Bab 11: Cinta Salah Arah

6 2 0
                                    

Penyakit adalah pengguguran sebuah dosa. Begitu pepatah lama mengatakan. Lantas, apa dosa yang telah Elaksha perbuat? Hingga Tuhan menghukumnya dengan penyakit seberat itu. Elakshi yang bahwasanya adalah kembaran Elaksha, juga mampu merasakan kesedihan batin. Terkadang di kala Elaksha merasa terenyuh kesakitan di dadanya, Elakshi juga merasakan hal yang sama. Itulah kelemahan kembar identik.

Tuhan tidak akan memberi ujian melewati batas seorang hamba-Nya. Semua tau itu. Elaksha tetap tegar. Ia sadar, sampai mana batas usianya tak masalah. Asal ia bisa selalu ada di dekat orang-orang terkasihnya.

“Hai Sha, ngelamun aja.” Suara Zhefran seperti setan yang datang tanpa permisi, sungguh mengagetkan.

“Eh, lo Zhef. Ngucap salam dulu dong,” ejek Elaksha dengan senyum.

“Hehe, udah. Lo aja ngelamun khusyuk banget. Mikirin apa sih? Utang ya?”

“Enak aja, gue nggak ada utang.”

“Ya terus?” Zhefran naik ke ayunan, tempat Elaksha sedang duduk.

“Kepo ah. Eh iya, nyari Elakshi pasti ya? Sebentar, gue panggilkan.”

“Nggak kok. Tadi gue udah ketemu, dia malah yang bukain pagar dan kasih tau kalo lo ada di sini.”

“Lo mau temui gue?”

“Kenapa? Nggak boleh? Ya udah gue ke Elakshi deh.”

“Y-ya boleh sih. Cuma tumben aja.”

“Nggak usah geer, lo kan lagi sakit. Nih ada martabak keju, suka nggak?”

“Masa jenguk orang sakit bawaannya martabak. Sop buntut kek gitu.”

Zhefran mengambil sepotong lalu menyuapi martabak itu ke Elaksha. Dengan tidak mengelak, Elaksha pun seolah menurut. Membuka mulutnya dan menikmati lezatnya martabak tersebut. Entah habis ke jedot sesuatu atau kenapa, sikap Zhefran berbalik perhatian pada Elaksha yang bahkan sebelumnya biasa saja.

Suara tawa terdengar renyah bagi seseorang dengan mood baik. Namun tidak bagi Aditya. Tatapannya tajam saat tau dengan siapa tawa itu terlontar.

“Berdua aja nih, gue nimbrung masih muat kan?” Langkahnya menaiki ayunan yang kini terasa penuh sesak.

“Adit....,” tutur Elaksha pelan. Tentu ia kaget. Sebab Aditya tak mengabarinya. Semua akan kacau. Pasti.

“Eh, maaf. Siapa ya bro?” tanya Zhefran yang tak tau sosok Aditya.

“Dia Aditya, pacar gue.” Elaksha menimpal. Ia tau Aditya akan mengucapkan kalimat itu dengan nada tegas.

“Oh, salam kenal. Gue Zhefran, temennya Elakshi dan Elaksha.”

“Jadi, lo di sini mau temui siapa? Elakshi? Atau, Elaksha?” Nada suara Aditya terdengar mengintimidasi.

“Gue mau jenguk Elaksha. Kalo Elakshi udah bosen, ketemu terus di kampus, hahaha.” Zhefran mengelak, agar Aditya tak cemburu.

“Nih ayo minum dulu.” Elakshi datang membawakan es leci lemon. Dan ia pun terkejut saat ada sosok lain, “Eh, ada Aditya juga.”

“Hehehe. Iya Shi.”

“Sebentar, gue bikin lagi ya. Gue baru tau kalo ada lo.”

Aditya maju dan meraih segelas, “Eh nggak usah Shi. Gue berdua aja sama Elaksha.”

“Romantis banget bro,” sahut Zhefran.

“Hahaha, namanya juga orang pacaran bro.”

“Kita juga yuk Shi?” ajak Zhefran.

Di Balik Layar TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang