Happy reading
..
"Kebo bangun lo, jam berapa ini??," teriakan Yeji menghiasi pagi seorang Hyunjin."Eummm.... apaan sih...huammm" suara Hyunjin khas orang bangun tidur.
"Bangun cepetan ihh, katanya mau ke Dufan, cepetan ini bentar lagi Ryujin dateng."
Hari ini adalah hari weekend. Dan sekarang sudah seminggu semenjak dua kelas itu sama-sama berlatih keras untuk classmeting. Ya, sepertinya weekend kali ini akan sangat dimanfaatkan oleh mereka, karena dua Minggu ke depan mereka harus ujian semester dan puncaknya yaitu classmeting.
"Cepetan sih... ealah bangun ngapa." Lagi lagi Yeji masih berusaha membangunkan Hyunjin.
"Iya iya ini mandi, bawel lu jadi adek, sopan dikit kek manggil kakak kek, Abang kek, oppa kek, gini-gini gue lebih tua dari lu," racau nya sembari meraih handuk dari lemari.
"Dih males banget, cuma selisih lima menit juga," Yeji mencibir, kemudian mengambil posisi duduk di kasur Hyunjin. "Oh iya katanya si Ryujin ngajak temennya," katanya berbicara kepada Hyunjin sembari mengambil beberapa foto di hp saudara kembarnya.
"Oh ya??? Cewek apa cowok," suara gemericik air yang mengalir di kamar mandi menyertai ucapan Hyunjin yang terakhir itu.
"Cowok, kayaknya deket deh ama Ryunjin." Yeji mengangkat kepalanya menatap Hyunjin yang baru keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang melingkar di pinggang nya sampai ke lutut dan tidak ketinggalan rambut basahnya yang selalu terlihat keren.
"Lah iya, Ryujin ada deket sama cowok, kok gue baru tau,"jawabannya sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Bagusan pakek kaos item apa kemeja item?" Hyunjin bertanya kepada Yeji sembari menunjuk dua pilihan baju dimasing-masing tangan kanan dan kirinya.
"Kemeja item. Eh bentar tumbenan lo milih-milih baju. Pengen dinotice Ryunjin ya??" Goda Yeji yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Hyujin.
"Apaan sih ya nggak lah, gue gak dandan rapi se Jakarta aja udah tau kalo gue ganteng."
"Idih najis, yok lah turun, Ryujin ngajak ketemuan di perempatan depan".
***
Jalan Sudirman, di situ lah cowok itu sedang mengendarai motornya. Dengan santai ia menarik gas motornya sembari menikmati angin pagi yang menabrak wajahnya yang sebagian tertutup oleh helm. 'Bahagia' satu kata yang mewakili perasaan Felix sekarang. Felix masih fokus menatap jalanan di depannya dengan beberapa kali tersenyum mengingat satu jam lalu ia berhasil mengajak sang pujaan hati untuk menjalani hari Minggu ini bersama.
'Li lo sibuk gak?'
'Lagi rebahan aja nih'
'kalo ada yang ajak jalan mau gak'
'kalo diongkosin sih mau aja'
'kalo jalannya ama gue mau gak'
'diongkosin gak nih?'
'iya deh tenang aja'
'gue mandi dulu'
'jadi mau nih'
'ya lo pikir anjir, ngapain juga gue mandi kalo gak mau pergi aneh-aneh lo'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect class of the year
Fiksi Penggemar𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝟐 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐬𝐞𝐠𝐚𝐧𝐢 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐬𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐰𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐮𝐩𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐢𝐧. 𝟐 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 �...