Part 22

793 64 4
                                    


kalah itu tidak masalah,tetapi takut,menyerah,dan tidak berusaha itu Salah.

________________

Saat sampai di ruang tamu, Nindy diam mematung. Nindy dibuat kaget atas kehadirannya sosok pria yang tengah duduk memainkan ponselnya. Pria itu adalah Azka Edra.

"Ka-kamu ngapain di sini ?" tanya Nindy dengan tatapan kaget. Saat mendengar suara Nindy, Azka langsung memasukan ponselnya kedalam saku hoodie bewarna hitang yang dia kenakan.

"Bukannya gue udah bilang gue bakal kesini ?" tanya Azka. Nindy hanya menatap Azka dengan bingung. Kapan Azka bilang akan kerumah Nindy ?!.

"Pesan yang terakhir gue kirim ke lo" tutur Azka saat Azka mengetahui tatapan bingung dari Nindy. Nindy mengembangkan senyum manisnya. Ahhh apa cintanya sudah terbalas ?.

"Emang mau kemana ?" tanya Nindy masih dengan senyum merekahnya. "Keman aja." jawab Azka singkat, namum bagi Nindy ini sangat membuatnya bahagia.

Nindy merasa banyak kupu-kupu berterbangan di perutnya. "Ayok !!" ajak Nindy dengan antusias.

Azka membalas Nindy dengan anggukan ringan. Setelah itu mereka keluar dari rumah Nindy dan menghampiri motor kawasaki bewarna merah milik Azka yang terparkir di pekarangan rumah Nindy.

____________________

Di sinilah saat ini Nindy dan Azka, pasar malam.

Nindy sedaritadi mengembangkan senyum manisnya. Nindy sangat bahagia malam ini, ia tidak pernah pergi kepasar malam, ia hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar. Bukannya tak mau keluar rumah, tetapi Nindy lebih suka menghabiskan waktunya didalam kamarnya. Bahkan dengan umur yang ingin menginjak tujuh belas tahun, baru ini dia melihat pasar malam.

"Suka ?" tanya Azka dengan memandang Nindy dari samping.

Nindy menganggukkan kepalanya antusias. Mata Nindy berbinar melihat keindahan pasar malam yang di hiasi lampu kelap-kelip serta dihiasi candaan orang-orang yang berlalu lalang."Kayak anak Tk." ucap Azka.

Senyum manis Nindy digantikan dengan senyum miris saat ucapan Azka terlontar. "Hemm. Gue gak pernah ke pasar malam." ujar Nindy lirih dengan tatapan sayu dan tak lupa senyum mirisnya.

Azka menaikkan satu alisnya atas perkataan Nindy, tak pernah ? yang benar saja !. Hampir tujuh belas tahun tetapi tak pernah kepasar malam ? miris !.

"Kenapa ?"tanya Azka masih dengan menatap Nindy. "Kalau tanya kenapa, alasannya banyak" ujar Nindy di iringi kekehannya

"Mau naik bianglala ?" tawar Azka, Nindy menganggukkan kepalanya antusias. Azka terkekeh melihat itu, lalu tangannya terulur mengacak surai Nindy.

Nindy memalingkan wajah dengan pipi bersemu merah. Dingin, cuek tapi manis, itulah Azka !

Tiba-tiba Azka menggenggam tangan Nindy menuju loket bianglala, darah Nindy seperti berdesir, perut Nindy bak dipenuhi kupu-kupu berterbangan. Mimpi apa Nindy hingga bisa digandeng oleh seorang Azka Edra ?!..

Saat ini mereka sudah berada di atas menaiki bialanglala. Senyum Nindy tak pernah pudar dari bibir ranumnya. Azka yang melihat itupun ikut tersenyum tipis, sangat tipis hingga siapapun tak menyadari jika Azka tengah tersenyum.

ANINDYA [ TELAH TERBIT  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang