak sedang mencinta. Rasanya cupid sudah melepas panah asmara di hati keduanya. Move on bersama dari kematian dan kesedihan masa lalu. Di tinggal pergi dan beratnya mengikhlaskan, membuat mereka saling memahami.

Di sisi lain, Zhefran tak berhenti meraih hati Elakshi dengan berbagai perlakuannya. Mereka bertiga terjebak diperangkap friend zone yang nyaman. Tatkala hati saling menarik, terjadilah pantulan dibarengi bentrokan gundah. Elakshi tak menepis rasa nyamannya dengan Zhefran. Hanya saja, cowok itu kembaran kekasih silamnya. Tak mungkin ia memilih. Sama saja membuat hatinya terperosok dalam luka lama.

Hari masih terasa terik, namun rintik mulai meramaikan pagi. Elakshi selalu terkesan dengan hujan namun tidak dengan rintik. Ia tengah asyik dengan ponselnya. Melirik beberapa status whatsapp milik teman-temannya. Salah satunya milik Mahesa ‘Kehilangan selalu teramat berat bagiku. Kenapa harus seperti ini? Kau menyebalkan.’

Tentu Elakshi bingung. Untuk siapa status itu. Dengan rasa penasaran, ia mengirim whatsapp pada Mahesa.

Elakshi: [Kenapa Hes? Galau banget kayaknya.]

Mahesa: [Ayah gue meninggal.]

Elakshi: [Innalillahi. Turut berduka cita ya Hes. Meninggal karena apa?]

Mahesa: [Iya Shi, makasih. Karena sakit.]

Elakshi: [Sakit apa?]

Mahesa: [Kanker otak.]

Elakshi: [Gue ke rumah lo sekarang Hes.]

Mahesa: [Jangan, kita semua masih ada di makam.]

Elakshi: [Ya udah nanti malem pas tahlilan, gue dateng.]

Mahesa: [Pengajiannya khusus bapak-bapak. Nanti aja gue ceritain semuanya, maaf Shi.]

Elakshi: [Iya Hes, nggak apa-apa.]

Masih menyangkut di pikiran akan seperti apa sosok ayahnya Mahesa. Elakshi memilih melanjutkan sesi santainya di kasur empuk. Sambil sesekali mengecek sosial media bisnisnya. Apakah ada pesanan lagi atau tidak. Kini, ia tidak hanya membantu ekonomi keluarga. Tetapi juga menabung untuk masa depannya kelak.

***

Sudah tiga hari setelah saat itu, Mahesa dan Elakshi tak berkomunikasi. Ia tak ingin mengganggu kesedihan Mahesa. Hingga malam pun tiba. Suara getaran ponsel di meja ruang tv mengagetkan semua orang di sana. Notifikasi whatsapp terlihat jelas.

“Oh, dari Mahesa toh,” celetuk Elaksha sambil nyengir.

“Semakin dekat aja Shi,” timpal Mami Elina sambil mengambil pisang goreng di meja.

“Apa sih kalian ini?”

“Udah, bales dulu tuh. Nanti ada yang bete loh.” Elaksha kini ikut mengambil pisang goreng.

“Iya, iya. Bawel ah.”

Mahesa: [Shi, besok pagi gue jemput ya.]

Elakshi: [Emang mau ke mana?]

Mahesa: [Makam ayah gue.]

Elakshi: [Oh, oke.]

Bersiap untuk hari esok, Elakshi pun segera ke kamar. Rela meninggalkan drama korea kesukaannya yang masih berlangsung di tv. Ledekan Elaksha dan Mami Elina pun diabaikan. Ia tau, semua itu hanya candaan, penghangat diantara keluarga.

***

Hari yang indah bagi Elakshi pun tiba. Kaos lengan pendek berwarna putih dikombinasi dengan cardigan navy. Tas selempang mungil berwarna putih menjadi pelengkap. Ia sudah menyiapkan helm. Menunggu di ayunan taman rumahnya. Suara klakson terdengar. Ia menghampiri asal suara itu secepatnya.

Di Balik Layar TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang