Bab 22: Rencana Tuhan

3 0 0
                                    

Guntur tak mau kalah dengan adik tirinya, Elakshi. Ia mengajak Qiara untuk menikah muda. Tentu dengan suatu komitmen terlebih dulu. Qiara baru saja selesai sidang skripsi. Dan langsung mendapat hadiah tak terduga dari Guntur. Diam-diam Guntur menghubungi kedua orang tua Qiara, meminta restu untuk melamar dan selanjutnya ke tahap menikah. Semua berhasil diajak kerja sama, termasuk Mbah Ti.

Sabtu sore yang cerah dengan jingga diujung senja terlukis. Qiara sedang diajak Zhefran membeli camilan di luar. Ibu Zhefran membantu Mami Qiara menyiapkan dekor rumah sekaligus hidangan sederhana. Sedangkan Papi Qiara membantu menyiapkan balasan hantaran. Semuanya terlihat terencana.

“Lo mau nonton bola apa traktir sekelas sih? Camilan diborong gitu.” Qiara melipat kedua tangannya karena heran. Biasanya cewek yang suka mengemil.

“Bawel. Gue nggak minta bayarin ini ah. Lo yakin cuma belanja segitu aja? Diet ya biar kebaya wisudanya aman? Hahaha.”

“Udah ayo, lama nih kayak cewek aja kalo belanja.” Qiara menarik kupluk hoodie yang dikenakan Zhefran. Mbak kasir yang melihat pun menahan tawa.

Setelah usai belanja di mini market, mereka pulang. Motor Zhefran berhenti di depan rumahnya. Qiara melirik sebuah 2 mobil lain yang terparkir di teras rumahnya. Zhefran membuntuti Qiara masuk ke dalam rumahnya. Betapa terkejut saat banyak orang yang sudah duduk manis di ruang tamu.

“Ayo ikut Mami, kamu siap-siap dulu.” Mami Qiara menggandengnya ke kamar. Semua sudah tersedia.

Zhefran sudah siap dengan kameranya. Mahesa menjadi juru potretnya. Sesederhana cinta Guntur dan Qiara. Acara pun berlangsung khitmat. Pertukaran cincin yang lucu pun terjadi. Padahal ini kali kedua Guntur memasangkan cincin di jemari Qiara. Entah mengapa orang itu malam ini.

“Bismillah Tur,” kata Papi menyemangati.

“Iya Mas, ini bukan yang pertama. Masa tunangan lancar, lamaran begini jadinya,” timpal Elakshi.

“Iya, iya. Ini tanganku basah.”

Dengan lembut, Qiara mengelap tangan Guntur dengan tisu. Riuh sorak ledekan, meramaikan acara tersebut. Senyuman terlukisa dari bibir Qiara, seolah mentransfer semangat untuk sang kekasih hatinya. Dengan sekali tarikan napas, Guntur kembali mencoba memasang cincin. Kedua cincin telah terpasang manis. Tepukan tangan dan ucap syukur tertutur lepas. Tanggal pernikahan juga mulai dirundingkan. Acara selesai dengan tawa bahagia.

Walau tadi sudah bertemu, Guntur masih tak bisa lepas rindu. Ia mengajak Qiara videocall, padahal sudah jam 11 malam.

“Mas, kita kalo udah nikah nanti apa aku boleh tetep kerja?”

“Boleh dong. Bebas pokoknya. Tau nggak, Mami aja udah titip pesan.”

“Eh … ada yang lagi videocall.” Mami Elina masuk kamar Guntur tanpa mengetuk pintu. Karena tak sengaja mendengar suara Guntur dan Qiara, saat ia akan menyalakan lampu di kamar Elaksha. Memang walau kamar itu sudah tanpa pemilik, tapi setiap hari masih dibersihkan dan dirawat.

“Ih Mami bikin kaget aja,” sahut Guntur menoleh. Posisi tengkurapnya diubah menjadi duduk.

“Hai Qi.” Mami Elina melambaikan tangan.

“Hai Mi.”

“Kamu tenang aja Qi. Kalo habis nikah mau tetep mau kerja, boleh banget kok. Nanti kalo kalian udah punya anak dan kamu masih mau tetep kerja pun boleh. Anak kalian biar Mami yang jagain, tenang aja.”

“Tuh, denger sendiri kan?” ucap Guntur menambahkan.

“Tapi kata Mas Guntur, kita bakal tinggal di rumah lamanya Papi Bagas setelah nikah.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Balik Layar TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang