Chapter 4

531 16 57
                                    

Gemuruh tepuk tangan di Gedung Teater PDN terdengar membahana memekakkan telinga malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemuruh tepuk tangan di Gedung Teater PDN terdengar membahana memekakkan telinga malam ini. Gegap gempita, penonton bersorak meluapkan emosi dan ekspresi mereka. 

Gedung  Teater yang dimiliki Persatuan Drama Nasional Jepang ini adalah  satu- satunya  Gedung Teater di Jepang  yang bisa menyamai kemewahan Gedung Teater Daito .

Kapasitas Gedung itu  bisa menampung 25.000 penonton sekaligus, dan malam ini kursi penonton terisi penuh, suara- suara dengungan terdengar, komentar kekaguman, pujian terdengar banjir bersahut- sahutan. Suasana ini sangat berbanding terbalik dengan suasana beberapa saat yang lalu ketika pertunjukan dimulai, satupun dari penonton tidak ada yang bersuara. 

Mereka larut dan terpikat dalam pertunjukkan pentas Percobaan kedua dari Tim Kuronuma, setelah malam sebelumnya mereka terpikat oleh Bidadari Merah Ayumi yang sangat cantik, malam ini mereka terbius, kagum, dengan sosok Bidadari Merah yang lain, sosok ini terasa meninggalkan kesan yang dalam ,Agung, Suci, mereka merasa gemetar saat Dewi itu marah, mereka ikut larut dalam penderitaannya saat Dewi itu sedih, Mereka ikut merana saat Dewi itu menderita, dan Mereka ikut larut saat Dewi itu jatuh cinta, mereka merasakan cinta Akoya.

Penonton bisa merasakan seluruh emosi Akoya, cinta Isshin yang memuja, kagum dan tergila- gila saat  memandang AKoya.

Dan  saat  Akoya harus mati , mereka merasakan kematian itu, penonton banyak yang menangis, dada mereka sesak menyaksikan pertunjukkan malam ini, emosi mereka ikut dipermainkan. Dan saat pentas itu selesai, sesaat tidak ada satupun yang menyadari, hingga tirai tebal itu diturunkan.

Dibalik tirai, Maya tidak merasakan pelukan Koji, dia tidak merasakan pelukan teman- temannya, dia tetap berdiri tidak bergeming,  dia bukan Maya, dia adalah Roh pohon Plum, dan dia masih menjadi Akoya.

Maya tetap tidak mendengar saat Kuronuma memanggil namanya, saat Kuronuma menepuk bahunya agar dia bergerak kembali maju ke pentas untuk memberikan penghormatan pada penonton.

Kuronuma menghela nafasnya, dan sesaat terkejut ketika menyadari sosok wanita dengan tubuh tinggi, mengenakan gaun panjang berwarna hitam, rambutnya yang tebal bergelombang menutupi separuh wajahnya yang rusak.

"Ibu Mayuko?"

Mayuko Chigusa menghampiri mereka hingga ke belakang pentas, sesuatu hal yang tidak dia lakukan di pentas Ayumi malam sebelumnya.

Mayuko hanya memberikan senyum tipis di bibirnya.

"Akoya..kau mendengarku?"  Sapa Ibu Mayuko

Seketika Maya memejamkan matanya lalu menoleh, tentu saja dia mendengar suara yang memanggilnya.

Mayuko tersenyum menatap wajah Maya.

Sesaat ekspresi wajah Maya berangsur berubah, dia perlahan kembali menjadi Maya Kitajima.

"Guru." Maya seketika membungkuk dalam- dalam.

Dia berharap Ibu Mayuko memberikan pendapatnya, tentang aktingnya.

FIGHT FOR METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang