Aku tidak bisa berhenti nyengir dari tadi. Tepatnya saat Restu mengajakku nonton Europe Screen 2019 sepulang kantor ini. Europe Screen adalah festival film-film Eropa yang biasanya diadakan setiap tahun di beberapa kota di Indonesia. Di acara ini, aku bisa menonton film dari Perancis, Swedia, Jerman, Inggris, yang mungkin tidak diputar di bioskop-bioskop Indonesia. Europe Screen di Jakarta, biasanya diputar di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, Kedutaan Austria, Goethe Institut, Institut Francais Indonesia, dan beberapa tempat lainnya.
Aku dan Restu memilih untuk menonton di Erasmus Huis yang letaknya tak jauh dari kantor kami. Maka, di sinilah aku sekarang. Duduk berdampingan dengan Restu, menunggu jadwal pemutaran film Belanda, Beyond Words.
"Gue nggak jago berteman," keluhku, ketika Restu menanyakan kegiatanku di akhir pekan. "Sampai umur segini, teman gue yang masih keep in contact cuma enam orang. Satu di antaranya di luar kota, satu udah nikah, satu lagi sekolah S2 di luar negeri, dua terakhir terlalu workaholic untuk diajak jalan sering-sering."
"Itu teman kuliah?"
Aku mengangguk.
"Kalau teman kerja di kantor sebelumnya?" tanya Restu lagi.
Sepertinya dia kepo sekali dengan kehidupan sosialku. Well, mungkin dia hanya mencari tahu semenyedihkan apa hidupku sampai aku sempat berpikir untuk mengakhirinya.
Aku tersenyum tipis. "Teman kerja buat gue ya ... teman kerja aja. Temenannya cuma pas di kantor. Kalau udah resign ya paling cuma jaga silaturahmi lewat medsos atau LinkedIn. Sekadar jaga circle bisnis aja, siapa tahu nanti berguna."
"Teman SMA gitu? Nggak ada juga?"
Aku menggeleng. "Gue SMA di Surabaya." Dan masa SMA adalah masa terburuk yang bahkan tak ingin kuingat-ingat lagi. Membicarakannya bahkan membuat mood-ku seketika terjun bebas. "Nggak tahu deh, Mas. Gue dari dulu nggak jago berteman. Dan skill itu makin berkurang seiring bertambahnya umur. Makin tua gue makin males berinteraksi dengan orang. Lo ngerasa gitu juga nggak sih?"
"Iya, sih," jawab Restu sembari tertawa kecil.
"Ya, kan? Daripada hang out, gue pilih rebahan seharian pas libur. Badan tuh kayak udah nggak sanggup ngapa-ngapain lagi gitu pas weekend. Yaa ... terlepas gue emang nggak punya teman buat diajak jalan sih."
"Well, sekarang lo punya."
Sontak aku menoleh. Restu tersenyum hangat, yang membuat pipiku memanas. Buru-buru aku memalingkan muka, dan mengomentari hal pertama yang kulihat untuk mengalihkan pembicaraan. Untungnya, Restu cukup kooperatif. Atau mungkin topik beasiswa Erasmus Mundus yang kutemukan di sebuah poster yang terpajang di dinding itu cukup menarik.
Saat Restu sedang berbicara panjang lebar tentang beasiswa ke negeri Belanda, diam-diam aku memindai penampilannya. Aku sangat menyukai belahan di dagunya, kulit cokelatnya, juga luka-luka kecil di dagunya bekas pisau cukur. Penampilan Restu sederhana, dan kesederhanaan adalah keindahan yang sempurna di mataku.
Aku lupa kapan terakhir kali hatiku seberbunga-bunga ini. Mungkin saat Lukas mengajakku joging bareng kali pertama, sebelum kami jadian. Hari itu, rasanya semua terlihat indah di mataku dan aku tidak bisa berhenti tertawa.
Hari ini terasa mirip. Aku pulang ke apartemen dengan hati yang riang gembira, meski perutku kelaparan. Karena itu, begitu tiba di apartemen—Jagad bahkan belum datang—aku membuat Indomie rebus. Sambil menonton talk show di televisi aku berselancar di aplikasi pencarian kos. Ini hal gembira kedua yang kumiliki. Dua hari lagi gajian dan aku akan segera mencari kos-kosan.
Aku sudah membuat perkiraan berapa budget untuk kos-kosan yang kuinginkan. Aku masih tidak ingin sering-sering naik KRL, jadi, kuputuskan untuk mencari kos di sekitar kantor. Itu artinya, aku harus merelakan keinginan untuk mencari kontrakan, dan menggantinya dengan kos biasa, karena keterbatasan biaya. Well, nanti aku akan menyeleksi ulang barang-barangku yang kusimpan di gudang basement. Kurasa ada banyak sampah yang kusimpan di sana. Mungkin aku harus menjual sebagian.
![](https://img.wattpad.com/cover/243649389-288-k902158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIHAPUS - Tentang Kita yang Tak Mengerti Makna Sia-Sia
RomancePART 21 - EPILOG SUDAH DIHAPUS - TERSEDIA VERSI CETAK DAN DIGITAL DI GOOGLE PLAYBOOKS. Di usia 28 tahun, Nana kehilangan pekerjaan. Kantor tempatnya bekerja selama lima tahun terus menerus merugi dan akhirnya gulung tikar. Kabar buruknya, kantor bah...