Dalam Dekapan Takdir Cinta

82 5 0
                                    

Tawa yang sejenak meledak-ledak dalam sanubari, terhapus oleh rintik-rintik yang memenuhi hati. Benar apa yang disabdakan Sang Nabi:

«إِنَّ قُلُوْبَ بَنِيْ آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابٍعٍ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ، يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ».

"Sesungguhnya hati anak-anak  Adam semuanya berada di antara dua jemari (kekuasaan) Tuhan seperti satu hati, Dia membolak-balik sesuai kehendak-Nya." HR. Ahmad (no. 6569), Muslim (no. 2654) & Daruquthni (29).

Dari situlah Beliau berdo'a sebagaimana kelanjutan dari hadits di atas:

«اَللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ».

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, letakkanlah hati kami dalam ketaatan kepada-Mu."

Tak ayal, gelak-tawa yang terbingkai dalam senyum yang menghias muka, bisa lenyap dalam sekejap mata.

Sekitar sepuluh tahun silam, ada satu bait yang aku dengar dari guruku Habib Novel Al-Athos, beliau menyadur perkataan Imam Abdullah Al-Haddad (W. 1132 H) dalam Qosidah Ilzam Baba Robbik:

اَلَّذِيْ لِغَيْرِكْ لَا يَصِلْ إِلَيْكْ * وَالَّذِيْ قُسِمْ لَكْ حَاصِلٌ لَّدَيْكْ

"Yang ditakdirkan untuk selain kamu, tak kan sampai kepadamu. Dan yang menjadi bagianmu, akan kamu dapatkan."

Memahami makna dari bait ini memang sangat mudah, tapi untuk memantapkan hati menerima segala keputusan takdir, bukanlah perkara yang mudah.

Dalam hal ini aku ingin mengutip kisah cinta teman dari temanku yang kala itu baru saja pulang dari Yaman. Suatu ketika dia diundang ke suatu acara menjadi  Pemberi Mau'idzoh Hasanah. Selesai memberikan ceramah, dia dibawa masuk ke rumah ketua panitia.

Setelah selesai ramah-tamah dan menyantap makanan yang dihidangkan, Sang Pemilik rumah bertanya apakah Ustadz tersebut sudah menikah atau belum? Jika belum, apakah sudah memiliki tunangan? Ternyata Ustadz muda tersebut belumlah memiliki tunangan. Kesempatan ini tak ingin dilewatkan oleh Pemilik rumah, akhirnya beliau menawarkan anak perempuannya yang ternyata merupakan cinta pertama Sang Ustadz.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Menikahlah Sang Ustadz dengan gadis yang ia cintai sejak dahulu kala. Jauh dari apa yang ia bayangkan, ternyata istrinya juga memendam rasa yang sama kepadanya sejak lama. Allah... Alangkah indah takdir cinta yang digariskan kepada mereka berdua.

Rasulullah saw bersabda:

«لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ».

"Tidaklah kami melihat (hal yang lebih baik) bagi dua orang yang saling mencintai seperti nikah." HR. Ibn Majah (no. 1837).

Imam Muhammad Bin Hadi As-Sanadi (W. 1138 H / 1726 M) mengomentari hadits ini dalam Hasyiah Sunan Ibn Majah (4/104):

"وَالْمَعْنَى أَنَّهُ إِذَا كَانَ بَيْن اِثْنَيْنِ مَحَبَّة فَتَلِك الْمَحَبَّة لَا يَزِيدهَا شَيْء مِنْ أَنْوَاع التَّعَلُّقَات بِالتَّقَرُّبَاتِ وَلَا يُدِيمهَا مِثْل تَعَلُّق النِّكَاح فَلَوْ كَانَ بَيْنهمَا نِكَاح مَعَ تَلِك الْمَحَبَّة لَكَانَتْ الْمَحَبَّة كُلّ يَوْم بِالِازْدِيَادِ وَالْقُوَّة وَفِي الزَّوَائِد إِسْنَاده صَحِيح وَرِجَاله ثِقَات وَاَللَّه أَعْلَم."

DISKUSI CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang