Dulu aku sering bertanya-tanya, mungkinkah aku bertemu dengannya sekali lagi. Ingatan tentang orang ini masih beberapa kali singgah di pikiranku. Terkadang aku begitu ingin bertemu lagi. Namun, terkadang aku juga bertanya-tanya apa yang harus kulakukan bila keajaiban bisa mempertemukan kami sekali lagi.
Aku yakin aku tidak salah lihat. Aku yakin ingatanku juga masih cukup kuat. Meski samar-samar, aku ingat dia memakai kemeja yang sama hari itu. Kemeja longgar cokelat tua yang lengannya digulung sampai siku.
Aku menemukannya duduk di salah satu kursi di pojok, bersama anak-anak lainnya, tengah memperhatikanku. Dia tersenyum dan tertawa, lalu lama-lama menatapku bingung, seperti yang lainnya.
"Nana?"
Aku menoleh. Mbak Heksa, HRD yang tadi memperkenalkanku kepada tim fyi.id, menatapku heran.
"Oh! Sorry-sorry," kataku buru-buru. Ternyata aku tadi mendadak membeku di tengah-tengah perkenalan diri. "Sampai di mana tadi? Maaf, ulang aja, ya. Nama saya Renjana. Tapi bisa dipanggil Nana aja. Mohon bantuannya, ya, semua."
Aku tersenyum lebar, dan membungkuk sedikit.
"Nana ini akan gantiin Puri, guys." Mbak Heksa menambahkan. "Jadi brand content editor. Oke, sekarang gantian, ya. Karena tim kita cuma kecil, kenalannya sekalian di sini aja. Hayuk, mulai dari Ale."
Satu persatu tim memperkenalkan dirinya berikut posisinya di kantor. Memang tidak banyak orang di sana. Mungkin hanya 30 orang.
Dadaku berdebar-debar saat urutan perkenalan diri semakin dekat ke pria berkemeja cokelat. Nama-nama yang lain seolah numpang lewat begitu saja di telingaku, meski wajahku tersenyum maksimal.
"Gue Restu," kata pria itu sambil tersenyum. "Digital marketer. Kalau butuh boosting artikel advertorial, ke gue, ya."
Restu.
Restu.
Restu.
Nama itu seolah bergema di kepalaku. Bersama dengan bunyi pengumuman KRL datang di stasiun. Juga suara klakson rantai besi yang khas.
Namanya Restu. Pria yang menyelamatkan nyawaku, di hari aku ingin mengakhiri hidupku.
***
Renjana Adya Citta:
Her! Orang itu ada di sini!
Mati gue!Herawati Adera: orang itu?
Renjana Adya Citta:
Mas2 yang nyelametin gue di Sudirman
Pas gue mau bunuh diriHerawati Adera:
😱
Kok bisa?
Teman sekantor?Renjana Adya Citta: Iya 🤒🤒
Herawati Adera:
😂
Sial amat nasib lo Na
Pap dong
Ganteng ga?"Mbak Nana, mau makan bareng?"
Aku mendongak, dan cepat-cepat menyembunyikan layar ponselku yang membahas Restu dengan Hera. Di depanku, ada beberapa orang yang bersiap untuk makan siang. Mereka tersenyum ramah.
"Boleh-boleh," jawabku cepat-cepat. "Ada kantin di bawah?"
"Ada Mbak. Macam-macam lho menunya," kata cewek berambut pirang ini.
Sebenarnya aku lupa namanya. Mungkin antara Dian atau Hilda. Tapi aku tidak enak menanyakannya lagi.
"Yuk!" Aku mengambil dompet dan berjalan mengikuti mereka menuju lift.
![](https://img.wattpad.com/cover/243649389-288-k902158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIHAPUS - Tentang Kita yang Tak Mengerti Makna Sia-Sia
RomancePART 21 - EPILOG SUDAH DIHAPUS - TERSEDIA VERSI CETAK DAN DIGITAL DI GOOGLE PLAYBOOKS. Di usia 28 tahun, Nana kehilangan pekerjaan. Kantor tempatnya bekerja selama lima tahun terus menerus merugi dan akhirnya gulung tikar. Kabar buruknya, kantor bah...