Happy reading
.
.
Pagi ini cuaca tampak sangat cerah. Langit hari ini terlihat begitu biru dan indah. Udara sejuk dari pepohonan SMA GARDA ADHIRAJASA pagi ini cukup membuat hidung kita bersih setelah terkena polusi kendaraan di Jakarta.
Tapi cuaca cerah ini berbanding terbalik dengan dua anak kembar yang sedang naik tangga menuju kelas dengan bahu yang kendur dan malas. Keduanya berangkat ke sekolah dengan uneg-uneg yang mereka simpan dari tadi sore atau lebih tepatnya saat kejadian dengan anak-anak kelas 12 MIPA 3.
"Pagi....,"sapa sang kakak, Hyunjin dengan nada yang malas-malasan.
Ya, nada yang tidak biasa diucap oleh Hyujin yang biasanya-cuwawa'an-itu membuat siswa yang sudah datang menoleh. Mereka dengan enggan terpaksa berhenti dari keasikan memainkan permainan ABC lima dasar itu.
"Yoo, whats up." Eric balik menyapa Hyujin dan Yeji yang menuju tempat duduknya. "Kenapa nih tumben mukanya kecut bener pagi-pagi," ucapnya menghampiri tempat duduk dua anak kembar tadi bersama teman-temannya yang sudah datang.
"Kenapa nak cerita sama mamah," tutur Ryujin, sembari merangkul Yeji sahabatnya dari kecil itu.
"Curhat mah...," tingkah absurd Felix menghiasi pagi hari.
"Ga usah gila Lix, masih pagi nih," ujar Lia yang jengah dengan kelakuan absurd Felix
"Kenapa lagi?" Tanya Ryujin.
"Anjir banget si anak-anak rese MIPA 3" ujar Hyunjin dengan nada kesal.
"Lah kenapa lagi mereka? Nyari masalah lagi?" Tanya Han.
"Jd gini..." Yeji mulai menceritakan kejadian menyebalkan kemarin sore kepada teman-temannya.
"ANJERRRRR TU ORANG-ORANG MINTA DI GAMPAR CONGORNYA!!"
"Jangan teriak juga goblok!!" eluh Baejin merasa telinganya berdenging akibat teriakan Ryujin dari sampingnya.
"Stop main-main pliss." Satu kalimat dilontarkan oleh cowok keturunan Jepang bernama Yoshi itu sanggup membuat teman-temannya diam menjadi serius seketika. "Dewasa dikit dong, katanya mau jadi inti lomba di acara tahunan, harusnya kalian jadiin kelas MIPA 3 itu pacuan." Yoshi sedikit menarik nafas, melonggarkan dadanya yang sedikit sesak karena kesal dengan teman-temannya yang entah kapan menjadi dewasa.
"Mereka udah persiapan, tapi kita apa.... masih nol, nol besar. Kerjaan kalian cuma main-main," sambungnya sedikit melirih.
Satu kalimat, yang tegas seperti biasanya seakan mampu mengendalikan kelas 12 MIPA 1 jika diucapkan oleh sang juara kelas. Kenapa tidak? Pasalnya Yoshi adalah anak yang irit bicara dan sekalinya bicara hanya sederet kalimat nasihat yang keluar, seperti sekarang ini.
Hening seketika. Semua yang ada di kelas itu merenungi kalimat Yoshi. Sampai sebuah suara memecahkan keheningan dengan seketika.
"TAREK SESS..... SEMONGKO."
Coba tebak dari siapa suara itu berasal.
"Kini tinggal aku..... ayok dong nyanyi jangan diem aja." Yes, it's Felix.
"Astaghfirullah tobat aku ngadepi lakumu." Eric menarik paksa tangan Felix yang sudah berdiri di depan papan tulis sembari berjoget tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect class of the year
Фанфик𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝟐 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐠𝐚𝐧𝐢 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐰𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐢𝐧. 𝟐 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 �...