Bab 14: Semua Karena Cinta

3 1 6
                                    

Ketika cinta datang pada hati yang kosong, maka peluklah. Jaga dan hiasi dengan hangatnya kasih sayang. Cinta itu universal. Dan cinta itu tak terhalang usia.

“Mi, aku berangkat dulu ya,” teriak Elaksha ke arah ruang tv dengan agak terburu-buru. Karena Aditya sudah menunggunya di depan rumah.

Ojo teriak loh Sha. Iki ada tamu.” Mami Elina menyadarkan Elaksha akan kehadiran seseorang di sana.

“Oh, ada Pak Bagas. Pantes Mami tadi masak soto. Biasanya juga jarang."

“Hush, yang sopan sama calon Papimu.”

Elaksha menatap penuh heran. Pak Bagas membantu menjelaskan lewat anggukan. Sungguh kabar baik untuk semuanya. Elakshi yang baru turun tangga pun menengok ke arah ruang tv. Ia pula terheran saat diberitahu Elaksha soal berita baik tersebut. Kedua orang tua itu sedang dalam lamunan cinta. Ingin menepikan dihaluan pelaminan.

Tentu sah saja. Karena keduanya sama-sama single parent. Niatnya hanya ada lamaran sederhana saja minggu depan. Lalu dilanjutkan foto pre wedding untuk kenang-kenangan kecil.

“Jadi Papi yang baik ya Pak,” ujar Elakshi seraya nyengir.

“Tenang aja Shi, kita udah saling kenal kok.” Pak Bagas menoleh ke arah Mami Elina. Lalu dibalas senyum malu-malu.

“Halah, nggak usah salah tingkah Mi. Kayak anak muda aja,” ejek Elaksha. Kemudian ia bergegas pamit karena Aditya sudah membunyikan klakson mobilnya.

“Nggak jalan Shi? Itu Elaksha jalan sama doinya.”

“Jalan dong Mi, tapi nanti malem. Mahesa lagi main catur sama Mas Guntur.”

“Ya udah sana siap-siap.”

“Masih sore Mami. Keburu luntur nanti make upnya. Mending nyantai aja dulu sambil ngemil.”

“Oya Shi, saya ada teman yang punya perusahaan. Katanya lagi butuh asisten gitu. Kamu mau?”

“Tapi kan ijazah saya belom bisa diambil, Pak.”

“Tenang, bisa menyusul katanya.”

“Udah Shi, terima aja. Cari kerja jaman sekarang susah loh.”

“Iya deh.”

“Ya udah nanti nitip aja berkasnya ke Mami ya.”

Elakshi mengangguk lalu pamit ke dapur untuk melanjutkan rencana ngemil sorenya. Elakshi dan Elaksha saling memberitahu pacar mereka masing-masing.

***
Hari bahagia yang dinantikan akhirnya tiba dengan cepatnya. Malam akan menjadi terang. Mengalahkan sinar rembulan. Kecantikan dari awet muda wajah Mami Elina lah pemenangnya. Kebaya khas Jawa Tengah memadu cantik melekat dengan postur ideal tubuhnya. Usia tak sanggup menghalangi.

Mami Elina dan kedua anak kembarnya menunggu di kamar dengan hati bahagia dan tak sabar. Padahal hanya lamaran sederhana. Bening hangat menetes tanpa Mami sadari. Elaksha menyadari dan bertanya.

“Nggak apa kok. Mami cuma teringat pas Papi kalian ngelamar.”

Elakshi dan Elaksha saling menatap sendu. Mata indah seperti menjadi daun yang menangkup air. Tak boleh ada tangis lagi. Senyum indah harus dikembangkan malam ini. Suara ketukan pintu mengiringi kabar baik. Bi Harsih memberitahu akan kedatangan rombongan Pak Bagas. Mami dan si kembar berjalan beriringan seperti 3 bidadari dari kahyangan.

Saat tiba di ruang tamu, ada pemandangan lain yang membuat terheran. Bukan karena penampilan apalagi barang yang dibawa.

Ono opo?” tanya Pak Bagas, menyenggol pelan anaknya.

Di Balik Layar TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang